Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Forum Dosen Tribun Timur

Bagaimana Hentikan Covid-19? Ini Kata Prof Irawan Yusuf

Seluruh negara terpapar kini berusaha mati-matian memutus mata rantai virus yang telah merenggut puluhan ribu korban di seluruh dunia.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
DARUL AMRI
Guru Besar FK Unhas, Prof dr Irawan Yusuf PhD 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Virus Corona (Covid-19) telah mewabah hampir ke seluruh penjuru dunia hanya dalam beberapa bulan sejak awal kemunculannya.

Seluruh negara terpapar kini berusaha mati-matian memutus mata rantai virus yang telah merenggut puluhan ribu korban di seluruh dunia.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Prof Irawan Yusuf mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk menghentikan virus ini.

"Ada tiga yang bisa kita lakukan untuk hentikan ini, pertama PSBB disertai dengan skala masif dan besar," kata Prof Irawan Dalam Dialog Virtual Forum Dosen Tribun Timur Forum Dosen #4 bertema 'Demi Pancasila, Covid-19: Virus, Bisnis, atau Konspirasi?', Senin (1/6/2020).

Namun, tak sekadar PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), menurut Prof Irawan ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat.

"Itu semua berkaitan dengan sosial disiplin, pelayanan kesehatan kuat, ketahanan ekonomi, dan sosial kita. Ini baru bisa terjadi kalau pemerintah kuat tegas, disiplin, dan adil, masyarakat disiplin, toleran dan solodaritas tinggi," katanya.

"Sementara akademisi dan pemuka agama rendah hati. Tenaga kesehatan berkompeten dan berdedikasi tinggi, ini semua jalan baru bisa PSBB," tambahnya.

Terkait Herd Immunity yang juga sempat digaungkan, Prof Irawan menyebut itu bukan pilihan terbaik dan sangat berisiko tinggi.

Di sisi lain, Prof Irawan mengingatkan orang-orang bahwa apa yang terjadi hari ini juga metupakan buah dari tindakan manusia itu sendiri.

"Kita harus sadar semua ini karena gaya hidup kita sangat eksploitatif, ekonomi, pertanian kita. Ini menyebabkan virus tumbuh berkembang dan menyebar," ujarnya.

"Kita mempertanyakan kembali apakah sistem demokrasi kita sudah cocok dengan ini. Sekarang kita lebih suka populis, anti scienctif. Sistem riset kita sudah tak tepat, harus diganti total," pungkasnya.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved