CITIZEN REPORT
Kisah Nurhaliza, Pelajar Tangguh dari Pedalaman Pabbaresseng Sidrap
Setiap hari Nurhaliza ke sekolah berjalan kaki naik turun bukit sejauh lima kilometer. Di daerahnya kini berdiri kokoh beberapa tiang PLTB.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Kondisi tersebut akhirnya tidak berani ke sekolah sendirian. Dia kasihan juga kalau harus tiap hari diantar jemput jalan kaki oleh orangtuanya yang juga harus bekerja di kebun tiap harinya.
Orang tuanya memutuskan untuk menunda sekolahnya sambil membantu orang tua dan menunggu anak anak di sekitar rumahnya yang hanya sedikit kepala keluarga yang juga satu rumpun keluarga masuk sekolah.
Datanglah dua tahun kemudian dan bisa bersekolah bersama 5 orang berjalan setiap ke sekolah ditengah pohon jati, sawah, kebun mente dan jagung.
Hebatnya jarak itu hanya dilalui kurang dari 30 menit, ketika hujan datang jalanan jadi becek dan mengambil daun jati yang lebar untuk jadi payung dan membungkus buku mereka biar tidak basah.
• Kehidupan Wanita 17 Tahun Berubah Tragis Akibat Corona, Disiksa dan Tak Diberi Makan oleh Suami
Saat ini Nurhaliza sudah berumur 15 tahun. Adiknyapun sudah bersekolah sekarang/ Semangat belajar terus ada.
Pada saat acara Kampoeng Inggris berjalan awalnya sempat malu untuk berpartisifasi karena anak seumurannya sudah SMP dan dia masih memakai seragam merah putih.
Guru dan kepala sekolah sangat aktif membujuknya. Tiga kali kegiatan dilaksanakan, Dida belum ingin ikut.
Nantilah acara berikutnya sudah ikut berpartisifasi belajar bahasa Inggris. Keberadaan perusahaan internasional di dekat rumahnya menjadi salah satu alasan untuk belajar.
Dia punya mimpi kalau perusahaan ini akan diisi oleh generasi terpelajar di Pabbaresseng.
Inilah mengapa daya tarik dan kebutuhan menjadi petanyaan pertama kita untuk menuntut ilmu.
Dunia sudah berganti rupa. Skill dan kecerdasan menjadi prioritas. Semangat yang kuat terus dijalani ke sekolah.
Pandemic Corona Virus 2019 (COVID 19) datang pada akhir tahun 2019 di Wuhan (China). Indonesia juga kena dampak sejak Februari dan mulai masuk di Sulawesi Selatan.
Bahkan telah masuk Sidrap sejak pertengahan Maret lalu. Efek ini membuat Menteri Pendidikan Mas Nadiem Makarim mengambil langkah cepat untuk menutup sekolah dan merumahkan siswa untuk belajar lewat metode daring (online).
Yang menjadi guru adalah orang tua siswa dan guru di sekolah secara daring. Kendati belum semua daerah punya akses internet atau jaringan telepon.
• Kasatpol PP Makassar Mengamuk di Toko Agung yang Tetap Buka
Di Pabbaresseng, jaringan telepon sangat terbatas. Lebih-lebih jaringan internet. Akhirnya pembelajaran online tidak terlaksana dengan baik.