Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Belajar di Tengah Pandemo Corona

CITIZEN ANALISIS: Hanya 830 Juta dari 1 Miliar Pelajar di Dunia Punya Komputer & 40% Terkoneksi

Yang utama di Sulsel adalah komitmen Pemprov untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Imran Hanafi, Atas Pendidikan Kebudayaan KBRI Canberra, Australia 

Oleh

M Imran Hanafi
Atase Pendidikan dan Kebudayaan
KBRI Canberra

TRIBUN-TIMUR.COM, CANBERRA - Pandem  yang melanda, membuat warga dunia terisolasi beraktivitas di kediaman masing-masing. Tidak terlepas di Indonesia, menyadarkan kita terjadinya perubahan besar dalam mengelola pendidikan. Ada banyak proses pelaksanaan pendidikan yang membuat kita tidak siap. Gagap.

Pembelajaran yang diharapkan berlangsung secara daring, seharusnya dievaluasi. Seberapa banyak guru dan anak didik kita yang memiliki akses pembelajaran daring ini.

Itu pun, mereka yang dapat mengakses pembelajaran daring, menjadi pertanyaan, seberapa efektif pembalajaran berlangsung.

Pertanyaan tersebut berdasarkan kenyataan yang dilaporkan UNESCO bahwa diantara lebih 1 Milyar pelajar di dunia, hanya 830 juta yang memiliki komputer.

Dan, di antara mereka yang memiliki komputer, ada lebih dari 40 persen yang tidak memiliki koneksi internet. Bagaimana dengan kita di Indonesia? Di Sulawesi Selatan?

Mereka yang memiliki akses pembelajaran daring, ini seolah surga belajar. Namun yang tidak memiliki akses tersebut, menjadi kehilangan peluang mendapatkan ilmu.

Saking berlebihannya, ada yang mengusulkan agar pendidikan ke depan lebih menitikberatkan pembelajaran daring. Ada juga mengusulkan memperbesar jumlah _home schooling._

"Euforia" belajar di rumah dengan daring ini seolah tidak memerhatikan warga lain yang tidak memiliki akses belajar dengan daring. Juga, tidak memerhatikan substansi dari pendidikan itu sendiri.

Pendidikan itu tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan yang bisa didapatkan dari rumah melalui pembelajaran daring.

Lebih dari itu, pendidikan adalah bagaimana menjadikan anak didik sebagai manusia utuh jiwa dan raganya. Manusia utuh yang akan memberi manfaat bagi manusia lain dan bagi kehidupan.

Menjadi manusia utuh tersebut dapat diperoleh ketika anak didik dapat berinteraksi langsung dengan guru dan kawan sekolah.

Kualitas interaksi di sekolah yang didukung oleh keluarga/orang tua akan memberi dukungan terbentuknya manusia utuh tersebut.

Untuk menyebut Jepang, Australia, Korsel, dan Taiwan, sangat siap menghadapi wabah ini dan pengelolalaan pendidikan.

Di sekolah negara-negara tersebut, anak didik sudah terbiasa dalam kesehariannya hidup bersih.

Mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker ketika tidak sehat, menutup mulut ketika bersin, tidak meludah di sembarang tempat, dan lainnya.

Dengan model sekolah, anak didik akan terbiasa bersosialisasi. Membangun semangat kerja sama, solidaritas, toleransi, dan lainnya. Yang ini tidak bisa didapatkan kalau pembelajaran hanya dilakukan di rumah dengan daring.

Pendidikan yang biasa diperoleh pada masa normal di sekolah, menjadi biasa pula pada saat situasi sulit seperti ini.

Dengan demikian upaya menangani pandemi wabah ini tidak membuat gagap.

Hikmah dari belajar di rumah pada masa ini adalah bagaimana orang tua mengambil bagian dari pendidikan anak, dan saling mendukung dengan sekolah dalam membentuk anak untuk tumbuh dengan baik.

Model kerja sama orang tua dan sekolah dalam mendidik anak sudah jamak dilakukan pada negara-negara yang maju yang disebutkan di atas.

Khususnya di Sulawesi Selatan, banyak hal yang perlu dievaluasi dalam pengelolaan pendidikan sehingga anak-anak kita diharapkan tumbuh mencerahkan bangsa dan negara. Yang utama adalah komitmen Pemprov untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

Dengan penyadaran ini, dalam situasi sulit bagaimana pun, kita tidak akan gagap menghadapi masalah yang ada. Termasuk mengelola pendidikan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved