Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Letkol Inf Rustam Effendi Wafat

In Memoriam Letkol Rustam Effendi Duka Jurnalis Sulsel

Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Rustam Effendi, Mantan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) VII/Wirabuan meninggal dunia.

Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Arif Saleh (Eks Jurnalis 2006-2015) 

oleh Arif Saleh  (Eks Jurnalis 2006-2015)

“Innalillahi wainna ilaihi rodjiun.” Begitu ucapan duka yang di tulis beberapa teman di facebook, dari pagi hingga malam, Jumat 1 Mei 2020.

Mereka turut berduka cita atas berpulangnya ke Rahmatullah, Letnan Kolonel (Letkol) Infanteri Rustam Effendi.

Mantan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) VII/Wirabuana (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin) yang menghembuskan nafas terakhirnya sekira pukul 07.00 Wita.

Kebanyakan teman facebook yang menyampaikan ucapan duka itu, berprofesi sebagai jurnalis dari berbagai media.

Termasuk yang sudah “pensiun” dari wartawan. Sebagian diantara mereka, juga menyertakan testimoni atau tulisan singkat tentang almarhum.

Ada kedekatan emosional yang terjalin di antara mereka. Ada kenangan yang tercatat dalam memorinya.

Terutama ketika almarhum dipercaya menjabat sebagai Kapendam.

Jabatan yang pola kerjanya hampir sama dengan humas di instansi pemerintahan. Tugas yang setiap saat harus berhubungan dengan pekerja dan pimpinan media.

Bingkai foto almarhum Letkol Info Rustam Effendi saat dimakamkan di TPU Panaikang, Jumat (1/5/2020).
Bingkai foto almarhum Letkol Info Rustam Effendi saat dimakamkan di TPU Panaikang, Jumat (1/5/2020). (Wahyu)

Saat almarhum aktif sebagai Kapendam, saya masih tercatat sebagai jurnalis di salah satu koran berjejaring nasional di Makassar mulai tahun 2007. Namanya kala itu sangat familiar.

Sering menghiasi pemberitaan. Selalu disebut oleh teman-teman wartawan. Hampir tiap hari dijadikan sumber informasi.

Secara pribadi, saya tak pernah berinteraksi langsung dengan almarhum. Tak pernah juga mewawancarainya selama ia menjadi Kapendam.

Hanya sering melihat foto dan pernyataannya di media. Hanya mendengar obrolan dari beberapa teman media yang bertugas di desk hukum dan kriminal. Sebatas itu.

Maklum, selama menjadi wartawan kurang lebih 8 tahun, saya tak pernah mendapat penugasan dari kantor untuk desk kriminal. Kebanyakan ditempatkan di desk politik dan pemerintahan.

Itu sebabnya, tak pernah berinteraksi langsung atau mewancarainya.

Pun jika ada pembagian id card khusus dari Kodam untuk peliputan kunjungan Presiden RI dan Wakil Presiden RI, saya tak pernah berurusan dengannya. Rata-rata diwakilkan oleh teman se-kantor di desk hukum/kriminal untuk diambilkan.

Sekalipun tak akrab dan tidak pernah bertatap muka secara langsung, tapi saya ikut merasakan ada kedekatan tersendiri setelah mendengar banyak cerita dari teman.

Termasuk dari mulut beberapa aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Di mata banyak wartawan yang pernah bertugas di desk hukum dan kriminal, ia adalah perwira menengah TNI yang begitu paham dan bersahabat dengan media.

Tak risih jika ditemui setiap saat. Tak bosan melayani wawancara langsung, maupun via telepon. Tak pelit memberikan atau berbagi informasi.

Bahkan di tengah malam sekalipun, ia tetap bersedia mengangkat teleponnya untuk dikonfirmasi, atau diwawancarai.

Dari cerita yang sering saya dengar, almarhum juga adalah perwira yang merakyat. Bukan hanya pandai “mengambil hati” para wartawan dan pimpinan media. Tapi juga sangat bersahabat bagi lintas elemen. Aktivis mahasiswa dan penggiat LSM.

Tak heran, kedekatan yang terjalin itu begitu sangat terasa bagi mereka yang pernah bersentuhan dengannya. Seolah tak ada jarak. Termasuk ketika dipromosikan di jabatan lain, hubungan itu masih terawat sebelum menghembuskan nafas terakhirnya akibat sakit.

*****
Letkol Inf Rustam Effendi, kini telah mendahului kita menghadap ke Sang Khalik. Meninggalkan kita selama-lamanya.

Tapi banyak pembelajaran dan contoh mesti kita petik. Terutama bagi para pelanjutnya di TNI, maupun untuk Humas di setiap instansi pemerintahan atau swasta.

Almarhum telah memberikan kita contoh dalam membangun relasi dan merawatnya. Tak alergi berinteraksi setiap saat dengan pekerja media.

Memanfaatkan kemitraan yang terjalin itu untuk menyuguhkan informasi mencerahkan dan tidak menyesatkan. Saling memahami tugas dan tanggung jawab.

Sejatinya, mereka yang diamanahkan di setiap instansinya di posisi humas atau bagian penerangan, mampu menjadi garda terdepan memberi informasi yang mendidik ke masyarakat.

Tak pelit atau alergi bersentuhan dengan pekerja media. Responsif menangkal isu-isu hoax. Membangun komunikasi setiap saat dengan media. Bukan membatasi ruang.

Saya teringat ucapan almarhum Kasim Wahab, mantan Kepala Bagian Humas Pemkot Makassar. Katanya, berteman dengan media itu tak cukup. Apalagi kalau tak berteman sama sekali. Maksud dari perkataannya itu, kurang lebih jangan pernah mengabaikan fungsi dan tugas para jurnalis.

Kendati kita berteman, tapi ada ‘rambu-rambu’ harus dipahami bersama. Tentang netralitas dan Independensi. Karena itu, jangan “baper” ketika ada produk jurnalistik yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Sebaliknya, pekerja media juga mesti memahami keberadaan humas dan bagian penerangan.

Almarhum Rustam Effendi, maupun almarhum Kasim Wahab, sudah memberikan banyak contoh dalam mengelola bagian humas dan penerangan. Terlepas dari kekurangannya, sekali lagi ada banyak sisi positif mesti kita ambil.

Dan kepada almarhum doa teriring. Semoga tenang di sisi-Nya. Dilapangkan kuburnya. Keluarganya diberi ketabahan dan keikhlasan. Begitu pun rasa terima kasih yang dalam atas jasa dan pengabdiannya.

Selamat Jalan Komandan dan Kakanda.

Makassar, 1 Mei 2020

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved