Sulsel Lawan Covid 19
Sulsel Darurat Corona, Guru Besar Sulsel Minta Pangdam XIV Hasanuddin Ambialih Penanganan Covid-19
Yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 di Sulsel, menurut Prof dr Irawan Yusuf PhD, adalah upaya mengatasi situasi luar biasa dengan biasa-biasa saja
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Positif corona melonjak drastis di Sulsel. Dalam 48 jam, pengidap Covid-19 di Sulsel bertambah 23 orang, dari 4 yang diumumkan pada Selasa (24/3/2020) menjadi 27 pada Kamis (26/3/2020).
Di antara yang terpapar itu adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas). Prof Idrus Paturusi positif Corona. Mantan Rektor Unhas dan Komisaris Utama PT Semen Tonasa ini mengumumkan sendiri statusnya yang positif corona melalui salah seorang anaknya, kemarin sore.
Lonjakan positif Covis-19 di Sulsel yang diumumkan hari Kamis (26/3/2020) ini sudah diprediksi Guru Besar Kedokteran Unhas.
Harapan dan tanggapan sejumlah Guru Besar dimuat dalam Tribun Timur cetak edisi Kamis, 26 Maret 2020, halaman 1 dan 7.
Melonjaknya positif terjangkit Covis-19 di Sulsel diduga karena tes corona sudah dilakukan langsung di Makassar, tidak menunggu lagi sampai empat hari dari Jakarta.
Guru Besar dari berbagai disiplin ilmu menyebut Sulsel sudah masuk zona merah. Rumah Sakit Sayang Rakyat yang telah ditetapkan sebagai pusat penanganan pasien corona segera dioperasikan.
Hanya saja, hingga Rabu (25/3/2020) sore, progres penyiapan RS Sayang Rakyat dinilai belum memperlihatkan kemajuan berarti.
“Sudah disepakati untuk menjadikan RS Sayang Rakyat sebagai pusat penanggulangan Covid-19. Tetapi sampai sekarang tidak banyak kemajuan. Sampai diskusi saya sore tadi (Rabu, 25/3/3030) masih demikian. Katanya akan selesai Insyaa Allah 20 hari, saya tanya kenapa tidak 10 hari,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Unhas, Prof dr Irawan Yusuf PhD.
Sulsel, menurut Prof dr Irawan Yusuf PhD, seperti kehilangan pemimpin dalam menghadapi situasi sulit di tengah teros corona.
“Tidak ada pemimpin yang telah dipercaya dan dipilih oleh rakyat maju ke depan dan memberikan penjelasan kepada rakyat yang telah memilihnya mengenai dampak dari permasalahan dan upaya apa yang mereka telah lakukan untuk mengatasi masalah ini secara terbuka,” jelas Prof dr Irawan Yusuf PhD.
Yang dibutuhkan di Sulsel saat ini, lanjut Prof dr Irawan Yusuf PhD, adalah eksekutor tangguh.
“Kita tidak mempunyai eksekutor yang berdiri di hadapan rakyatnya menjelaskan keputusan apa saja yang akan dilakukan untuk menyelamatkan rakyat dari bencana ini. Saya sangat khawatir. Mereka membiarkan rakyat panik karena tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga keselamatan rakyatnya,” kata Prof dr Irawan Yusuf PhD.
Yang terjadi saat ini di tengah pandemi Covid-19 di Sulsel, menurut Prof dr Irawan Yusuf PhD, adalah upaya mengatasi situasi luar biasa dengan biasa-biasa saja.
Mereka masih memakai cara normal menghadapi masalah yang tidak normal. Dia mencontohkan RS Sayang Rakyat yang sudah disepakati menjadi pusat rujukan corona, yang dipersiapkan dengan cara biasa-biasa saja sehingga membutuhkan waktu hingga 20 hari.
“Kalau tidak ada kontraktor yang mampu (selesaikan RS Sayang Rakyat dalam waktu singkat) mengapa tidak minta bantuan pangdam untuk menggerakkan batalion Zipur. Banyak potensi yang dapat digerakkan dengan membangun kesadaran/solidaritas bersama untuk menanggulangi,” kata Prof dr Irawan Yusuf PhD.