Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Keris Kyai Naga Siluman Pangeran Diponegoro 150 Tahun Hilang Ditemukan, inilah Kehebatan Senjata itu

Keris Kyai Naga Siluman Pangeran Diponegoro 150 Tahun Hilang Ditemukan, inilah Kehebatan Senjata itu

Editor: Ilham Arsyam
ist
Lukisan Pangeran Diponegoro 

Semasa hidupnya, Pangeran Diponegoro memiliki sejumlah senjata berupa keris dan tombak. Sebagian besar pusakanya diberikan kepada putra dan putrinya.

Selain keris Kiai Naga Siluman, sang pangeran memiliki keris Kiai Bromo Kedali, keris Kiai Blabar, keris Kiai Wreso Gemilar, dan keris Kiai Hatim.

Keris yang turut dikubur bersama jasad Diponegoro adalah Kiai Ageng Bondoyudo.

Sejarawan Peter Carey mendata pusaka tersebut dalam biografi Pangeran Diponegoro, Kuasa Ramalan bagian apendiks XI.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid yang dikutip laman Historia menyebut keris itu rencananya akan dipamerkan saat pertemuan Raja Belanda Willem-Alexander dengan Presiden Joko Widodo, 10 Maret mendatang.

Selain itu, keris Naga Siluman akan dipamerkan secara khusus di Museum Nasional agar publik dapat menyaksikannya.

Dalam pameran yang sama juga akan ditampilkan sejumlah benda pusaka Diponegoro yang telah dikembalikan pada 1978.

Yakni tombak, pelana kuda dan payung kehormatan, serta tongkat Kyai Cokro yang telah dikembalikan pada 2015.

Pangeran Diponegoro bernama lengkap Bendara Pangeran Harya Dipanegara.

Ia lahir pada 11 November 1785 dari trah darah biru.

Pangeran Diponegoro adalah anak sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga Kesultanan Yogyakarta.

Aura Keris Kyai Nogo Siloeman

Namanya mulai terkenal saat beliau mengobarkan Perang Jawa tahun 1825-1830.

Mengutip catalogue.nla.gov.au, Selasa (6/8/2019) gegara perang itu, VOC rugi besar hingga lama kelamaan bangkrut.

Sejak awal Pangeran Diponegoro memang sudah tak suka dengan penjajahan Belanda yang menyusahkan rakyat dengan memungut pajak tinggi.

Diponegoro semakin panas ketika Belanda mematok tanah miliknya di desa Tegalrejo secara sepihak.

Tak terima, Diponegoro kemudian mengobarkan Perang Sabil atau akrab di telinga kita sebagai Perang Jawa terhadap kolonial Belanda tahun 1825.

Perang selama 5 tahun ini dijuluki Belanda sebagai perang terbesar di Jawa.

Bayangkan saja, pasukan Diponegoro berhasil membunuh tak kurang dari 15.000 tentara Belanda dan kerugian materil amat tinggi yakni 20 juta gulden.

Sadar perang Jawa bakal merugikan, Belanda membuat tipu muslihat dengan menjebak pangeran Diponegoro dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830.

Namun bukannya berunding, Belanda di bawah Letnan Gubernur Markus de Kock menangkap Diponegoro.

Senjata Diponegoro dilucuti, termasuk sebuah keris pusaka bernama Kyai Nogo Siluman. 

Yang pernah menyentuh keris Kyai Nogo Siluman dan merasakan aura kesaktiannya adalah maestro seni lukis Indonesia, Raden Saleh saat dirinya masih di negeri Kincir Angin.

Ketika memegang keris Kyai Nogo Siluman, relung batin Raden Saleh bergejolak, hatinya bergetar.

"Kyai berarti tuan. Semua yang dimiliki seorang Raja memakai nama ini. Nogo adalah ular dalam dongeng dengan sebuah mahkota di kepalanya."

"Siloeman adalah sebuah nama yang terkait dengan bakat-bakat luar biasa, seperti kemampuan untuk menghilang dan seterusnya."

"Oleh karena itu, nama keris kyai Nogo Siluman berarti raja ular penyihir, sejauh hal itu dimungkinkan untuk menerjemahkan sebuah nama yang megah," beber Raden Saleh dalam : Awal Seni Lukis Modern Indonesia.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Setelah 150 Tahun Keris Kyai Naga Siluman Pangeran Diponegoro Akhirnya Dipulangkan ke Tanah Air"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved