VIDEO: Setelah Wakil Menteri Kesehatan, Wakil Presiden Iran juga Positif Terjangkit Virus Corona
Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar dilaporkan terkena virus corona, beberapa hari setelah wakil menteri kesehatan Iraj Harirchi
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN-TIMUR.COM-Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar dilaporkan terkena virus corona, beberapa hari setelah wakil menteri kesehatan Iraj Harirchi menderita penyakit yang sama.
Dalam keterangan media lokal, wapres bidang perempuan dan keluarga itu disebut menderita gejala ringan, dan tidak dirujuk ke rumah sakit.
Sebelum menjabat sebagai Wakil Presiden Iran, Masoumeh Ebtekar dikenal sebagai juru bicara berbahasa Inggris "Mary", dilansir Sky News Kamis (27/2/2020).
Dia dikenal atas insiden penyekapan para diplomat AS di kedutaan besar Teheran, dan menyebabkan krisis diplomatik selama 444 hari pada 1979 silam.
Sebelum Ebtekar, wakil menteri kesehatan sekaligus ketua satuan tugas anti-virus, Iraj Harirchi, lebih dahulu terkena virus tersebut.

Dia terkonfirmasi terinfeksi setelah sehari sebelumnya, dia terlihat tidak nyaman dan berkeringat ketika memberikan konferensi pers.
Iran adalah negara dengan kasus kematian terbesar akibat Covid-19, penyakit yang diakibatkan virus corona, di luar negara asalnya, China.
Terdapat 26 korban meninggal dan 254 kasus penularan yang terkonfirmasi, dengan 106 di antaranya merupakan laporan infeksi baru.
Sekitar 10 persen dari para penderita virus yang diyakini berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan dilaporkan sudah meninggal.
Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tingginya angka kematian itu disebabkan karena gejala ringan yang tak segera ditangani.
Sebagai upaya pencegahan, kantor berita IRNAmelaporkan Teheran melarang semua warga asing yang berasal dari China untuk masuk.
Episentrum dari virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu berasal dari Qom. Kota suci Syiah yang saat ini tempat ibadahnya tetap dibuka meski terdapat imbauan agar ditutup.
Pemerintah Iran, dalam hal ini Presiden Hassan Rouhani, menyiratkan tidak akan mengarantina kota pusat penyebaran meski tren wabahnya tengah meningkat.
Namun, keberadaan virus yang mirip dengan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) memutuskan menangguhkan shalat Jumat di Teheran maupun Qom.
Juru bicara kementerian kesehatan, Kianush Jahanpur, meminta publik untuk menghindari "melakukan perjalanan yang tak diperlukan".
Selain itu, kementerian luar negeri mengatakan bahwa 20.000 alat tes dan perlengkapan untuk memeriksa virus itu bakal dikirimkan dari China Jumat (28/2/2020).(*)