MRT Makassar
Apa Kabar MRT Makassar? Ini Kata Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah
Pemprov Sulsel bersama JICA menindaklanjuti rencana pembangunan Moda Raya Terpadu/Mass Rapid Transit (MRT) di kota Makassar.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) bersama Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA), menindaklanjuti rencana pembangunan Moda Raya Terpadu/Mass Rapid Transit (MRT) di kota Makassar.
Rencana pembangunan relnya dari Sultan Hasanuddin International Airport Makassar (SHIAM) ke pusat Kota Makassar.
Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah mengatakan, Pemprov Sulsel akan tindaklanjuti segera pembangunan MRT dari airport ke Kota Makassar.
"Pembangunan moda transpprtasi massa ini akan dibiayai oleh JICA. Untuk itu, terlebih dahulu akan melalukan studi kelayakan proyek atau Feasibility Study (FS)," ujar NA di sela dinner with courtesy with JASCA di Rumah Jabatan Gubernur Jl Sudirman Makassar Kamis (27/2/2020) malam.
JICA lanjut NA, sudah mengatakan, pembangunannya kdimulai dari FS dulu, FSnya selesai kita akan bicara soal financing," ujarnya.
Adapun bentuk financing atau pembiayaanya dalam bentuk loan atau pinjaman.
"Financingnya itu loan, mungkin porsinya 85 persen dibiayai pusat, 15 persen Pemprov Sulsel," ujarnya.
Rencana MRT ini juga merupakan salah satu langkah dalam menghadirkan smart city kepada masyarakat Kota Makassar.
"Kita mulai menata sistem transportasi kita," ujarnya.
Dimulai Tahun Ini
Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan sejumlah rencana persiapan pengembangan transportasi rel perkotaan.
Terkait jenis transportasi telah disepekati mass rapid transit (MRT) Makassar dari dari Sultan Hasanuddin International Airport Makassar (SHIAM) ke pusat Kota Makassar.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandeo tahun lalu mengatakan meski belum dimulai konstruksi, namun pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, dan kali ini bersama Pemprov Sulsel.
Target realisasi rel KA perkotaan memakan waktu 2 tahun, dimulai 2020 hingga 2021. Direncanakan, tahun 2020 telah dilakukan feasibility study, dilanjutkan penentuan dan pembebasan lahan, lalu front-end engineering design (FEED), basic design, dan detail engineering design (DED)
"Sekira dua tahun bisa selesai, feasibility study kita mulai tahun depan. Tapi tahun ini sudah koondinasi dengan pemerintah daerah, termausk industri, seperti PT Inka (Industri Kereta Api) (persero), terkait kesiapan memproduksi LRT atau MRT disini," jelasnya.