Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nama Nurdin Abdullah Masuk Survei Capres, Nadiem Makarim di Bawah, Kabar Buruk untuk SYL dan Ahok

Nama Nurdin Abdullah masuk survei Capres, Nadiem Makarim di bawah, kabar buruk untuk SYL dan Ahok yang namanya tak masuk.

Editor: Edi Sumardi
WIKIPEDIA/KOMPAS.COM/KOMPAS TV
Nurdin Abdullah, Nadiem Makarim, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Nama Nurdin Abdullah masuk survei Capres, Nadiem Makarim di bawah, kabar buruk untuk SYL dan Ahok yang namanya tak masuk.

Berikut ini hasil survei terbaru soal daftar bakal calon Presiden dan Wakil Presiden RI.

Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memiliki elektabilitas paling tinggi untuk Pilpres 2024.

Hal itu merupakan hasil survei Indo Barometer yang dirilis di Century Park Hotel, Jakarta, Minggu (23/2/2020).

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyatakan hasil itu diperoleh bila Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu belum berubah, sehingga Presiden Joko Widodo tak bisa mencalonkan kembali.

Dalam survei tersebut, ada 22 nama selain Prabowo Subianto yang disimulasikan dalam survei sebagai Capres.

Nama Jokowi dimasukkan.

"Prabowo Subianto unggul (22.5 persen), kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (14.3 persen), Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno (8.1 persen)," ujar Muhammad Qodari saat memaparkan hasil surveinya.

Selanjutnya pada posisi keempat disusul oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (7,7, persen), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (6,8 persen), Wakil Ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (5,7 persen), dan posisi ketujuh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (3,3 persen).

Selanjutnya di posisi kedelapan ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (2,6 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (2,5 persen), Menko Polhukam Mahfud MD (1,6 persen), Ketua DPR Puan Maharani (1 persen).

Ada juga nama Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah (0,5 persen), lalu di bawahnya ada Nadiem Makarim (0,3 persen).

Nurdin Abdullah yang baru setahun lebih menjabat gubernur merupakan satu-satunya tokoh dari Sulsel yang namanya masuk dalam survei.

Sementara, nama Menteri Pertanian RI Kabinet Indonesia Maju, Syahrul Yasin Limpo ( SYL ) sekaligus mantan Gubernur Sulsel tidak masuk.

Tak hanya itu, nama mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Ternyata tidak ada nama Ahok. Mohon maaf,” kata Muhammad Qodari.

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (KOMPAS.COM/GLORI K WADRIANTO)

Sedangkan dalam pertanyaan tertutup, pun nama Ahok tak ditemukan.

Selengkapnya, di bawah ini:

Prabowo Subianto: 22,5 persen

Anies Baswedan: 14,3 persen

Sandiaga Salahuddin Uno: 8,1 persen

Ganjar Pranowo: 7,7 persen

Tri Rismaharini: 6,8 persen

Agus Harimurti Yudhoyono 5,7 persen

Khofifah Indar Parawansa: 3,3 persen

M Ridwan Kamil: 2,6 persen

Erick Thohir: 2,5 persen

Mahfud MD: 1,6 persen

Puan Maharani: 1,0 persen

Nurdin Abdullah: 0,5 persen

Nadiem Makarim: 0,3 persen

Suharso Monoarfa: 0,3 persen

Prananda Prabowo: 0,3 persen

Budi Gunawan: 0,3 persen

Airlangga Hartarto: 0,3 persen

Zulkifli Hasan: 0,2 persen

Muhaimin Iskandar: 0,2 persen

Bambang Soesatyo: 0,0 persen

Sohibul Iman: 0,0 persen

Tidak akan memilih: 0,6 persen

Rahasia: 3,0 persen

Belum memutuskan: 13,3 persen

Tidak tahu: 1,0 persen.

Seperti diketahui, pada Pilpres 2019 lalu Prabowo Subianto merupakan rival dari pasangan Joko Widodo - Maruf Amin.

Ia berpasangan dengan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.

Upaya mantan Komandan Jenderal Kopassus ini menduduki kursi RI 1 tidak hanya dilakukan pada Pilpres 2019 saja.

Tercatat Prabowo Subianto sudah empat kali ikut kontestasi.

"Sementara itu nama lainnya di bawah 1 persen. Tidak akan memilih atau rahasia atau belum memutuskan atau tidak tahu atau tidak jawab 21.7 persen," lanjut Muhammad Qodari.

Survei nasional ini dilaksanakan pada 9 – 15 Januari 2020 di 34 provinsi.

Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1.200 responden dengan margin of error sebesar 2,83 persen, serta tingkat kepercayaan 95 persen.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner.

Responden survei adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah pada saat survei dilakukan.

Ini Kriteria Capres-Cawapres

Kendati Pemilu 2024 masih cukup jauh, namun sejumlah lembaga survei sudah mulai ancang-ancang untuk meneropong kriteria Capres-Cawapres yang diprediksi memiliki elektabilitas tinggi.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengatakan, salah satu alasan masyarakat memilih kandidat capres-cawapres yaitu dengan melihat kebiasaan mereka dalam bekerja.

Berdasarkan hasil survei PPI dan Politika Research Consulting (PRC), sebanyak 45,2 persen responden memilih sosok capres dan cawapres yang lebih banyak mengunjungi warga dan melihat masalah di lapangan.

Sementara, sebanyak 29,7 persen memilih sosok yang dianggap lebih tanggap dalam mengatasi masalah darurat (29,7 persen).

"Kalau parpol mau mengusung capres, cari yang paling sering blusukan dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat," kata Adi saat memaparkan hasil survei gabungan di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Minggu (23/2/2020).

Menurut Adi, tidak sedikit calon presiden yang cukup populer di berbagai sosial media, namun pada kenyataannya di level akar rumput justru memiliki elektabilitas rendah.

"Itu karena mereka kurang berinteraksi dengan masyarakat," ujar dia.

Selain kebiasaan kerja, PPI dan PRC juga memonitor sejumlah kriteria lain seperti kepribadian, kriteria sosiologis, moral, latar belakang profesi, jenis kelamin, suku, dan agama.

Dari aspek kepribadian, sosok yang jujur dan anti korupsi,tegas dan berani dalam mengambil tindakan diprediksi akan memiliki elektabilitas tinggi.

Sementara dari aspek latar belakang, mereka yang berasal dari kalangan profesional, tokoh agama, dan TNI (15,2 persen) diprediksi cukup dijagokan masyarakat.

Sedangkan dari aspek agama dan suku, masyarakat cenderung lebih memilih sosok pasangan muslim, namun tidak mempersoalkan latar belakang suku manapun.

"Yang menarik dari sosok agama ini, ada kesan publik rindu dengan sosok ini," tutur Adi.

Survei ini dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 2.197 orang di 220 desa/kelurahan secara proporsional pada 28 Januari hingga 5 Februari 2020.

Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error sebesar 2,13 persen.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved