Virus Corona
Pakar: Virus Corona Bisa Menular Lewat Mata, 41 Meninggal hingga Belum Ada Obatnya
Pakar: Virus Corona bisa menular lewat mata, 41 meninggal hingga belum ada obatnya. Penularan Virus Corona yang bisa menyebabkan kematian membuat kita
TRIBUN-TIMUR.COM - Pakar: Virus Corona bisa menular lewat mata, 41 meninggal hingga belum ada obatnya.
Penularan Virus Corona yang bisa menyebabkan kematian membuat kita harus waspada.
Seorang pakar medis asal China meyakini, Virus Corona yang saat ini meresahkan dunia bisa menular lewat mata.
Wang Guangfa adalah tokoh populer dalam dunia medis Negeri "Panda", di mana dia membantu mengatasi wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2003.
Pakar pernapasan Rumah Sakit Pertama Universitas Peking Beijing itu mengaku terinfeksi Virus Corona, namun saat ini telah sembuh.
Dilansir SCMP dan Daily Mirror, Jumat (24/1/2020), Wang Guangfa menyatakan terkena virus itu saat mengunjungi Wuhan dua pekan lalu.
Kota yang terletak di Provinsi Hubei tersebut merupakan asal muasal penyebaran patogen baru dengan kode 2019-nCov itu.
"Saya punya energi untuk berselancar di WeChat, internet, maupun pesan teks, di mana saya tersentuh dengan doa dan harapan semua orang," paparnya.
Wang menuturkan, dia meyakini terkena penyakit yang mirip SARS itu melalui penularan di mata karena tidak mengenakan pelindung lengkap.
Dia mengungkapkan saat kejadian, dia sudah memakai masker N95 dan pakaian pelindung.
"Tapi saya segera menyadari tidak memakai pelindung mata," ujarnya.
Usai pulang dari Wuhan dan kembali ke Beijing, Wang menceritakan mulai menderita konjungtivis di bagian mata kirinya.
Sekitar 3 jam kemudian, dia mengaku menderita demam dan radang selaput lendir yang parah.
Dia menuturkan awalnya sempat mengira menderita flu.
Dia memutuskan untuk mencoba tes Virus Corona setelah pengobatan flu tidak berhasil, di mana hasilnya adalah positif.
Wang kemudian mengajukan asumsi, bahwa salah satu penularan patogen yang sudah menyebar hingga 12 negara itu adalah melalui mata.
Menindaklanjuti klaim Wang, pakar dari Komisi Kesehatan Nasional China Li Lanjuan menyatakan, tim medis yang merawat pasien harus mengenakan goggle.
Wang sempat mendapat hujatan setelah 2 pekan lalu, dia menyebut penyebaran virus tersebut sudah bisa dikendalikan.
Namun, dia sendiri jatuh sakit, dengan penyakit itu sudah membunuh 41 orang, dengan sebagian besar terjadi di Wuhan maupun Provinsi Hubei.
Wang bersikukuh, penyakit itu bisa diatasi.
Namun dibutuhkan kerja ekstra dikarenakan situasi di Wuhan berbeda dengan area lain.
Dia berkata, langkah pemerintah pusat dengan menutup Pasar Hasil Laut Huanan, diyakini sebagai sumber pertama penyebaran virus Wuhan, sudah tepat.
Selain itu, dia juga menekankan bahwa virus sudah bisa diidentifikasi, di mana prosesnya lebih cepat dibanding saat penanganan SARS.
Apakah Virus Corona Bisa Disembuhkan?
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menegaskan bahwa semua Virus Corona, termasuk Virus Corona 2019-nCoV belum ada obatnya.
Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.
"Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan," katanya.
Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
"Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam," katanya.
Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.
Bagaimana Penanganannya Jika Terkena Virus Corona?
Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap Virus Corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi.
Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.
Jika terduga masih menunjukan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.
Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat.
"Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya," kata Diah.
"Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi," ujar Diah.(kompas.com/bbc news indonesia)