Jalan-jalan di Benteng Somba Opu, Saksi Bisu Pertempuran Imperium Kerajaan Gowa dan Belanda
Benteng Somba Opu adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa yang kini menjadi destinasi wisata di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUNTIMURTRAVEL.COM -Benteng Somba Opu adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa yang masih bertahan.
Lokasinya berada di Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Tak jauh dari Jl Dg Tata Kota Makassar.
Kawasan Benteng Sumba Opu kini dijadikan sebagai situs wisata bersejarah gratis yang dapat disambangi jika bertandang ke Sulawesi Selatan.
Lokasi wisata Benteng Somba Opu dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Untuk sampai ke Benteng Somba Opu, pengunjung harus melewati jembatan besi panjang yang melintang di atas Sungai Jene'berang.
Di depan gerbang pintu masuk Benteng Somba Opu, terdapat Gowa Discovery Park (GDP).
Sebelum masuk ke area Benteng Somba Opu, wisatawan akan menjumpai denah lokasi yang mempermudah pengunjung menelusuri kawasan wisata ini.

Sedikit jauh dari perkotaan membuat kesan berada di zaman dahulu begitu terasa kala berjalan di dalam kawasan Benteng Sumba Opu.
Apalagi dibangun rumah adat dari berbagai etnis yang ada di Sulawesi Selatan.
Di antaranya rumah adat Bugis, Tator, Luwu, Bulukumba, Soppeng, Kajang, Mandar, Majene, Mamuju, Gowa dan Ujung Pandang (Makassar) siap memanjakan mata.

Di beberapa sudut kawasan, terdapat papan yang berisi berbagai informasi terkait Benteng yang disediakan Pemerintah provinsi Sulsel
Misalnya papan yang berisi Sejarah Benteng Sumba Opu.
Dalam papan dituliskan Benteng Sumba Opu dibangun atas perintah raja Gowa IX Daeng Mantenre Karaeng Mannungtungi Tumaparisi Kallona.
Pada masa itu Benteng Sumba Opu masih terbuat dari tanah liat.

Masa pemerintahan raja X Tuna Pallangga Ulaweng Benteng Sumba Opu diperkuat dengan mendirikan dewata Bastian dari batu dan bata dipersenjatai meriam.
Perbaikan dan pembangunan terus dilanjutkan hingga Raja XIV Sultan Alauddin bahkan setelah Sultan Hasanuddin memegang tampuk pemerintahan Kerajaan Gowa.
Kala itu, Kota Sumba Opu bertumbuh pesat dan menjadi setrum kekuasaan pemerintah sekaligus salah satu kota niaga yang sangat mashur di Asia Tenggara.
Hingga Benteng Sumba Opu dihancurkan atau dibumihanguskan oleh kompeni Belanda pada tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit.
Pertempuran sengit itu antara Sultan Hasanuddin dan Belanda dalam perang Makassar.
Kejatuhan Benteng Sumba Opu sekaligus merupakan kehancuran imperium Kerajaan Gowa.
Kondisi Fisik

Kondisi fisik Benteng ini terbentuk empat persegi, sebuah sisinya berukuran panjang kurang lebih 2km dengan tinggi tembok antara 7-8 m.
Ketebalan dinding rata-rata 12 kaki atau 360m diperkuat dengan 4 bastion (selakah).
Selain dijadikan kawasan wisata, tempat ini juga sering digunakan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sekolah, universitas hingga berskali provinsi.
Pemerintah telah melengkapi sarana kebutuhan lain seperti bangunan representasi daerah di Sulsel sebagai penunjang kegiatan.
Pantauan Tribun Timur, rumah adat tersebut memiliki masing-masing penjaga atau pengelola.

Misalnya Riswan yang penjaga Rumah Adat Mandar, Riswan mengatakan untuk harga sewa rumah mulai Rp 800 ribu/malam.
"Kalau ada Mandar sendiri Rp 800 ribu/malam," katanya.
Lebih lanjut, Riswan mengatakan kawasan ini ramai dihari libur. Namun tak ada batasan untuk jam berkunjung.
"Hari-hari libur ramai. Kalau batasan berkunjung tidak ada," tambahnya.
Museum Karaeng Pattingaloang

Nah, jika ingin mendalami sejarah Benteng Sumba Opu, pengunjung bisa bertandang ke Museum Karaeng Pattingaloang yang berada di kawasan situs ini.
Di dalamnya terdapat beberapa benda- benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa dan material Benteng.
Misalnya Batu bata yang berfungsi sebagai dinding Benteng Sumba Opu. Kedaan benda tidak utuh (patah).
Adapula Fragmen Keramik, bahan terbuat dari tanah liat, hasil ekskavasi tahun 1992. Berasal dari China, Vietnam dan Thailand.

Moluska Kerang Laut, hasil ekskavasi tahun 1987 sampai dengan 1992, kerang laut ini kemungkinan sebagai salah satu bahan lauk pauk masyarakat pada masa kerajaan Gowa.
Museum mulai dibuka pukul 08.00 - 20.00 Wita.
Satpol PP yang menjaga Museum, Muhiddin mengatakan untuk masuk ke dalam museum pengunjung hanya membayar kontribusi sesuka mereka
“Seikhlasnya pengunjung mau bayar berapapun,” katanya.
Lebih lanjut, Muhiddin mengatakan belakangan ini pengunjung museum cukup sepi.
Kendati demikian, berdiri sejak lama, Museum Karaeng Pattingaloang sudah dikunjung para petinggi negera, wisatawan lokal hingga mancanegara.
Jika ingin lebih menambah pengetahuan, pemerintah juga telah menyediakan puluhan buku sejarah misalnya adat dan upacara perkawinan daerah Sulsel.
Fasilitas Lainnya
Untuk wisatawan muslim yang ingin menjalankan ibadah, pemerintah telah membangun satu buah mesjid.
Dilengkapi dengan toilet.
Hadir pula beberapa toko kelontong dan penjual gerobak seperti bakso dan lainnya.
Spot foto

Kawasan ini juga cocok dijadikan spot foto.
Saat Tribun Timur menelusuri kawasan, banyak pasangan yang tengah mengambil gambar prewedding.
Pengunjung Fazlin Aini mengaku banyak mendapat pengetahuan baru dengan berwisata di Benteng Sumba Opu.
"Masuknya gratis, suasananya juga adem jauh dari perkotaan. Kita lebih bisa menikmati liburan sambil tambah pengetahuan," katanya.(*)
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
(*)