Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Mamasa

Potret Kemiskinan, Sepasang Lansia Tinggal di Gubuk Reyot Tak Jauh dari Kantor Bupati Mamasa

Potret kemiskinaan yang dialami salah satu keluarga di Dusun Dengen, Desa Osango, Kecamatan Mamasa.

Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/SEMUEL MESAKARAENG
Rumah milik Pappa, Warga Dusun Dengan, Desa Osango, Mamasa 

TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat terbentuk menjadi kabupaten pada tahun 2002 lalu, hasil pemekaran Kabupaten Polewali Mamasa yang saat ini dikenl dengan Polewali Mandar.

Usianya yang hampir menginjak 18 tahun tentu masih sangat baru, dibanding kabupaten Polewali Mandar yang tak lain adalah kabupaten asalnya.

Meski begitu, sejak beberapa tahun terakhir Kabupaten Mamasa dinyatakan keluar dari status daerah tertingga, berbeda dengan Polman beberapa tahun sebelumnya sebagai daerah tertinggal.

Namun pada kenyataannya, Mamasa sangat jauh dari kata maju alias masih sangat jauh tertinggal.

Hal itu dapat dibuktikan dari potret kemiskinaan yang dialami salah satu keluarga di Dusun Dengen, Desa Osango, Kecamatan Mamasa.

Di dusun itu, hidup sepasang lanjut usia (lansia) yakni keluarga Pappa (74) bersama Mariam istrinya yang juga telah lanjut usia.

Di usianya yang senja, ia tak hanya dibebankan kebutuhan pribadinya, tetapi juga dibebankan oleh kebutuhan cucu dan cicitnya yang tinggal seruma dengannya di atas gubuk reot.

Appa dan tiga orang anngota keluargganya tinggal di atas gubuk reot yang sangat memprihatinkan.

Kondisinya sangat mengiris hati. Kendati tidak, gubuknya haya berukuran tak lebih dari 2x3 meter.

Selain sempit, atap gubuknya yang terbuat dari alang-alang mulai lapuk, jika hujan deras, ia kerap kehujanan saat tidur.

Tiang rumahnya yang terbuat dari kayu mulai miring dan nyaris roboh. Dinding sebagai tameng dikala hujan dan kencangnya angin yang terbuat dari alang-alang pun mulai lapuk.

Pappa mengaku tinggal di gubuk itu kurang lebih 16 tahun yang lalu, beberapa tahun setelah Mamasa terbentuk jadi kabupaten.

"Sebelumnya saya tinggal di Dengen, tapi lokasi yang saya tinggali dibanguni perumahan dinas, jadi saya pindah ke sini," ujar Appa, Selasa (14/1/2020) siang.

Pappa yang penghasilannya hanya dari kerajinan anyaman nyiru dan kurungan ayam seakan hidup pasrah dengan kondisi usia yang hampir senja.

Hasil anyaman nyiru yang dijualkan 60.000 rupiah perbuah menjadi andalan untuk menunjang kebutuhan sehari-harinya.

Ia memiliki salah seorang anak, namun dari anak yang dimiliki, juga sudah berkeluarga dan telah memiliki banyak cucu.

Kepada awak media, Pappa mengaku sejak berada di rumah itu, ia belum pernah sekalipun mendapat bantuan dari pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten.

Bahkan beberapa bulan terakhir, ia sudah tidak mendapatkan bantuan beras murah dari desa setempat.

"Tidak pernah dapat bantuan, hanya beras miskin tetapi sudah berapa bulan tidak dapat," ujar Pappa.

Ironisnya, tempat Pappa bermukim tidak jauh dari pusat perkantoran Pemerintah Kabupaten Mamasa, yakni kurang lebih 500 meter dari kantor Bupati Mamasa.

Di usianya yang senja, Pappa dan keluarganya berharap ada bantuan dari pemerintah untuk sedikit meringankan bebannya.

Laporan wartawan @sammy_rexta

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow Instagram Tribun Timur

Subscribe akun Youtube Tribun Timur

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved