PON Papua 2020
KONI Sulbar Butuh Rp 10 Miliar untuk PON Papua 2020
Meski terbilang masih sedikit cabor yang dapat diloloskan pada pesta olahraga terakbar di tanah air ini
Penulis: Nurhadi | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Provinsi Sulawesi Barat hanya meloloskan lima cabang olahraga (cabor) ke Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-XX tahun 2020 di Papua.
Kelima cabor tersebut adalah takraw di tiga nomor, yakni double event putra-putri dan beregu putri. Kemudian catur perorangan, dayung lima nomor, atletik di nomor jalan cepat 20 kilometer dan balap motor di tiga kelas.
Meski terbilang masih sedikit cabor yang dapat diloloskan pada pesta olahraga terakbar di tanah air ini, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Barat, akan tetap memaksimalkan persiapan para atlet dengan sisa waktu delapan bulan.
"Dari 37 Cabor yang dipertandingkan di PON 2020, kita hanya bisa meloloskan lima cabor, itupun tidak semua kelas dalam satu cabor lolos, kita tidak bisa bandingkan dengan provinsi lain yang sudah maju, baik segi anggaran maupun sarana," kata Ketua KONI Sulbar, Hamid, kepada wartawan di Hotel Grand Mutiara Mamuju, Kamis (26/12/2019).
Untuk memaksimalkan persiapan atlet, kata dia, tentu harus ditunjang dari segi anggaran. Dikatakan, kendala selama ini sehingga olahraga sulit maju di Sulbar karena dukung anggaran dari pemerintah sangat minim.
"Untuk tahun 2020 saja KONI hanya mendapat dana hibah dari APBD sebesar Rp 7 miliar, anggaran ini bukan hanya untuk persiapan PON, tapi juga untuk operasional pengurus Koni," ujarnya.
Ia mengatakan, idealnya untuk memberangkatkan lima Cabor ke PON 2020 di Papua, minimal anggaran tiga kali lipat dari dana Pra PON. Kurang lebih Rp 10 miliar.
"Tapi kita juga paham, tidak boleh memaksakan karena keterbatas anggaran daerah, APBD Sulbar saja hanya sekitar Rp 2,1 triliun," ucap Hamid.
Sementara Ketua Bidang Pembinaan Prestasi, Rizal Sirajuddin mengatakam, KONI sulit berpikir prestasi jika tak didukung dengan anggaran.
"Kenapa prestasi olahraga kita merosot? Ini karena anggaran yang sangat minim untuk Koni. Kalau mau bicara prestasi, harus sebanding dengan anggaran, jujur saja selama ini belum ada sarana yang srandar bisa menunjang prestasi olahraga kita,"kata Rizal.
Bahkan, selama ini cabor andalan Sulbar, Dayung tidak memiliki dayun, sehingga para atlet membeli dayung secara pribadi. Kondisi ini juga dialami oleh cabor-cabor lainnya yang tak sempat lolos ke PON.
"Kalau 2020 anggaran Koni masih anjlok lagi, kita tidak tahu bagaimana nasib lima cabor kita akan berangkat ke PON, mereka butuh persiapan, mulai dari TC hingga tri out, ini membutuhkan dana, sehingga kita harap perhatian pemerintah,"ujarnya.
Pihak swasta yang diharapkan membantu, namun juga tak mampu memberikan apa-apa, seperti daerah lain, kemajuan olahraganya tidak lepas dari sokongan dana dari pihak swasta.
"Pernah kita kumpul perbankan di kantor gubernur, tapi tidak ada satupun yang bisa membantu. Nol besar, ini memang menjadi kendala kita, di Sulbar sudah sedikit perusahaan, pelit lagi, Jadi kita jangan harap prestasi kalau anggaran tidak ada,"tuturnya.
Sementara Sekertaris Koni Jamil Barambangi beranggaan, atlet Sulbar berprestasi selama ini karena mereka sendiri. Bukan karena kontribusi maksimal pemerintah melalui Koni.