Rocky Gerung
Rocky Gerung Sebut untuk Jadi Profesor Mesti Traktir Pejabat Mendikbud Makan Siang, Nadiem Tahu?
Rocky Gerung Sebut untuk Jadi Profesor Mesti Traktir Pejabat Mendikbud Makan Siang, Nadiem Tahu?
"Karena dia tahu, kalau Rocky datang pasti membawa musibah dan malapetaka," ujar Ali Ngabalin.
"Yang ngundang kampus!," tegas Rocky Gerung.
Perdebatan itu pun disambut tepuk tangan oleh para penonton, kemudian Rocky Gerung dan Ali Ngabalin pun tertawa.
Berusaha menengahi keduanya yang sedang beradu pendapat, Rizal Ramli justru menyambut baik adanya Nadiem Makarim di jajaran kabinet.
Sebelumnya, ia menceritakan perjuangannya untuk menegakkan demokrasi di Indonesia.
"Saya dari tahun 78 dipenjara, 1,5 tahun karena menulis buku kalau Indonesia sistemnya otoriter, merugikan rakyat, buku kecil itu diterjemahkan ke 9 bahasa saat saya masih 22 tahun. Esensinya adalah perjuangan demokrasi itu berbagai generasi, terakhir 98, yang membuat sistem demokrasi itu adalah Pak Habibie. Tapi belakangan sehabis Mega, SBY lumayan tidak ada yang ditangkap," jelasnya.
Kemudian kembai ke soal kabinet Jokowi-Maruf Amin, menteri yang paling baik dan pas menurutnya adalah Nadiem Makarim.
"Saya senang sekali pilihan Pak Jokowi paling baik adalah Nadiem Makarim, bosnya gojek, karena dia out off the box, biasa membenarkan sistem, bikin sistem, bikin proses data," ujarnya.
Rizal Ramli pun optimis pendidikan akan lebih baik lagi di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim.
"Nah kalau dia lakukan itu sebagai Mendikbud, dia beresin sistemnya, lebih transparan dan lebih terbuka, insyaAllah dunia pendidikan di Indonesia akan berubah," ungkapnya.
"Aamiin Aamiin," kata Ali Ngabalin.
Namun, ia mengingatkan Nadiem Makarim untuk tidak ikut-ikutan melarang kebebasan berpendapat di dunia pendidikan.
"Nah itu kontribusi positif, tapi kalau Nadiem juga ikut-ikut melarang Rocky atau siapapun, Ngabalin, atau siapa, wah sorry, saya terpaksa saya nggak simpati lagi sama Nadiem," tegasnya.
"Dia kan dari keluarga sangat terbuka, relatif akademik, mulailah kita dengan tradisi beda pendapat, itu biasa banget, apalagi di dunia universitas," tambahnya.