Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nasib BRT Mamminasata

Dishub Tak Tahu Mau Diapakan Bus Bantuan Kemenhub, Busway Makassar dan Telepon Presiden Bikin Ngakak

Baca juga "Proyek diam-diam dan cat merah" agar kamu semakin tertawa. Cat merah jalur busway disangka untuk lari maraton.

Editor: AS Kambie
tribun timur/muhammad abdiwan
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub RI Budi Setiadi , Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah bersama unsur pimpinan daerah lainnya memantau Armada Bus Rapid Transit (BRT) di Hotel Gammara Jl.Tanjung Metro, Makassar, Kamis (6/12/2018). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bus Rapid Transit (BRT) Mamminasata dirancang sejak tahun 2007.  Kemenhub menetapkan Makassar sebagai percontohan BRT pada tahun 2011.

Dua tahun kemudian, 2013 dimulailah pembangunan sarana dan prasarana berupa halte dan lainnya. Proyek senilai Rp 8 miliar ini berlangsung setahun, hingga 2014.

Awal 2014, Perum Damri ditunjuk menjadi pengelola BRT Mamminasata. Akhir 2014, 10 bus bantuan Kemenhub RI tiba di Makassar.

Bantuan demi bantuan bus dari kemenhub terus berdatangan ke Sulsel hingga 6 Desember 2018.

Setelah setahun terparkir di halaman Kantor Gubernur Sulsel, 15 bus bantuan kemenhub yang tak “bertuan dan tak bertujuan” itu akhirnya diberi pelat.

Dishub Sulsel memutuskan menempelkan pelat merah. Penanda bahwa bus itu kendaraan dinas.

Anehnya, Dishub Sulsel mengaku belum tahu akan diapakan bus-bus itu. Mereka masih menunggu arahan dari Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah terkait pemanfaatan 15 bus tersebut.

BACA SELENGKAPNYA DI TRIBUN TIMUR CETAK EDISI SABTU, 7 DESEMBER 2019

Telepon Presiden SBY
Saat menceritakan Busway Makassar di Redaksi Tribun Timur, Rabu (29/1/2014), Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sulsel Masykur A Sulthan tertawa terbahak-bahak.

Beberapa kali pantan Masykur Sulthan terangkat dari peraduannya. Kedua kakinya dihentakkan tiba-tiba diiringi gelak tawa.

Chairul A Tau, Kepala Dishub Kota Makassar waktu itu, yang duduk di sisi kanan Masykur Sulthan, sontak terbahak sambil menunjuk Masykur Sulthan. Suara tawa Adrian Mamusung, General Manager Perum Damri Cabang Makassar saat itu, tak kalah nyaring.

AKBP Yayat Ruhiyat SIK yang masih Kasat Lantas Polrstabes Makassar dan duduk di depan Masykur Sulthan waktu, ikut terpingkal. Perut Faisal Majid, yang hadir sebagai Kepala Seksi Angkutan Dishub Makassar saat itu, juga terguncang.

Tawa berjamaah itu dipicu cerita Masykur di balik pembatalan peluncuran Busway Makassar.

Sedianya acara itu digelar Rabu, 29 Januari 2014. Namun mendadak batal karena Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo tiba-tiba dipanggil ke Jakarta.

Menurut Masykur Sulthan pembatalannya tidak bisa disosialisasikan massif karena terjadi di malam hari.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Soeroyo Alimoeso, pun jadi korban pembatalan mendadak itu.

Cerita Masykur Sulthan yang mengundang tawa itu terkait niatnya mengonfirmasi Soeroso tentang kondisi terkini agenda peluncuran Busway Makassar.

Dengan hati-hati dan suara sesopan mungkin, Masykur Sulthan menelepon Soeroso.

"Mohon maaf, Pak Dirjen. Kami mau konfirmasi," ujar Masykur Sulthan.

Soeroso langsung menimpali, "Ah, aman, Pak Kadis. Kami sudah di jalan ini." Ketika itu, Soeroso sudah di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Masykur Sulthan semakin berusaha memperdengarkan suara sopan.

"Tapi ini, Pak Dirjen, ada sedikit masalah," katanya.
Lagi-lagi ditimpali Soeroso di balik telepon, "Macet, itu bukan masalah, biasa itu, Pak Kadis. Di mana-mana juga macet."

"Tapi, ini masalah, Pak Dirjen," kata Masykur Sulthan lagi.
"Ah, demo? Itu bukan masalah, Pak Kadis. Di mana-mana juga ada demo. Kalau tidak ada demo, dicari sendiri, bukan masalah itu, Pak Kadis. Biasa itu," jawab Soeroso.

"Ini benar-benar masalah, Pak Dirjen," suara Masykur Sulthan mulai agak keras. "Pak Presiden panggil....." Belum selesai Masykur Sulthan bicara, Soeroso berteriak di balik telepon, "Apa???... Dipanggil presiden, itu baru masalah. Masalah besar itu, Pak Kadis," kata Soeroso.

"Iya, Pak Dirjen. Pak Gubernur tiba-tiba dipanggil Pak Presiden ke Jakarta. Makanya acara batal," kata Masykur Sulthan.

"Waduw.... Kalau Pak Presiden yang panggil, itu baru masalah, Pak Kadis. Oke," ujar Soeroso.

Masykur Sulthan mengulang beberapa kali kalimat dirjen, ""Apa???... Dipanggil presiden, itu baru masalah. Masalah besar itu, Pak Kadis."

Manager Produksi Tribun Timur AS Kambie yang duduk di samping Masykur Sulthan spontan memukul punggul sang kadis sambil terpingkal. Sementara Wakil Pemimpin Redaksi Thamzil Thahir berdiri sambil memegang perut yang terguncang dengan mata berair.

BRT Mamminasara diluncurkan oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada 11 Maret 2014. Esoknya, 12 Maret 2014, Busway Mamminasata mulai beroperasi di jalur koridor dua, Mall Panakkukang-Mall GTC Tanjung Bunga.

Namun, hingga Oktober 2014, BRT Mamminasata masih sepi. Warga kota maupun warga sekitar kota yang datang ke Makassar belum merasa “bergengsi” jika naik BRT ke mall.

Hingga akhirnya, pada Mei 2015, BRT Mamminasata dihentikan. Tapi pada 27 Juni 2015, 3 unit BRT Mamminasata beroperasi lagi di koridor dua dari mal ke mal.

Koridor dua itu adalah Pergi: Mall GTC, Jl Metro Tanjung Bunga, Jl Penghibur, Jl Ahmad Yani, Jl Gunung Bulusaraung, Jl Masjid Raya, Jl Urip Sumoharjo, Jl AP Pettarani, Jl Boulevard. Pulang: Mall Panakkukang, Jl Boulevard, Jl AP Pettarani, Jl Urip Sumoharjo, Jl Gunung Bawakaraeng, Jl Jenderal Sudirman, Jl Dr Ratulangi, Jl Kakatua, Jl Rajawali, Jl Metro Tanjung Bunga.

Kemudian pada 1 Juli 2015, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo meresmikan koridor 3 dan 8 di Halte PNPM Sulsel, Jl AP Pettarani.

Rute koridor III: simpang lima Bandara Sultan Hasanuddin ke ujung Jl AP Pettarani. Rute koridor VIII: Terminal Pallangga ke Jl Sultan Alauddin dan memutar di ujung Jl AP Pettarani sebelum kembali ke Pallangga.

Tapi sayang, sebulan kemudian, 26 Agustus 2015, Perum Damri Makassar “lempar handuk”. Dia mengaku terus merugi dan mulai membatasi operasional BRT Mamminasata. Damri hanya mengoperasikan 5 bus di 2 koridor, koridor 2 dan koridor 3.

Perum Damri Cabang Makassar, sebagai pengelola BRT Mamminasata, mengumumkan akan mengembalikan sebagian bus ke Jakarta.

General Manager (GM) Perum Damri Makassar M Ilyas, ketika itu, mengatakan, Direksi Perum Damri Pusat akan menarik 20 dari 30 unit BRT Mamminasata kembali ke Jakarta.

Menurut Ilyas, salah satu penyebab sehingga armada BRT ditarik ke Jakarta karena perusahaan itu terus merugi sejak mengoperasikan armada ini mulai tahun 2014 lalu. Dalam satu tahun ini, Perum Damri Cabang Makassar rugi sekitar Rp 3 miliar.

Dishub Sulsel enggan menyerah. Pada Oktober-November 2015, dibangun 36 halte baru dengan total anggaran Rp 10 miliar.

Perum Damri kembali kemudian membuka rute baru di koridor 4 pada Pada 6 November 2015. Rute koridor 4 meliputi Terminal Kota Kabupaten Maros hingga Terminal Regional Darat Daya Kota Makassar.

Cat Merah Proyek Diam-diam
Busway Makassar ternyata proyek diam-diam. Bukan dirancang 2013, tapi sejak 2011.

"Kita memang sengaja sembunyikan karena khawatir memancing reaksi besar," ujar Masykur Sulthan, Kepala Dishub Sulsel yang ikut merancang Busway Makassar di redaksi Tribun, Rabu (29/1/2014).

Karena sembunyi-sembunyi, kehadiran Busway Makassar banyak memunculkan cerita lucu.

Salah satunya awal Desember 2013. Hari itu, Kepala Dishub Kota Makassar Chairul A Tau, Kasat Lantas Polrstabes Makassar AKBP Yayat Ruhiyat SIK, dan Kepala Seksi Angkutan Dishub Makassar Faisal Majid bertemu sejumlah pimpinan asosiasi sopir petepete di Makassar.

Ketika itu, beberapa ruas jalan di Makassar dicat warnah merah. Tak ada yang tahu "makna cat merah" itu.

Cat merah itu jadi teka-teki dalam pertemuan pemangku kebijakan jalan itu.

"Untuk apa cat merah itu, Pak," tanya AKBP Yayat. Chairul dan Faizal saling pandang. Keduanya tak tahu.

Tiba-tiba seorang pimpinan asosiasi sopir petepete berkata, "Anu, Pak. Cat merah itu untuk lari Maraton 10 K."
"Oh, jadi itu toh," kata Chairul diamini Yayat dan Faizal.
Waktu pertemuan itu memang sedang gencarnya promosi Lari Maraton 10 K dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Makassar.

Cat merah itu menjadi penanda Lari Maraton 10 K di benak mereka hingga Tribun Timur menampilkan foto cat merah itu di halaman 1 disertai keterangan "makna", edisi 24 Desember 2013.

"Setelah Tribun memunculkan foto itu, baru kami tahu kalau itu jalur busway," kata Chairul. "Iya, Pak, benar ini, Pak Kadis. Mohon maaf, kami benar-benar tidak tahu karena tidak pernah diajak bicara," ujar AKBP Yayat menambahkan.

Masykur Sulthan tersenyum simpul sambil menempel telapak tangan di mulutnya.

"Memang kita sembunyi-sembunyi dan tutupi, tapi tiba-tiba muncul di Tribun, he....he.....he....," kata Masykur Sulthan.
Lalu cerilah Masykur soal proyek sembunyi-sembunyi itu. menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel memendam proyek ini. Ide menghadirkan busway ini digagas diam-diam sejak 26 Mei 2011.

Ide itu muncul setelah Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dipanggil menghadap oleh Presiden Susilo Bambang (SBY) di Istana Negara.

SBY yang mengaku terus memantau perkembangan kemacetan di sejumlah kota, termasuk Makassar, khawatir akan masa depan transportasi di kota itu.

SBY lalu memanggil Syahrul bersama Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Bali, dan Gubernur Sumatera Utara.
Tujuh gubernur ini dinilai memiliki ibu kota provinsi di ambang macet total.

Pulang di Makassar, Syahrul mengumpulkan pejabat terkait membahas "kegalauan" presiden.

Aneka pendapat mengemuka. Pejabat yang berpikiran sederhana mengajukn penambahan dan perluasan jalan. Pilihan ini dianggap lebih mudah dan gampang.

Pemikiran agak rumit dimunculkan, introdusir angkutan massal berbasis jalan hingga memancing terjadinya alih moda.
Usulan terakhir yang diamini gubernur, memancing terjadinya alih moda.

Begitulah, hingga pertengahan Januari lalu, sejumlah armada busway tiba di Makassar. Kendaraan besi itulah yang diharapkan memancing terjadinya alih moda di Makassar dan sekitarnya sekaligus penawar macet yang dinilai paling ampuh dilakukan secepatnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved