Game Free Fire
Fakta-fakta Pemilik Game Free Fire Kaya Raya Setelah Berhenti Jadi PNS, Coba Tebak Berapa Asetnya?
Fakta-fakta Pemilik Game Free Fire Kaya Raya Setelah Berhenti Jadi PNS, Coba Tebak Berapa Asetnya?
Fakta-fakta Pemilik Game Free Fire Kaya Raya Setelah Berhenti Jadi PNS, Coba Tebak Berapa Asetnya?
TRIBUN-TIMUR.COM - Anak muda berusia 39 tahun Gang Ye saat ini menjadi pembicaraan.
Baru-baru ini dinobatkan masuk deretan orang terkaya di dunia.
Padahal dulunya Gang Ye adalah PNS di Singapura.
Berkat game battleroyale populer, Free Fire, milik perusaan Gang Ye, pundi-pundinya terus bertambah.
Gang Ye (39) adalah seorang miliarder baru Singapura.

Dia berhasil mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya dari perusahaan game yang dirintisnya Sea Ltd.
Gang Ye merupakan mantan Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) pemerintah Singapura, tepatnya di Dewan Pengembangan Ekonomi SIngapura.
Alumni Carnegie Mellon University AS ini juga sempat bekerja di perusahaan Wilmar International Ltd, yang notabene adalah perusahaan dari Indonesia.
Mengutip Bloomberg, Jumat (29/11/2019), pada pekan ini, Gang Ye berhasil menduduki posisi sebagai salah satu orang terkaya di Singapura berkat game yang dirilisnya, Free Fire menjadi permainan yang paling banyak diunduh di Apple App Store dan Google Play Store.
Dia merupakan perintis perusahaan Sea Ltd.
Berkat game tersebut, perusahaan yang dirintis Ye meraup pendapatan sebesar 1 miliar dollar AS.
Hal ini membuat kapitalisasi pasar Sea Ltd naik 3 kali lipat sejak perusahaan tersebut diluncurkan pada 2017.
Sebelum meraih sukses di Singapura, Gang Ye merupakan warga Tiongkok.
Saat masih remaja, dia pindah ke Singapura, tepatnya pada 1990-an.
Selanjutnya dia bersekolah ke AS yakni ke Carnegie Mellon University dan kembali ke Singapura.
Setelah kembali, dia meraih status warga negara di negeri jiran itu.
Saat ini sebagian besar saham Sea Ltd dipegang oleh perusahaan Tiongkok, Tencent Holdings Ltd.
Sementara itu, Gang Ye menguasai 8,4 persen saham Sea Ltd.
Saham Sea Ltd mencapai rekor tertinggi sepanjang bulan bulan November ini setelah perusahaan melaporkan pendapatannya naik tiga kali lipat menjadi 610,1 juta dollar AS pada kuartal III 2019.
Saat ini, Ye bersama koleganya yang juga membidani Sea Ltd, Forrest Li menjadi miliarder terbaru yang muncul dari kancah game.
Kaya Raya Berkat Video Game
Industri video game tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Industri ini kini bisa mendatangkan pundi-pundi kekayaan bagi orang yang benar-benar menggelutinya.
Hal tersebut dibuktikan oleh Gang Ye. Pria asal Singapura ini masuk dan tercatat sebagai orang terkaya berkat video game.
Gang Ye merupakan pengusaha muda asal Singapura yang merintis perusahaan teknologi Sea Limited (ltd) bersama rekannya, Forrest Li.
Sea Ltd. sendiri merupakan perusahaan rintisan yang didirkan pada 2009 silam.
Sebelum berganti nama pada tahun 2017, Sea Ltd. dikenal publik dengan nama Garena.
Perusahaan ini pun sampai saat ini masih memertahankan nama Garena sebagai divisi yang memayungi game battleroyale populer, Free Fire.
Karena game inilah Gang Ye pun dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Berdasarkan daftar orang terkaya di dunia versi Bloomberg, pria lulusan Universitas Carnegie Mellon, Pennsylvania, AS ini memiliki angka kekayaan senilai 1 miliar dollar AS dengan kepemilikan saham di Sea Ltd. yang mencapai 8,4 persen.
Naiknya Ye sebagai salah satu orang terkaya di Singapura sendiri tak lepas dari meningkatnya pendapatan yang diraup Sea Ltd. di kuartal ketiga tahun ini.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka pendapatan Sea Ltd. di kuartal ketiga (Q3) 2019 ini meroket tiga kali lipat mencapai 610,1 juta dollar AS.
Pada Q3 2018, Sea Ltd. mendulang pendapatan sebesar 204,9 juta dollar AS.
Sebagian besar pendapatan yang didapat Sea Ltd. disebut berasal dari game Free Fire yang berhasil meraup keuntungan sekitar 1 milliar dollar AS (sekitar Rp 14 triliun) sejak peluncurannya pada 2017 lalu.
Free Fire pun saat ini menjadi salah satu game yang paling banyak diunduh baik di Google Play Store maupun App Store selama 3 kuartal berturut-turut.
Sebelum meniti karir di Singapura, Gang Ye sendiri sempat tinggal dan menetap di China.
Dikutip KompasTekno dari Bloomberg, Senin (2/12/2019) pada 1990 silam ia kemudian pindah ke Singapura dan melanjutkan pendidikannya ke AS.
Ia juga sempat bekerja di perusahaan agribisnis Wilmar International Ltd. dan pernah menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tepatnya di Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura.
Selain menjabat sebagai Co-Founder Sea Ltd., saat ini Ia juga menduduki posisi Chief Operating Officer (COO) di perusahaan tersebut sejak 2017 lalu hingga sekarang.
Bukan Kecerdasan, 3 Kunci Kesuksesan Para Miliarder
Kehidupan para miliarder selalu menarik untuk ditelisik.
Ini termasuk usaha yang mereka lakukan untuk meraih kesuksesan.
Sejumlah studi pun dilakukan untuk mengetahui resep kesuksesan orang- orang terkaya tersebut.
Salah satunya adalah studi terbaru yang dilalukan UBS dan PricewaterhouseCoopers (PwC).
Dikutip dari Business Insider, Minggu (17/12/2019), studi tersebut menemukan bahwa kecerdasan bukanlah kunci kesuksesan para miliarder.
Menurut UBS dan PwC dalam laporannya yang bertajuk 2019 Billionaires Report tersebut, ada tiga hal yang menjadi kunci kesuksesan para miliarder.
Pertama, para miliarder memiliki minat yang tinggi untuk mengambil risiko secara cerdas.
Kedua, mereka fokus dalam bisnis yang membuat mereka melihat peluang bisnis yang tak dilihat orang lain.
Terakhir, mereka memiliki kegigihan serta keteguhan yang tinggi.
Menurut UBS dan PwC, ketiga sifat ini membentuk apa yang dinamakan "efek miliarder," yakni perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh seorang miliarder berkinerja dua kali lebih baik ketimbang perusahaan-perusahaan lainnya.
Studi itu menemukan, perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh para miliarder menikmati imbal hasil sebesar 17,8 persen sepanjang tahun 2003 hingga 2018.
Ini lebih tinggi dibandingkan imbal hasil indeks saham MSCI AC World Index yang hanya 9,1 persen.
Perusahaan-perusahaan milik para miliarder juga secara konsisten lebih menguntungkan dan berkinerja baik dalam enam tahun setelah melantai di bursa ketimbang perusahaan-perusahaan yang bukan dimiliki para miliarder.
Temuan dalam laporan UBS dan PwC tersebut juga sejalan dengan studi-studi lainnya, yakni para miliarder berpikir dan bekerja dengan cara berbeda dibandingkan orang-orang pada umumnya.
Secara terpisah, studi yang dilakukan peneliti Jerman Rainer Zitelmann menemukan bahwa para pengusaha super kaya memiliki toleransi yang tinggi terhadal frustrasi dan lebih berorientasi detail ketimbang orang-orang lainnya.
"Anda bisa mengatakan bahwa orang-orang kaya cenderung tidak menyenangkan dan tidak gelisah, namun mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, lebih terbuka terhadap pengalaman baru, dan lebih ekstrovert dibandingkan populasi secara umum," kata Zitelmann.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengusaha Asal Singapura Masuk Daftar Orang Terkaya Berkat Game",