Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Guru Honorer di Pelosok Enrekang

Kisah Guru Honorer SMA 45 Sossok Enrekang Tempuh Jarak 70 KM Mengajar, Digaji Rp 500 Ribu

Namun, disisi lain gaji atau pendapatan yang mereka dapatkan tak sebanding dengan pekerjaan yang mereka pikul.

Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Syamsul Bahri
Novita Sari Putri
Guru Honorer di SMA 45 Sossok, Enrekang, Novita Sari Putri (25). 

TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG-Menjadi seorang guru honorer tentu memiliki tantangan tersendiri. Mereka dituntut memenuhi tanggung jawabnya untuk mengajar.

Namun, disisi lain gaji atau pendapatan yang mereka dapatkan tak sebanding dengan pekerjaan yang mereka pikul.

Meski begitu, hal tersebut tak menjadi penghalang bagi Novita Sari Putri (25).

Gadis kelahiran 13 November 1995 ini telah beberapa tahun menjadi guru honorer di SMA 45 Sossok, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.

Menurutnya, ada banyak suka dan duka yang dirinya peroleh selama menjalani tugas sebagai guru honorer di sekolah tersebut.

Bayangkan, Ia harus menempuh perjalanan sejauh 70 Kilometer pulang-pergi setiap harinya demi menjalankan tugas mengajar sekolahnya tersebut.

Hal itu lantaran jarak antara rumah kediamannya yang ada di Kota Enrekang dengan sekolah tempatnya mengajar berjara sekitar 35 Kilometer.

Untungnya akses jalan yang dilalui sudah beraspal dan bisa dilalui menggunakan kendaraan roda dua yang dimilikinya.

"Dukanya tentu banyak, yang pertama tentu perjalanan yang cukup jauh. Tapi untungnya akses jalannya cukup bagus jadi bisa ditempuh sekitar 1 jam lebih PP," kata Novita, Senin (25/11/2019).

Selain perjalanan yang jauh, sarana dan prasarana khususnya dalam hal fasilitas di sekolahnya juga belum terlalu memadai.

Guru Honorer di SMA 45 Sossok, Enrekang, Novita Sari Putri (25).
Guru Honorer di SMA 45 Sossok, Enrekang, Novita Sari Putri (25). (Muh Azis Albar/Tribun Enrekang)

Sehingga keterbatasan tersebut harus diakalinya dengan berbagai cara untuk membuat siswanya tidak ketinggalan dalam hal pelajaran.

"Kalau fasilitas di sekolah ya tentu belum maksimal, jadi kita harus punya cara khusus untuk atasi keterbatasan agar para siswa bisa tetap belajar dengan baik,'" ujarnya.

Dengan berbagai kesulitan yang dialaminya tersebut, niat tulusnya untuk terus mengabdi itu tidak pernah goyah.

Meski dirinya hanya menerima honor sebesar Rp 500 ribu per bulan. Gaji itu diterimanya setiap tiga bulan sekali dari pihak yayasan.

Baginya, membuat dan mendidik anak-anak hingga menjadi cerdas dan sukses di kemudian hari lebih dari sekedar materi.

Walaupun, Ia juga mengakui dengan gaji yang sejumlah itu tak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

"Apapun itu kita tetap syukuri, bagi saya berbagi ilmu dan mendidik para siswa ini adalah sebuah kebahagian lebih dari materi," tuturnya.

Alumni Psikolgi Pendidikan UNM ini berharap, agar pemerintah melakukan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dan guru honor diangkat menjadi PNS khususnya di daerah terpencil.

Sehingga setiap anak berhak mendapatkan hak pendidikan yang layak dan merata hingga di pelosok negeri. (tribunenrekang.com)

Laporan Wartawan TribunEnrekang.com, Muh Azis Albar

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved