Guru Honerer Nyambi Jadi Tukang Pijit
Ibnu Soleh Guru Honorer SDN 02 Karema Mamuju Nyambi Jadi Tukang Pijat Keliling
Ibnu Soleh ada pria asal Tegal Jawa Tengah yang merantau ke tanah Manakarra julukan Kabupaten Mamuju sejak tahun 2015 lalu.
Penulis: Nurhadi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN MAMUJU.COM-Sahabat Ibnu Soleh (36) begitu saya sapa saat bertemu di jalan maupun ditempat umum lainnya.
Ia adalah seorang guru SDN 02 Karema Kabupaten Mamuju yang diupah seadanya.
Ibnu Soleh ada pria asal Tegal Jawa Tengah yang merantau ke tanah Manakarra julukan Kabupaten Mamuju sejak tahun 2015 lalu.
Sebelumnya ia juga seorang guru honorer di tanah kelahirannya selama 12 tahun.
Ia meninggalkan tanah kelahirannya untuk menemukan sesuatu yang berbeda dan lebih menjanjikan. Tiba di Mamuju ia tak langsung mengajar ia menjadi seorang penjual Martabak selama satu tahun setengah.
Mas Ibu mengajar di SD Negeri 02 Karema Mamuju sejak Januari 2018. Sebelumnya ia mengajar di SDN Negeri Tapandullu Mamuju, sekolah yang berada di daerah pesisir terpincil Mamuju selama 9 bulan, Maret - Desember 2017.
"Saya itu awalnya tidak tahu sama sekali tentang Mamuju karena orang Jawa taunya Makassar dan Palu. Saya ikut sama teman dari tanah Jawa. Taba disini saya menjual Martabak tapi saya berpikir saya harus kembali ke pendidikan karena disitu jiwa saya. Mengajar karena saya memang latar belakang pendidikan S1 PGSD,"kata Ibnu ditemui Tribun-Timur.com, di sekolah tempat mengajarnya, Jl Nelayan Mamuju, Senin (25/11/2019).
Ia mengungkapkan, honor mengajarnya di SD Negeri 2 Karema hanya Rp 300 ribu per bulan, tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Agar tetap survive di tanah perantau Mas Ibnu nyambi sebagai tukang pijat keliling.
"Jadi pagi sampai siang saya mengajar. Sore ngajar siswa-siswa saya mengaji, malamnya saya menerima panggilan jasa tukang pijat untuk menutupi kebutuhan sehari-hati mas. Saya dari rumah ke rumah kalau ada yang panggil,"ucap Ibnu Soleh.
Ibnu menuturkan, jika hanya mengandalkan gaji atau honor sekitar Rp 300 per bulan dari pemerintah tidak akan cukup. Sehingga ia berinisiatif mencari penghasilan tambahan di luar jam sekolah.
Ia menyebutkan, penghasilannya dari menjadi tukan pijat keliling lumayan dapat menutupi kebutuhannya. Rata-rata ia memperolah kurang lebih Rp 100-200 ribu per malam.
"Saya tetap semangat dalam membagi ilmu kepada anak-anak. Saya tidak mempertimbangkan gaji, bahkan mohon maaf kalau ada kegiatan anak-anak di sekolah saya justru lebih banyak berkorban. Prinsip saya ingin siswa saya berkualitas dan berprestasi karena jika siswa saya berprestasi itu tidak bisa dinilai dengan uang. Berapapun nilainya,"katanya.
" Karena memang saya hobi melatih dan membimbing sehingga kalau masalah gaji itu urusan kedua. Karena saya yakin urusan rejeki sudah ada yang atur, tapi saya berpikir bagaimana memajukan pendidikan yang ada di Mamuju, dengan inovasi dan pengalaman yang saya miliki,"ujarnya.
Di moment peringatan hari guru nasional 25 November ini, Ibnu Soleh berharap pemerintah utamanya pemerintah daerah memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan guru.
"Tidak usah diangkat jadi CPNS yang penting gaji sesuai. Karena lucu seorang guru sudah membimbing dan membina. Tapi sangat jauh dari kata layak. Malah lebih tinggi gajinya seorang kuli bangunan. Inikah ironi. Kalau kuli bisa dapat Rp 80 ribu per hari, tapi guru hanya Rp 10 ribu per hari. Hati nurani pemerintah harus lebih terbuka,"pungkas pria kelahiran tegal 4 Januari 1984 itu.
