Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penumpang Garuda Indonesia Ogah Diterbangkan Walau Diberi Uang Rp 1 Miliar, Penyebab

Penumpang Garuda Indonesia ogah diterbangkan walau diberi uang Rp 1 miliar, penyebab.

Editor: Edi Sumardi
HANDOVER DAN PLANESPOTTERS.NET/ARIF FAUZI
Penumpang pesawat udara Garuda Indonesia GA-271 tujuan Bandara Internasional Soekarno Hatta sesaat setelah mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jumat (22/11/2019) siang, karena cuaca buruk. Pesawat udara Garuda Indonesia PK-GRK (kanan). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Penumpang Garuda Indonesia ogah diterbangkan walau diberi uang Rp 1 miliar, penyebab.

Pesawat udara Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA-271 mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma pada Jumat (22/11/2019) pukul 11.50 WIB.

Pesawat jenis Bombardier CRJ-1000ER bernomor registrasi PK-GRK yang sedianya mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta itu terpaksa mendarat darurat karena cuaca buruk.

“Setelah mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, sebagian penumpang meminta untuk turun dan mengakhiri perjalanannya di Bandara Halim,” ujar VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan dalam keterangan tertulisnya, Jumat.

Salah seorang penumpang, Sigit Pramono sekaligus mantan Direktur Utama BNI, sebagaimana dikutip dari Kontan, mengatakan, ada yang aneh dari kejadian ini.

Pasalnya, seluruh penumpang tidak diperbolehkan turun.

"Pilot mau terbang lagi ke Cengkareng, karena di Halim tidak ada petugas darat Garuda," katanya.

M Ikhsan Rosan menambahkan, Garuda Indonesia bersedia untuk mengakomodasi permintaan tersebut setelah berkoordinasi dengan otoritas bandara setempat serta berkoordinasi dengan ground handling yang ada di Bandara Halim Perdanakusuma.

“Garuda Indonesia juga tidak memiki ground handling di Halim sehingga perlu waktu untuk berkoordinasi untuk mengakomodasi permintaan penumpang,” kata M Ikhsan Rosan.

Tak Mau Terbang Meski Dibayar Rp 1 M

Setelah pendaratan darurat itu, kata Sigit Pramono, penumpang ketakutan dan trauma.

Meski demikian,Sigit Pramono dan penumpang lainnya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada pilot dan Garuda Indonesia.

"Keputusan pilot sangat tepat sekali. Masalahnya hanya para penumpang tidak mau terbang lagi dari Halim ke Soetta. Mereka masih trauma," kata Sigit Pramono.

Bahkan, lanjutnya mengatakan, ada seorang pengacara bernama Rini Tarigan tidak mau diminta terbang lagi meski diberi uang Rp 1 miliar.

Sesuai aturan penerbangan domestik dan internasional, Garuda Indonesia diharuskan untuk menerbangkan penumpang dari bandara asal hingga bandara akhir tujuan.

Namun, Garuda Indonesia harus melihat situasi yang berkembang di lapangan sehingga mengizinkan penumpang untuk turun di Bandara Halim Perdanakusuma.

Sebagian penumpang tetap memilih turun dari pesawat dan sebagian penumpang diterbangkan kembali ke Bandara Internasional Soekarno - Hatta setelah proses di Bandara Halim Perdanakusuma selesai.

Dari total 94 penumpang, sebanyak 69 penumpang memutuskan turun di Bandara Halim Perdanakusuma dan 25 penumpang melanjutkan perjalanan ke Bandara Internasional Soekarno - Hatta.

Garuda Indonesia memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang bahwa pendaratan yang seharusnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, terpaksa dialihkan ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan perjalanan para penumpang.

“Garuda Indonesia juga membutuhkan waktu untuk berkoordinasi dengan otoritas dan ground handling untuk penurunan penumpang karena Halim bukan last destination pesawat GA271,” ucap M Ikhsan Rosan.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved