Najwa Shihab Sukses Sebagai Presenter, Inil 2 Pekerjaan Ibrahim Assegaf, Sempat Ungkap Soal Ranjang
Najwa Shihab Sukses Sebagai Presenter, Inilah Pekerjaan Ibrahim Assegaf, Sempat Ungkap Soal Ranjang Istrinya sukses sebagai presenter dan pembicara k
TRIBUN-TIMUR.COM - Najwa Shihab Sukses Sebagai presenter, Inilah pekerjaan Ibrahim Assegaf, Sempat Ungkap Soal Ranjang
Istrinya sukses sebagai presenter dan pembicara kenamaan, bagaimana dengan suaminya Ibrahi Assegaf?
Diketahui, ternyata suaminya pernah menggeluti dua bidang pekerjaan.
Menantu Quraish Shihab itu punya pekerjaan yang cukup keren loh.
Awalnya dirinya sempat menggeluti dunia media, kini sudah pindah ke bidang pengacara (Lawyering).
Hal tersebut diungkapkan Najwa Shihab saat diwawancarai Alvin Adam di Channel YouTube Alvin and Friends.
(TRIBUNTIMUR/RASNIGANI)
Ungkap Urusan Ranjang
Namun dilansir dari YouTube channel Trans7 Official saat menjadi bintang tamu program Hitam Putih awal tahun 2018, Nana justru blak-blakan membcarakan kisah cintanya.
Hal ini bermula dari hadirnya sang suami, Ibrahim Assegaf di panggung Hitam Putih.
Beda usia 6 tahun, kisah cinta Nana dan Ibrahim ternyata cukup unik.
Sama-sama menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, keduanya ternyata bertemu di kampus.
Saat itu Nana menjadi mahasiswa baru, sedangkan Ibrahim baru mau menyelesaikan kuliahnya.
"Ketemu di kampus karena Nana kebetulan ikut pertukaran pelajar, keluarga kita juga sama-sama kenal dan saya baru pulang magang dari Amerika terus orang tua saya suruh ketemu Nana," kata Ibrahim pada Deddy Corbuzier.
Sejak pertemuan itulah akhirnya Nana dan Ibrahim makin klop dan merasa cocok.
Tak hanya itu, menurut Ibrahim yang membuat dirinya lulus kuliah justru adalah Nana.
"Karena diancem sama bapaknya, 'kalau kamu serius mau kawin kamu harus lulus dulu'," kata Ibrahim menirukan perkataan ayah Nana.
Dan karena ancaman itulah Ibrahim berhasil lulus kuliah dan menikahi Najwa Shihab.
Menikah sejak tahun 1997, presenter cantik berusia 41 tahun ini telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Izzat Ibrahim, dan Namia yang telah meninggal 4 jam pasca dilahirkan.
Melansir Dari YouTube Trans7 Official, dalam program Hitam Putih awal tahun 2018, untuk pertama kalinya Ibrahim bersedia diundang sebagai bintang tamu di acara televisi seperti diwartakan dalam NOVA.id edisi Jumat, 12 September 2018.
Dalam acara yang dipandu Deddy Corbuzier ini, mereka pun akhirnya membahas kehidupan Najwa Shihab di balik layar kaca.
Tanpa basa-basi, Deddy langsung bertanya pada Ibrahim mengenai sosok Najwa sebagai istrinya.
Blak-blakan, suami yang menikahi Najwa sejak tahun 1997 ini pun membongkar segala kelakuan Najwa di rumah.
"Kalau di rumah santai, ramah, banyak ketawa. Tapi kadang saya sering ditanya apa saya sering dimarahin terus dicecar terus, tapi sebenarnya sama sekali tidak," jawab Ibrahim.
Menimpali jawaban sang suami, Najwa pun langsung berkomentar.
"Orang tuh suka melihat seminggu sekali Najwa berhadapan dengan politisi nih pasti Najwa setiap hari begini nih, padahal kalau di layar kaca saya melakukan tugas sebagaimana pekerjaan saya, tapi sebagai ibu dan istri di rumah ya saya santai," kata Najwa.
Tak hanya itu, Ibrahim juga membongkar rahasia bahwa sebenarnya Najwa tak bisa masak, dan justru ia lah yang lebih jago masak dari pada sang istri.
Dan siapa sangka perbincangan mereka pun sampai membahas urusan ranjang loh.
"Pertanyaan seputar ranjang, apakah Najwa Shihab itu ngorok?" tanya Deddy.
Tanpa pikir panjang Ibrahim pun menjawab, "Lebih kenceng saya, soalnya saya gak pernah komplain dan dia yang sering komplain."
Jawaban pria yang berprofesi sebagai lawyer ini pun langsung mengundang tawa seisi studio.
Terakhir, Ibrahim mengungkap jika Najwa adalah sosok yang relatif penyabar, sangat perhatian serta bisa membagi waktu antara kesibukannya dengan waktu untuk keluarganya.
Dan momen kebersamaan mereka berdua ini membuktikan jika seorang Najwa Shihab tak hanya sukses menjadi pembawa acara ternama, namun juga sukses menjadi istri dan ibu di dalam keluarganya.
Detik-detik Najwa Shihab Sindir Ketua PBNU yang Kritisi Menteri Agama Jokowi, Cek Video
Bukan Najwa Shihab namanya jika jika tidak bikin heboh masyarakat. Cek Video Lengkapnya di bawah.
Sosok presenter ini dikenal tegas dan Blak-blakan saat mewawancarai narasumber di Talkshow yang dipandunya, Mata Najwa.
Kali ini dirinya berani menyindir Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU) Marsudi Syuhud.
Hubungannya dengan radikalisme.
• Kabar Buruk Buat Erick Thohir Meneg BUMN 56% Masjid BUMN Kena Radikalisme Najwa Shihab Geleng Kepala
Cek selengkapnya di sini:
Marsudi Syuhud suara soal beberapa masjid-masjid pemerintah yang diduga terpapar paham radikalisme.
Dalam acara Mata Najwa, Rabu (14/11/2019), Marsudi Syuhud lantas menyinggung Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi.
Disebutnya, hingga kini PBNU belum pernah bertemu dan berdiskusi dengan Menag soal pemberantasan radikalisme.
Mulanya, Marsudi Syuhud memberikan komentarnya terkait sejumlah masjid pemerintah dan BUMN yang diduga terpapar radikalisme.
"Ke depan ini mestinya diurusi itu, yang tadi kena target kena target, pemerintahan masjid-masjidnya, bahkan masjid-masjid BUMN-nya, atau bahkan pegawai-pegawai negerinya, target," terang Marsudi Syuhud.
"Untuk itu ambil lah dari Muhammadiyah, dari NU, dari organisasi-organisasi yang sudah establish dan jelas, yang jelas nyata dan mudah diingatkan kalau ada anggotanya yang bersalah."
• Najwa Shihab Minta Uang untuk Pria yang Pernah Dipenjara Ini, Kok Bisa?
Presenter Najwa Shihab lantas menanyakan tentang komunikasi PBNU dengan Menag terkait hal tersebut.
"Spesifik soal ini, NU sudah ada komunikasi dengan Kementerian Agama, sudah ada rencana kerja spesifik misalnya untuk masjid-masjid dan sebagainya?," tanya Najwa Shihab.
Namun, jawaban mengejutkan disampaikan oleh Marsudi Syuhud.
Ia menyebut Menag sama sekali belum mengajak PBNU untuk berdiskusi.
"Ya tanyakan dulu sama Menteri Agama, wong (orang -red) belum pernah nanya ke kita mereka," ungkap Marsudi Syuhud.
"Masa belum pernah nanya?," tanya Najwa Shihab tak percaya.
Marsudi Syuhud pun menegaskan pihaknya sama sekali belum pernah bertemu dengan Menag.
"Ketemu aja belum," ucap Marsudi Syuhud.
"Belum pernah bertemu, sowan gitu?," tanya Najwa Shihab.

Ketua PBNU, Marsudi Syuhud buka suara soal beberapa masjid-masjid pemerintah yang terpapar paham radikalisme. (Tangkapan Layar YouTube Najwa Shihab)
• Kata-kata Najwa Shihab Ini Disoraki Saat Bahas Bedanya Gaya Susun Anggaran Anies Baswedan dan Ahok
Marsudi Syuhud menyebut bahwa kini Menag masih disibukkan dengan klarifikasi terkait keinginan melarang cadar dan celana cingkrang di lingkungan ASN.
"Menteri agamanya masih baru, masih sibuk sendiri ngurusin statement-nya itu," ucap Marsudi Syuhud.
Lantas, Najwa Shihab bertanya soal PBNU yang dianggap marah karena anggotanya tak dijadikan Menag.
"Ini maksudnya masih marah karena bukan NU yang menjadi menteri agama?," tanya Najwa Shihab.
"Yang marah itu bukan orang PBNU, ya masyarakat-masyarakat yang di medsos (media sosial) itu," terang Marsudi Syuhud.
Najwa Shihab lantas menyinggug soal Wakil Menag, Zainut Tauhid yang berasal dari PBNU.
"Kan sekarang wakil meterinya sudah NU, berarti sudah mesra dong?" (Dari partai) PPP lagi," tanya Najwa Shihab.
"Mesra? Ya coba tanyakan sama PPP, sudah mesra belum," terang Marsudi Syuhud.
Simak video berikut ini menit 3.52:
Kata Pengamat Intelijen soal Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Sebelumnya, Pengamat Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia (UI), Stanislaus Riyanta buka suara terkait kasus bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara, Rabu (14/11/2019).
Menurutnya, kasus bom bunuh diri tersebut merupakan bentuk aksi balas dendam kepada aparat kepolisian.
Ia mengungkapkan, aksi bom bunuh diri tersebut dilakukan oleh bagian dari kelompok teroris Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
ISIS disebutnya menganggap aparat kepolisian adalah musuh terbesar yang harus diberantas.
"Ini memang fenomena yang dilakukan oleh ISIS, jadi kelompok-kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS dia menganggap taghut atau musuh mereka adalah polisi," terang Stanislaus.

Lantas, ia juga menyebut bahwa ISIS memiliki pemahaman yang berbeda dengan kelompok teroris lain, seperti Al Qaeda.
Terutama, terkait sasaran utama penyerangan.
"Ini berbeda dengan kelompok sebelumnya yang berafiliasi dengan Al Qaeda seperti JI (Jamaah Islamiyah)," ucap Stanislaus.
"Dia menargetkan simbol-simbol Amerika seperti JW Mariot, Ritz Calrton, sekarang berbeda, ini ciri khas ISIS," sambungnya.
• Foto Masa Lalu Najwa Shihab Dibicarakan, Jangan Kaget Lihat Gayanya di Motor, Cek!
Lebih lanjut, Stanislaus menyebut bahwa kematian pimpinan ISIS Abu Bakar Al Baghdadi menjadi alasan utama dilakukannya bom bunuh diri di Polrestabes Medan.
Stanislaus menyinggung soal adanya unsur balas dendam dalam aksi bom bunuh diri tersebut.
"Nah, kenapa ini terjadi? Ini sebenarnya sudah diprediksi setelah kematian Abu Bakar Al Baghdadi pasti akan memicu aksi balas dendam," terangnya.
Lantas, ia juga menyinggung soal kasus penusukan Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamananan (Menko Polhukan) Wiranto.
Diketahui, Wiranto diserang orang tak dikenal saat berada di Pandeglang Banten beberapa waktu lalu.
Menurut Stanislaus, penyerangan Wiranto tersebut juga didasari oleh adanya rasa balas dendam pelaku.
"Kita lihat kasus Pak Wiranto, itu dilakukan oleh dua orang yang dia terdesak karena pimpinannya ditangkap, Abu Zee di Bekasi, dia kemudian lari ke Pandeglang karena terdesak, dia kemudian melakukan aksi kepada Pak Wiranto," ucap Stanislaus.
"Bayangkan jika pemimpin utama mereka yang di Timur Tengah sana itu tewas, dia melakukan aksi balas dendam."
Terkait bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Stanislaus menduga aksi tersebut dilakukan seorang diri.
"Pelakunya memang belum diindentifikasi apakah dia kelompok atau tunggal, tetapi dilihat dari aksinya tunggal memang," jelas Stanislaus.
Namun, aksi terorisme secara kelompok maupun tunggal disebutnya sama-sama berbahaya.
"Jadi permasalahannya adalah mau kelompok maupun tunggal kalau dia pelaku dan dia melakukan aksi terorisme itu berbahaya," ungkapnya.
Bahkan, menurutnya aksi terorisme tunggal lebih berbahaya dibandingkan dengan kelompok.
"Justru yang paling berbahaya adalah pelaku-pelaku tunggal ini karena dia tidak terdeteksi," terangnya.
"Dia merencanakan sendiri karena dia tidak terdeteksi, dia merencanakan sendiri, melakukan sendiri."