Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Terkait Kisruh Pengkaderan HMI Cabang Majene, Ini Penjelasan Tiga Komisariat

Terkait Kisruh Pengkaderan HMI Cabang Majene, Ini Penjelasan Tiga Komisariat

Penulis: edyatma jawi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/EDYATMA JAWI
Lokasi pengkaderan karateker komisariat persiapan STAIN HMI Cabang Majene di kampus Al-Mardiyah, Selasa (29/10/2019). 

Terkait Kisruh Pengkaderan HMI Cabang Majene, Ini Penjelasan Tiga Komisariat

TRIBUN-TIMUR.COM, MAJENE -- Ketua Komisariat Stikes, Fauzan angkat bicara terkait kasus pembakaran baliho dan pembubaran pengkaderan HMI karateker persiapan STAIN.

Fauzan menjelaskan, awalnya kader tiga komisariat mendatangi lokasi komisariat di Kampus STAI Al-Mardiyah, Selasa dini hari (29/10/2019). Diantaranya Komisariat Stikes, Ekonomi dan Sospol Unsulbar. Jumlahnya 20 an orang.

Mereka ingin menanyakan legalitas pelaksanaan basic training atau pengkaderan tersebut.

Baca: Siapa Calon Kapolri Idham Azis Pengganti Tito Karnavian? Pernah Buru Tommy Eks Ipar Prabowo Subianto

Baca: Selain Putri Anggota TNI Peluk, Temani Mayat Ibunya di Makassar, Ada Juga Bayi 7 Bulan di Surabaya

Baca: LENGKAP Pendaftaran CPNS 2019 di sscasn.bkn.go.id 11 November, Syarat, Dokumen,Cara Daftar di SSCASN

Fauzan dan kader lainnya menilai pengkaderan tersebut cacat prosedural. Sebab tidak terdapat SK kepanitiaan, master of training dan rekomendasi komisariat asal yakni Sospol dan Ekonomi.

"Harus ada komisariat dari dua komisariat bersangkutan. Karena kader STAIN yang masuk itu dari dua komisariat ini, makanya harus ada surat pindah dan itu tidak diberikan komisariat," jelas Fauzan, Rabu (30/10/2019).

Bukan itu saja, Fauzan juga meragukan legalitas komisariat persiapan STAIN. Sebab tidak melalui prosedur yang diatur dalam AD-ART. Persyaratan lainnya minimal harus memiliki 25 kader.

"25 orang ini tidak jelas. Dari awal dari pembukaan sebenarnya teman-teman mau gugat ini," ujarnya.

Alasan itu yang menjadi dasar kader dari tiga komisariat mendatangi lokasi pengkaderan.

Saat forum pengkaderan mau ditutup, lanjut Fauzan, sejumlah kader masuk untuk berdialog tentang legalitas basic training.

Dialog itu berlangsung alot. Sebab panitia basic tidak memberikan jawaban.

"Makanya cek-cok, kader baru terutama. Mereka naik pitam, mereka emosi dan merobek baliho. Semua peserta keluar dan disuruh pulang. Saat emosi yang sama, disitulah kemudian melakukan pembakaran," bebernya.

Sebelum pembakaran, kata Fauzan, baliho digunting. Mereka mengeluarkan dan mengamankan logo HmI. Sementara sisa baliho itu dibakar.

Hal senada disampiakan Ketua Komisariat Sospol Unsulbar, Tasmia. Ia menegaskan, tidak terjadi pembakaran logo. Sebab telah dipisahkan dari baliho.

"Logonya diamankan oleh komisariat lain, komisariat Stikes yang mengamankan itu logonya," terangnya.

Sementara tudingan membawa parang ke lokasi basic, Sekum Komisariat Sospol, Yusril membantah keras.

Yusril mengaku hanya membawa sarung parang. Namun mata parangnya tidak ada.

"Tidak ada yang di lokasi yang membuktikan bahwa saya betul-betul mencabut itu. Karena tidak mungkin saya cabut karena nda saya bawa mata parangnya," jelas Yusril.

Kata Yusril, sarung parang itu dibawa kader lainnya dari Sekretariat Komisariat Sospol Unsulbar. Tujuannya hanya untuk menakut-nakuti.

"Tidak ada memang mata parangnya yang dibawa, memang untuk menakut-nakuti saja," ucapnya.

Ketua Komisariat Ekonomi Unsulbar, Kadri juga menyampaikan hal sama. Ia membantah tudingan pembakaran logo dan penghunusan parang di lokasi basic training.

Ia menegaskan, kedatangan sejumlah kader HmI di lokasi pengkaderan hanya untuk mempertanyakan keabsahan. (Tribun Majene.com)

Laporan Wartawan Tribun Timur, @edyatmajawi

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved