Alasan Menkopolhukam Wiranto Kerap Jadi Sasaran Pembunuhan, Cek Rekam Jejak dan Karier Militernya
Alasan Menkopolhukam Wiranto Kerap Jadi Sasaran Pembunuhan, Cek Rekam Jejak dan Karier Militernya
Alasan Menkopolhukam Wiranto Kerap Jadi Sasaran Pembunuhan, Cek rekam jejak dan Karier Militernya
TRIBUN-TIMUR.COM-Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan atau Menkopolhukam, Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal pada Kamis (10/10/2019).
Wiranto ditusuk saat tengah berada di Banten, seusai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathail Anwar, Pandeglang Banten.
Akibat peristiwa penusukan ini, Wiranto mengalami dua luka tusuk pada perut sebelah kiri, dan menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Mengapa Wiranto yang menjadi sasaran?
Menkopolhukam Wiranto Ditusuk Orang Tak Dikenal, Pernah Jadi Sasaran Pembunuhan di Kerusuhan 22 Mei
PDIP Minta Jatah 4 Kursi di Kabinet Kerja Jokowi, Ini Orang Terdekat Megawati Diduga Calon Menteri

Dalam jumpa pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, Kamis (10/10/2019), mengatakan, polisi mengamankan dua pelaku, seorang pria berinisial SA dan seorang wanita berinisial FA.
Menurut Dedi, polisi menduga kedua pelaku terpapar radikalisme ISIS, yang menjadikan pejabat publik yang dijadikan sasaran atau target.
Polisi juga mendalami kaitan keduanya dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Serangan terencana

Menanggapi dugaan awal polisi, pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, target terhadap Wiranto merupakan serangan terpilih dan terencana.
“Terencana tapi enggak lama-lama banget. Mungkin sekitar sebulan dua bulan,” ujar Chaidar, saat dihubungi Kompas.com, Kamis sore.
Mengapa Wiranto?
Ia menduga, pelaku menganggap Wiranto sebagai public enemy.
“Profil Wiranto dianggap public enemy, sering muncul," kata dia.
Menurut Chaidar, melihat pola serangan dan senjata yang digunakan, ia juga menduga ada kaitan dengan jaringan teroris seperti dugaan polisi.
“Kemungkinan memang kelompok JAD, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Kalau dilihat dari senjatanya pakai pisau, pakai domestic weapon, ciri ISIS. Pakai golok, senjata tajam, pisau dapur. Cara seperti ini sudah diperintahkan mereka 4 tahun lalu,” ujar Chaidar.
“Ciri kedua, suami istri. Kami menyebutnya itu family terrorism," lanjut dia.
Seperti diberitakan, selain Wiranto dan Kapolsek Menes, ajudan Wiranto dan tokoh masyarakat Fuad Syauki, juga mengalami luka serius.
Meski demikian, keduanya menjalani rawat jalan.
Saat menjenguk Wiranto di RSPAD, Presiden Jokowi meminta masyarakat memerangi radikalisme dan terorisme

"Kepada seluruh masyarakat kami ajak bersama memerangi radikalisme dan terorisme di tanah air. Hanya dengan upaya bersama terorisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan berantas dari negara yang kita cintai ini," ujar Jokowi.
Rekam Jejak Wiranto
Wiranto dilahirkan di Yogyakarta pada 4 April 1957 dari pasangan suami istri RS Wirowijoto dan Suwarsih.
Wiranto merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara.
Ketika bayi, Wiranto harus pindah bersama keluarganya ke Surakarta karena agresi militer Belanda yang menyerang Yogyakarta.
Wiranto menikah seorang perempuan bernama Rugiya Usman.
DPernikahan tersebut, Wiranto dikaruniai tiga orang anak yaitu Amalia Santi, Ika Mayasari, dan Zainal Nur Rizky.
Namun putra ketiga Wiranto ini meninggal dunia ketika tengah menuntut ilmu di Afrika Selatan karena sakit pada tahun 2013.
Wiranto mulai merintis kariernya di bidang militer setelah ia lulus dari AMN pada tahun 1968 di Korps Kecabangan Infanteri.
Kariernya perlahan terus merangkak, mulai naik pada tahun 1983 sebagai Karoteknik Ditbang Pussentif.
Setahun berikutnya Wiranto diangkat menjadi Kadep Milnik Pussentif, lalu menjadi kasbrigif-9 Kostrad, Maasops Kas Kostrad, serta Asops Kasdivif-2 Kostrad pada tahun 1988.

Namanya mulai diperhitungkan ketika Wiranto dipilih menjadi Ajudan Presiden Soeharto pada tahun 1989 sampai 1993.
Kariernya terus naik ketika ia didapuk sebagai Kasdam Jaya pada tahun 1993 sampai 1994 sebelum akhirnya diangkat sebagai Pandam Jaya dari tahun 1994 sampai 1996.
Pada tahun 1996, Wiranto diangkat menjadi Pangkostrad sampai 1997 dan kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sejak 1997 sampai 1998.
Puncak kariernya dimiliter adalah ketika Wiranto diangkat menjadi Panglima ABRI oleh Presiden Soeharto pada tahun 1998 dan menjabat sampai tahun 1999. (3)
Pasca gulingnya Presiden Soeharto, Wiranto kemudian diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan Kabinet Reformasi dan menjabat sejak 1998 sampai 1999.
Di era Presiden Abdurrahman Wahid, namanya kembali mengisi kursi kabinet. Wiranto ditunjuk kembali oleh Presiden Abdurrahman Wahid untuk menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.
Namun di tengah masa jabatannya, Wiranto kemudian dinonaktifkan karena kasus pelanggaran HAM di Timor Timur pada tahun 1999 yang melibatkan dirinya.
Wiranto bersama lima perwira lain didakwa oleh pengadilan PBB terlibat dalam kekerasan yang menyebabkan 1.500 warga Timor Timur itu tewas.
Namun pengadilan HAM Indonesia menolak keputusan tersebut dan melakukan penyelidikan terhadap perwira dan aparat yang diduga terlibat.
Penolakan tersebut dianggap sebuah pelecehan dan membuat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat marah, akhirnya Wiranto beserta temannya dilarang masuk ke wilayah Amerika Serikat.
Meski begitu, Wiranto tetap berkarier di dunia politik.
Pada tahun 2004, Wiranto bahkan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid setelah memenangkan konvensi capres yang digelar oleh Partai Golkar.
Namun dalam pemilu ini Wiranto kalah dan harus mengakui keunggulan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang kemudian menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Wiranto tidak putus asa, setelah mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada tahun 2006, ia kembali maju dalam Pemilu 2009 mewakili Jusuf Kalla.
Lagi-lagi harapannya kandas, lagi-lagi Wiranto kembali harus mengakui kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono yang dalam Pemilu 2009 berpasangan dengan Boediono.
Wiranto kemudian fokus untuk membesarkan parai politik bentukannya.
Pada tahun 2013, Wiranto kembali mendeklarasikan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan pemilik MNC Grup, Harry Tanoe Soedibjo.
Namun keduanya gagal maju dan harus berpisah karena suara yang diraih oleh Partai Hanura tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan presiden.
Sedangkan partai lain tidak ada yang memberikan dukungan kepada pasangan tersebut.
Akhirnya Wiranto merapat ke kubu Joko Widodo untuk melawan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
Joko Widodo kemudian mengangkat Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) dalam reshuffle kabinet yang dilakukan Jokowi.
Wiranto menggantikan posisi Luhut Binsar Panjaitan yang kemudian diangkat oleh Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman.
KABAR BURUK Rekrutmen CPNS 2019 Oktober, Formasi Kementerian/Lembaga Bisa Berubah, Penjelasan BKN
3 Anak Mantan Presiden Disebut Masuk Bursa Calon Menteri Kabinet Kerja Presiden Jokowi, Siapa Saja?
Info Lowongan Kerja Besar-besaran BUMN PT Pelni, Ada untuk Lulusan SMA/SMK, Segera Daftar Online!
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Wiranto yang Jadi Sasaran?", https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/11/053000465/mengapa-wiranto-yang-jadi-sasaran?page=all#page2.
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary