Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Apa Itu Gas Air Mata? Ini Kandungan di Dalamnya, Bahaya, dan Sejarah

Bukan hanya para massa aksi yang terkena perihnya gas air mata melainkan warga sipil yang juga berada di area aksi tersebut.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
PINDAD.COM
Selongsong gas air mata MU53-AR A1 dan MU24-AR yang diproduksi PT Pindad (Persero). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Gas air mata menjadi topik perbincangan saat ini.

Maraknya demo yang terjadi dibeberapa wilayah Indonesia, gas air mata pun digunakan untuk meredam ataupun membubarkan massa aksi.

Bukan hanya para massa aksi yang terkena perihnya gas air mata melainkan warga sipil yang juga berada di area aksi tersebut.

Hingga membuat masyarakat bertanya tentang apa itu sebenarnya gas air mata?

Bahkan menjadi trending topik pada Selasa (1/9/2019).

Dilansir dari Kompas.com, gas air mata seringkali digunakan untuk meredam atau membubarkan aksi massa, seperti halnya yang terjadi sewaktu demo mahasiswa di depan gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Reaksi gas air mata menyebabkan sensasi terbakar pada anggota tubuh.

Oleh karena itu, begitu gas air mata ditembakkan, para demonstran biasanya langsung berlarian dan menghindari gas air mata tersebut.

Lantas, apa itu gas air mata?

Dilansir dari britannica.com, gas air mata atau juga disebut lacrimator, adalah salah satu dari kelompok zat yang mengiritasi selaput lendir mata, menyebabkan sensasi menyengat dan masalah lainnya.

Ada tiga macam gas air mata yang saat ini umum digunakan, baik oleh individu maupun aparat keamanan.

Dilansir dari Hello Sehat, ketiganya antara lain CS (chlorobenzylidenemalononitrile), CN (chloroacetophenone), dan semprotan merica.

Kandungan gas air mata Dalam satu kaleng gas air mata, terdapat beberapa kandungan, antara lain arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalononitrile.

Efek Gas Air Mata

Efek gas air mata Gas air mata memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru.

Secara umum, gas air mata tidak mematikan namun ada yang beracun.

Biasanya, efek akan timbul sekitar 30 detik setelah terkena gas.

Gejala setelah terkena gas air mata antara lain sensasi panas terbakar di mata, produksi air mata berlebihan, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.

Selain itu, juga akan mengalami air liur berlebihan, iritasi kulit, bersin, batuk, hidung berair, terasa seperti tercekik, kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan, kemarahan intens.

Bahkan, bila sudah terkontaminasi gas air mata secara berat juga dapat menimbulkan muntah serta diare.

Apa yang harus dilakukan?

Yang perlu Anda lakukan saat pertama kali mendengar tembakan gas air mata adalah jangan panik dan segera mendongak ke atas.

Setelah itu, hindari berada di jalur yang sama dengan arah tembakan gas air mata.

Gas air mata biasa dilepaskan dalam bentuk granat atau kaleng aerosol.

Granat gas air mata kerap meledak di udara dan memuntahkan wadah logam yang akan memuntahkan gas.

Jangan sentuh wadah logam tersebut karena panas.

Selain itu, jangan mengambil tabung gas air mata yang tergeletak tak meledak, karena dikhawatirkan akan meledak sewaktu-waktu hingga berakibat cidera.

Penangkal Terbaik

Penangkal terbaik untuk masalah pernapasan adalah udara segar, dan waktu. Bila Anda memakai lensa kontak, segera lepaskan.

Pertolongan pertama untuk iritasi mata adalah dengan mencucinya dengan larutan saline atau larutan garam atau gunakan air hingga sengatan mereda.

Jika saat terkena gas air mata dalam kondisi tidak memakai kacamata pelindung atau masker gas, hiruplah udara di dalam baju.

Dikarenakan ada lebih sedikit sirkulasi udara di balik baju, hal tersebut dapat mengurangi efek gas air mata.

Namun, hal tersebut akan sia-sia begitu baju yang dikenakan telah terkontaminasi sepenuhnya.

Yang harus dilakukan adalah dengan melepas baju, lalu kulit yang terkena gas harus dicuci dengan sabun dan air.

Selain itu, ada langkah pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan merendam bandana atau handuk kecil dalam jus lemon atau cuka.

Kemudian menyimpannya dalam sebuah kantong plastik.

Lalu gunakan handuk yang telah diasamkan dalam beberapa menit tersebut untuk bernapas.

Kacamata pelindung juga dapat membantu dalam mengurangi efek gas air mata.

Misal kacamata renang atau kacamata pelindung bahan kimia.

Terdapat salah satu minuman yang umum ditemui yang dinilai dapat mengobati gas air mata, yakni susu.

Susu dinilai mampu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh gas air mata.

Sejarah

Agustus 1914, para tentara Perancis menembakkan granat berisi gas kepada prajurit Jerman di kawasan perbatasan. Perang yang disebut sebagai “Battle of the Frontiers” itu menjadi momen di mana gas air mata digunakan di berbagai belahan dunia.

Granat berisi gas tersebut merupakan buah karya ahli kimia Perancis. Tujuan dibuatnya granat tersebut adalah untuk mengendalikan huru-hara, dan tujuan tersebut tidak berubah sampai saat ini.

Situs berita The Atlantic mengatakan, granat berisi gas tersebut digunakan untuk membuat mundur barikade. Gas tersebut menimbulkan beragam reaksi seperti sakit mata, masalah pernafasan, iritasi kulit, pendarahan, bahkan kebutaan.

Granat berisi gas tersebut kemudian dikenal sebagai tear gas (gas air mata), atau lachrymator.

Situs Encyclopedia Britannica mengatakan bahan utama dalam gas air mata adalah halogen sintetis, cairan yang bisa ditembakkan lewat beberapa senjata seperti granat dan spray.

Semenjak ditemukan, keberadaan gas air mata menjadi “musuh” bagi para tentara.

Hampir bisa dipastikan para tentara akan meninggalkan pimpinan dan jenderalnya saat ditembakkan gas air mata.

Adalah Amos Fries, pemimpin dari Chemical Welfare Service US Army mengembangkan teknologi agar gas air mata bisa digunakan tak hanya di medan perang.

Dia pula yang membayar pengacara dan pebisnis untuk membuat pasar komersial gas air mata dan mempublikasikannya lewat media massa.

“Lebih mudah dihadapkan dengan peluru dibanding dengan gas yang tak kasat mata,” begitu katanya saat itu.

Kini, gas air mata hampir selalu digunakan oleh pihak berwenang untuk meredakan demonstrasi. Semua itu dimulai usai Perang Dunia I berakhir.

Salah satu produsen gas air mata terbesar dan tertua adalah Lake Erie Chemical Company, yang didirikan oleh veteran Perang Dunia I bernama Kolonel Byron “Biff” Goss.

Sejak pertama kali dibuka pada 1930-an, Lake Erie Chemical Company menjual gas air mata pada pada beberapa negara seperti Argentina, Bolivia, dan Kuba.

Pada Perang Dunia II, penggunaan gas air mata berlanjut. Gas tersebut digunakan oleh Italia saat melawan Ethiophia. Tentara Spanyol menggunakannya di Maroko, sementara Jepang menggunakan gas tersebut untuk melawan China.

Di Vietnam, tentara AS menembakkan gas air mata pada terowongan-terowongan Viet Cong.

Sebaliknya, di AS, para demonstran Vietnam juga menghadapi bertubi-tubi gas air mata.

Selama dua dekade belakangan, penjualan gas air mata bertambah pesat.

Gas ini digunakan dalam demonstrasi di banyak negara, termasuk Indonesia.

Selama lebih dari 100 tahun ditemukannya gas air mata, belum ada pengganti yang dinilai efektif untuk menghalau massa.

Padahal, Amnesty International memasukkan gas air mata sebagai bagian dari barang perdagangan internasional yang membahayakan.

Sumber berita: https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/25/112458165/mengenal-gas-air-mata-kandungan-hingga-tips-mengurangi-dampaknya?page=all
Foto: Kompas.com
Viral Foto Sosok Anak STM Memegang Bendera Merah Putih, Terkepung Asap dari Tembakan Gas Air Mata

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved