Setelah Ngaku Selingkuh dengan Presiden, Artis Po*no Menangkan Gugatan Rp 6,4 Miliar
Setelah ngaku selingkuh dengan presiden, bintang po*no menangkan gugatan Rp 6,4 miliar.
Senator Partai Demokrat semakin bergerak ke kiri atau liberal sedangkan senator Republik semakin bergerak ke kanan atau konservatif yang memunculkan terjadinya era politik hyper-partisan.
Pelacakan yang dilakukan oleh FiveThirtyEight menunjukan hampir separuh, yaitu 24 Senator Partai Republik mencatatkan angka di atas 90 persen dalam memberikan suaranya mendukung kebijakan atau calon pejabat yang diajukan Gedung Putih Donald Trump.
Shelley Moore Capito menduduki urutan teratas dengan meraup angka sebesar 95.7 persen.

Sebanyak 18 Senator berada di rentang 80-90 persen, dan lima senator di rentang 70-80 persen.
Jika dijumlah total ada 47 Senator Partai Republik yang sangat konsisten mendukung kebijakan Donald Trump.
Hanya ada enam senator yang sering menentang Donald Trump.
Itu pun hanya tiga yang berada di bawah angka 50 persen.
Dua dari tiga senator ini, Lisa Murkowski dari Alaska dan Susan Collins dari Maine, masing-masing dengan 45.5 persen dan 33.3 persen memang dikenal sebagai senator moderat sentris yang kerap berseberangan dengan Donald Trump.
Statistik di atas menunjukkan mencari 20 senator Republiken untuk mendukung pemakzulan bagaikan mencari jarum di jerami bagi kaukus senat Partai Demokrat.
Satu hal yang juga perlu diingat adalah, belum tentu 47 senator Partai Demokrat akan bersatu kokoh untuk memakzulkan Donald Trump.
Senator-senator Partai Demokrat seperti Joe Manchin dari West Virginia dan Doug Jones dari Alabama terkadang memilih mengabaikan partai mereka sendiri dengan mendukung kebijakan Donald Trump.
Posisi politik ini diambil karena West Virginia dan Alabama adalah negara bagian konservatif atau kerap disebut red states yang memberikan tingkat dukungan yang sangat tinggi kepada Donald Trump.
West Virginia bahkan adalah negara bagian di mana Donald Trump meraih kemenangan terbesar di pilpres 2016 dengan dukungan sebesar 68.5 persen.
Manchin dan Jones tahu benar mereka perlu hati-hati memberikan suara mereka di Senat untuk tidak menimbulkan amarah konstituen terutama ketika mendekati pemilu.
Kemunculan gerakan politik akar rumput seperti Tea Party yang konservatif dan Progresif yang liberal memberikan tekanan tinggi kepada senator untuk menyesuaikan posisi politik mereka jika tidak ingin ditantang oleh calon akar rumput di pemilihan pendahuluan (primary) partai.
Bagi senator petahana, tidak ada lagi jaminan mereka dapat kembali memenangkan nominasi partai dengan mudah untuk kembali mencalonkan diri.
Gerakan akar rumput yang sangat agresif telah terbukti berhasil menumbangkan senator petahana yang dinilai kurang konservatif, kurang liberal, atau terlalu moderat.
Tercatat sejak 2008, tiga senator Republik, yaitu Richard Lugar (Indiana), Lisa Murkowski (Alaska), Bob Bennett (Utah) dan 1 Partai Demokrat, Arlen Specter (Pennsylvania) keok di tangan rekan partai mereka sendiri di primary.
Senator-senator ini dinilai tidak mencerminkan wajah baru dari partai yang menginginkan perwakilan mereka di Kongres untuk tidak terlalu sering berkompromi dengan partai lawan.
Menajamnya polarisasi juga terlihat di pemilu 2016 ketika untuk pertama kalinya hasil pilpres selaras 100% dengan hasil pemilihan senat.
Saat ini hanya ada dua senator Republiken yang berasal dari negara bagian yang dimenangkan Hillary Clinton di pilpres 2016.
Mereka adalah Collins dan Senator Cory Gardner dari Colorado.

Kedua senator ini akan menghadapi medan pertempuran yang sulit untuk kembali terpilih pada pemilihan senat 2020.
Bagi 51 senator Republik lain, mendukung pemakzulan Donald Trump adalah bunuh diri politik terutama ketika mereka kembali mencalonkan diri untuk periode berikutnya di pemilu Senat.
Pemilih dari negara bagian yang dimenangkan Donald Trump berpotensi menghukum Senator yang berani mengambil posisi politik memakzulkan Donald Trump.
Publik Amerika sendiri masih terbelah menyikapi penyelidikan pemakzulan ini. Menurut survei Politico/Morning Consult, masing-masing yang mendukung dan menolak pemakzulan berada di angka 43 persen.
Dukungan pun masih terpolarisasi berdasarkan identitas partai.
Yaitu 79 persen pemilih Partai Demokrat mendukung pemakzulan.
Kemudian hanya 10 persen pemilih dari partai penguasa yang menyatakan dukungan.
Adapun dari pemilih independen tercatat 39 persen.
Pemakzulan dalam sejarah AS sesungguhnya belum pernah terjadi.
Meski, ancaman pemakzulan pernah membuat Richard Nixon memilih mundur pada 1974, demi menghindari pemecatan atas skandal Watergate.
Dua presiden lain gagal dimakzulkan, yakni Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998), setelah DPR AS resmi memecat keduanya, namun digagalkan oleh Senat.(*)