Ini Sejarah Puasa Asyura, Puasa yang Dianjurkan Tiap Tanggal 10 Muharram
Ini sejarah puasa Asyura, puasa yang dianjurkan tiap tanggal 10 Muharram.
TRIBUN-TIMUR.COM - Ini sejarah puasa Asyura, puasa yang dianjurkan tiap tanggal 10 Muharram.
Shaum atau puasa Asyura adalah shaum yang dilaksanakan tiap tanggal 10 di bulan Muharram dalam hitungan tahun Hijriyah.
Kenapa ada shaum yang dilaksanakan di tanggal tersebut? Begini sejarahnya seperti dikutip dakwah.id:
Pada masa jahiliyah, orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan shaum di tanggal 10 tiap bulan Muharram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga melaksanakan shaum itu saat masih berada di Mekkah.
Baca: NIAT Puasa Muharram, Puasa Asyura dan Puasa Tasua Jelang Tahun Baru Islam 1441 H, Jadwal & Keutamaan
Baca: Tiga Amalan Dahsyat di Bulan Muharram, Salah Satunya Puasa Asyura, Puasa Sehari Hapus Dosa Setahun
Baca: Terungkap Rencana Awal Aulia Kesuma Habisi Nyawa Suami dan Anak Tiri, Bukan Diracun dan Dibakar
Hal ini pernah diceritakan oleh Istri beliau, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata,
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
“Di zaman jahiliyah dahulu, orang Quraisy biasa melakukan shaum ’Asyura. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga melakukan shaum tersebut. Saat tiba di Madinah, beliau melakukan shaum tersebut dan memerintahkan yang lain untuk melakukannya. Namun tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan shaum ’Asyura. Lalu beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang mau, silakan shaum. Barangsiapa yang mau, silakan meninggalkannya (tidak shaum).’” (HR. Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125)
Shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat di Mekkah, hanya untuk beliau sendiri.
Beliau tidak pernah sekalipun memerintahkan kepada para sahabatnya untuk mengamalkan shaum tersebut.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, saat di Madinah beliau melihat orang yahudi juga melakukan shaum itu.

Bahkan, mereka juga menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai hari raya istimewa. Orang Yahudi sangat memuliakan hari itu.
Mereka berargumen, bahwa hari 10 Muharram adalah hari di mana Allah ‘Azza wa Jalla menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya.
Pada hari itu pula, Allah ‘Azza wa Jalla menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya.
Kisah ini tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ-صلى الله عليه وسلم-وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
“Ketika tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa ’Asyura. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bertanya, “Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?”
Orang-orang Yahudi tersebut menjawab,
“Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.” Lalu setelah itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk shaum.” (HR. Muslim no. 1130).
Baca: KABAR GEMBIRA bagi Peserta BPJS Kesehatan, DPR RI Tolak Kenaikan Iuran Usulan Menteri Sri Mulyani
Baca: Tol Cipularang Tempat Kecelakaan Beruntun 21 Mobil, dari Pemandangan Indah Hingga Pernah Amblas
Baca: Sambut 1 Muharram 1441 H, Masyarakat Pawai Keliling Kota Sengkang Sambil Salawat
Imam an-Nawawi rahimahullahmenguatkan dengan penjelasannya,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ’Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy. Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa ‘Asyura, lalu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun juga tetap melakukannya.” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11).
Bukan Mengikuti Adat Jahiliyah
Terkait dengan shaum Asyura yang diamalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengamalkan shaum tersebut berdasarkan oleh wahyu, bukan mengikuti adat orang-orang jahiliyah sebelumnya.
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
“Namun beliau melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir (dari jalur yang sangat banyak), atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi).” (Al-Minhaj Syarh Muslim, 8/11).

Amalan Dahsyat di Bulan Muharram
Ternyata, bulan Muharram adalah salah satu bulan haram yang memiliki keutamaan, sebagaimana bulan Ramadhan juga memiliki keutamaan.
Keistimewaan tanggal 1 Muharram adalah berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah.
Rasulullah SAW menyebut bulan Muharram menjadi bulan yang istimewa untuk memperbanyak amalan ibadah.
Nah, saat bulan muharram, ada beberapa amalan dahsyat yang sangat disayangkan sekali jika sampai ketinggalan untuk melaksanakan amalan-amalan mulia tersebut.
Apa sajakah amalan itu? Dikutip dari dakwah.id, berikut tiga amalan dahsyat di Bulan Muharram:
1. Waktu puasa/shaum terbaik setelah Ramadhan
Puasa/shaum yang dilakukan di bulan Muharram ternyata disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai puasa/shaum yang terbaik setelah shaum Ramadhan.
Baca: Lafadz Niat Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram, Apa Keutamannya hingga Istimewa Bagi Nabi
Baca: Kecelakaan Tol Cipularang, Korban: Mobil Saya Terbang Kayak di Film Fast and Furious
Baca: Sambut 1 Muharram, Madrasah DDI Gal-Bar Gelar Karnaval dan Bagi-bagi Songkolo
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ
“Sebaik-baik puasa/shaum setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Al-Qari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘syahrullah’ adalah seluruh bulan-bulan yang diharamkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muaram, Rajab).
2. Memperbanyak amal shalih di bulan Muharram
Manakala Allah ‘Azza wa Jallamenetapkan keagungan dan kemuliaan pada suatu hal, tentu di dalamnya terdapat nilai lain yang tersimpan di dalamnnya.
Bersamaan dengan kemuliaan yang Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan pada bulan Muharam dan beberapa bulan lain yang diharamkan, Allah ‘Azza wa Jallamelipatgandakan nilai dosa kemaksiatan serta melipatgandakan pahala amal shalih.
Amal shalih tersebut bisa berupa amalan-amalan wajib, sunnah, dan seluruh aktivitas yang bernilai ibadah.
Baca: Kasih Tak Sampai di Jeneponto, Pemuda Mamasa Menangis Saksikan Kekasihnya Mapacci
Baca: 25 Tahun Dampingi Vokalis Band GIGI Armand Maulana & Miliki Satu Anak, Dewi Gita: Jujur Bosan!
Baca: Kisah Aliyah Dihamili Seorang Bule Tapi Anak Tak Diakui, Mirip Cerita Cinta Artis Indonesia Ini
Seorang ulama ahli tafsir, Qatadah rahimahullah menjelaskan bahwa amal shalih lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haramsebagaimana kezaliman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan kezaliman yang dikerjakan di bulan-bulan lain. (Tafsir Ibn Katsir, 4/131)
3. Puasa sehari bisa menghapus dosa selama 1 tahun
Amalan dahsyat ketiga adalah puasa/shaum. Puasa sunnah yang dikerjakan yang hanya dikerjakan sehari di bulan Muharram ternyata merupakan amalan dahsyat yang dapat menghapus dosa yang dilakukan selama setahun. Puasa/shaum itu dikenal dengan istilah puasa/shaum Asyura.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab,” Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Selain itu, para ulama fikih menjelaskan bahwa ada anjuran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melaksanakan puasa/shaum di hari ke sembilan.
Puasa/shaum ini disebut dengan istilah shaum tasu’a. Mengapa ada anjuran demikian?
Imam Nawawi rahimahullahmemaparkan, para ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma. (Syarh Shahih Muslim, 8/14).
Baca: Peringati 1 Muharram, Hipmus Toraja Utara Serahkan Donasi Pembangunan Masjid
Baca: Kembali ke Pemprov Sulsel, Stadion Mattoanging Bakal Direnovasi Berat Mirip Stadion Ini? Mulai 2020
Baca: Tak Banyak yang Tahu, Kisah Kehidupan Pembuat Mobil Mesin Waktu John DeLorean Dirilis 2 Kali
Baca: LENGKAP Bocoran Harga & Spesifikasi iPhone 11, 11 Pro dan 11 Pro Max, Diluncurkan 10 September
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhumaberkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ. فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Lantas beliau mengatakan, “Apabila tiba tahun depan –jika Allah menghendaki– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallamsudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim no. 1134)
Imam Asy Syafi’i dan beberapa ulama mazhab Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) puasa/shaum pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. (Syarh Muslim, 8/12-13) wallahu a’lam.(*)