TRIBUNWIKI
TRIBUNWIKI: Laskar Lipan Bajeng, Kelompok Pejuang Era Penjajahan
Bendara Merah Putih dikibarkan bersama bendara Jole-jolea, yang menyimbolkan perlawanan kepada peperangan.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Bendera merah putih dikibarkan di Halaman Balla Lompoa Bajeng, Rabu (14/8/2019) kemarin.
Bendara Merah Putih dikibarkan bersama bendara Jole-jolea, yang menyimbolkan perlawanan kepada peperangan.
Tanggal 14 Agustus memang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Gaukang Tu Bajeng. Usianya menginjak ke-74 tahun pada tahun 2019 ini.
Anggota Keluarga Besar Tubajeng, Ahmad Pidris Zain mengisahkan, masyarakat setempat memang selalu memperingati tanggal 14 Agustus sebagai hari bersejarah.
Hal itu bermula pada tanggal yang sama, tahun 1945 silam.
Ketika itu, kabar kekalahan Jepang dari tentara sekutu telah diketahui oleh masyarakat setempat di Bajeng.
Kabar itu disampaikan oleh seorang tentara perwira Pendudukan Jepang, Fukushima kepada masyarakat adat di Bajeng.
"Fukushima memprakarsai ke pemuda, bahwa kibarkan bendara merah putih, karena Jepang kalah," kata Pidris kepada Tribun, Kamis (15/8/2019).
Menurut Pidris, kabar kekalahan Jepang itu ditanggapi dengan kesiapan siagakan terhadap peperangan.
Sebab, tentara sekutu Belanda dikhawatirkan berniat kembali untuk masuk dan menjajah Indonesia, termasuk Bajeng.
Untuk itu, para pemuda Bajeng menanggapinya dengan kesiapsiagaan perang, yang ditandai dengan pengibaran bendera Jole-jolea.
Pidris menyebut, kehadiran tentara Pendudukan Jepang jauh berbeda dengan Belanda. Jepang dinilai kooperatif dan tidak berseteru dengan masyarakat Bajeng.
Jepang menggantikan kedudukan Belanda di tanah air sejak tahun 1942. Atau tiga tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.
"Jepang itu kooperatif, dia tidak berseteru dengan pemuda di Bajeng," katanya.
Lahirnya Laskar Lipan Bajeng
Pidris menceritakan, masyarakat Bajeng memiliki semangat perjuanganan. Mereka menolak tunduk kepada penjajah.
Menurut Pidris, spirit perjuangan itu diawali ketika kelompok Muhammadiyah masuk ke Bajeng pada tahun 1930.
Tiga pemuda kemudian menggagas membentuk kelompok perjuangan.
Namanya "Pemuda Muhammadiyah Bajeng". Kelompok ini bergerak apabila Belanda mencoba masuk ke Bajeng.
Satu dari tiga pemuda yang mengagas organisasi ini adalah Muhammad Zain Daeng Beta yang tak lain adalah ayah kandung Pidris (1909-1997).
Kemudian, pada tahun 1936, Daeng Beta mengusulkan perubahan nama menjadi "Gerakan Muda Bajeng."
Organisasi ini bergerak masih dalam pemberontakan kepada penjajah Belanda.
"Jadi peran organisasi ini menghadang dan bergerilya dengan Belanda, melalui operasi senyap," kisah Pidris.
Pada tahun 1938, jumlah anggota kelompok ini kian bertambah yang ditandai bergabungnya pemuda Takalar dan Bantaeng.
Menurutnya, ada puluhan pemuda ketika itu yang dipimpin oleh tujuh pemuda. Kelompok ini kemudian berubah nama menjadi "Laskar Lipan Bajeng".
"Jadi laskar ini melakukan perlawan kepada Belanda sampai masuk Jepang, atau pada tahun 1938 hingga 1942," bebernya.
Hingga akhirnya, ketika Jepang menyerah kepada sekutu, masyarakat Tu Bajeng memprakarsai peperangan.
Laskar Lipan Bajeng bersiap siaga apabila Belanda mencoba masuk kembali ke Bajeng.
Laskar Lipan Bajeng ini hanya memakai peralatan perang tradisional, yakni Badik, tombak, dan parang.

Sejumlah pemuda juga disebutkan memiliki beberapa senjata api hasil rampasan dari tentara Belanda ketika itu.
Meski demikian, kata Pidris, Laskar Lipan Bajeng tetap berani tak gentar melawan penjajah. Ketika hendak pergi ke medan perang, mereka terlebih dahulu mandi.
Mereka mandi pada sebuah sumur di Bajeng. Sumur itu dinamakan Bungung Barania, yakni sumur para pemberani.
"Masyarakat meyakini, mandi di sumur itu akan memberikan keberanian dan kekebalan," tandasnya.
Laskar Lipang Bajeng juga aktif dalam pergerakan mempertahankan kemerdekaan usai Proklamasi.
Hal itu ditandai dengan bergabung mereka ke dalam kelompok Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS).
Organisasi tersebut dipimpin oleh Ranggong Daeng Romo.
"Laskar Lipan Bajeng melebur dengan LAPRIS pada Desember 1945," katanya.
Laporan Wartawan Tribun Timur @bungari95
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: