KENALKAN Untung Pranoto, Mantan Preman Jadi Anggota Kopassus, Sudah 17 Kali Naik Pangkat, Jabatannya
Nasib seseorang tidak ada yang tahu. Seperti roda berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Hal ini juga bisa menggambarkan kehidupan seorang pri
KENALKAN Untung Pranoto, Mantan Preman Jadi Anggota Kopassus, Sudah 17 Kali naik pangkat, Jabatannya
TRIBUN-TIMUR.COM - Nasib seseorang tidak ada yang tahu. Seperti roda berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.
Hal ini juga bisa menggambarkan kehidupan seorang pria bernama Untung Pranoto.
Dulunya dikenal sebagai preman, malah menjadi anggota pasukan elite TNI, Kopassus.
Tak sekedar jadi anggota, namun dirinya juga mendapat sejumlah penghargaan.
Dirinyaa juga sudha 17 kali naik pangkat.

Baca: Kisah Jenderal TNI Jebolan Kopassus Pernah Dibentak Soeharto saat Timor Timur Ingin Seperti Aceh
Baca: Misteri Keberadaan Detasmen Harimau (Den Harin),Pasukan Super yang Disebut Lebih Hebat dari Kopassus
Baca: Benarkah Tim Mawar Kopassus di Tahun 1998 Jadi Dalang di Balik Kerusuhan 21-22 Mei di Jakarta?
Hebat bukan? kisah lengkapnya:
Mungkin tidak banyak yang mengenal nama Untung Pranoto.
Sosok berwibawa dan tegas ini memiliki cerita hidup yang cukup unik, terlebih sebelum ia terjun ke dunia militer.
Kisah hidup Untung Pranoto lalu ditulis dalam sebuah buku berjudul 'Kopassus untuk Indonesia' pada bab 'Pilihan Hidup: Jadi Bajingan atau Tentara',
Dalam buku tersebut, dijelaskan bahwa Untung Pranoto merupakan seorang mantan preman terminal.
Ya, meski terlihat aneh, namun begitulah adanya.
Baca: Cuaca Jeneponto Siang Ini Diprediksi Cerah Berawan, Laju Angin 28 Kilometer Per Jam
Baca: Cerah Sepanjang Hari di Pangkep, Segini Suhunya
Baca: Malam Ini BMKG Prediksi Bantaeng Berawan
Untung Pranoto yang kala itu mengenakan kaos singlet dan rambut gondrong, tiba-tiba nekat daftar jadi tentara.
Memiliki cita-cita bergabung dengan TNI AD, Untung Pranoto yang saat itu masih berprofesi
sebagai preman terminal pun memutuskan banting setir.
Untung Pranoto mengungkap bila ia tak ingin selamanya jadi preman.
Sebelum bergabung dengan TNI, sehari-harinya Untung Pranoto kerap mangkal di terminal dengan
penampilannya khas preman.
Bermodalkan kaos singlet lusuh, rambut gondrong dan sepatu boots ala koboi, Untung Pranoto memutuskan
untuk mengejar cita-citanya.
Selain cita-cita, Untung Pranoto juga mengaku bosan menjalani hidup sebagai seorang preman terminal.
Sehingga ia memutuskan mengubah nasibnya menjadi abdi negara.
Untung Pranoto pun coba mendaftarkan diri menjadi anggota TNI.
Dua kali mendaftar jadi anggota TNI, lamaran Untung Pranoto selalu ditolak.
Hal ini dikarenakan penampilan yang gondrong dan kaos lusuh selalu membuatnya dipandang sebelah mata.
Baca: Terungkap Ternyata Inilah Profesi Meyssi Ngaku Sosialita Habiskan Rp 2,1 M Foya-foya, Nasibnya Kini
Baca: Lowongan Kerja SMA SMK Terbaru - Ada 2 Posisi, Cek Syarat Lengkap & Link Pendaftaran Online di Sini!
Baca: Link Video Dewasa Vina Garut Ramai Dicari di Twitter dan WA & Reaksi Kasatreskrim AKP Maradona Armin

Ia dianggap tidak rapi dan kurang meyakinkan bila menjadi seorang anggota TNI.
Tentu saja, Untung Pranoto kembali ditolak saat melamar jadi TNI.
Menolak gentar, Untung Pranoto kembali mendaftar jadi anggota TNI untuk ketiga kalinya.
Pada kali ketiga ini Untung Pranoto rela membabat habis rambut gondrongnya dan menanggalkan semua
atribut preman terminalnya.
"Kalau saya tidak jadi tentara, saya akan jadi bajingan," batin Untung Pranoto.
Bahkan sebelum berangkat mendaftar, Untung terlebih dahulu meminta restu dari ibu dan keluarga.
Dan benar saja, Untung Pranoto akhirnya diterima sebagai anggota TNI AD dan berpangkat Prada.
Loyal dan selalu antusias
Selama menjadi prajurit TNI AD, Untung Pranoto adalah salah satu anggota yang loyal dan selalu antusias dalam
mengerjakan tugasnya.
Ia juga dikenal sebagai prajurit yang ulet dan tekun.
Karir Untung Pranoto di kesatuan Angkatan Darat terus menanjak sampai akhirnya terpilih masuk dalam satuan
elite TNI, Kopassus.
Meski saat itu gaji menjadi anggota Korps Baret Merah sangat kecil, namun Ia jalani dengan ikhlas dan rasa bangga.
Usai mendapat pekerjaan tetap sebagai Kopassus, Untung kemudian melamar kekasih pujaan hatinya.
Namun, lamaran Untung tak diterima karena calon mertuanya menginginkan mahar yang jumlahnya cukup.
Untung Pranoto muda begitu kaget dan syok mendengar mahar yang diajukan calon mertuanya
Tak ingin lama tenggelam dalam kekecewaan, Untung Pranoto muda lebih memilih untuk fokus mengabdi di Kopassus
Karier Untung dibilang cukup cemerlang dengan 17 kali naik pangkat.
Baca: VIDEO PANAS Guru Ikat dan Paksa Siswa Berhubungan Badan, Caranya Tipu Korban, Gini Keadaan Pelaku
Baca: 3 Pemain Lokal & 2 Asing Persib Bakal Didepak Robert Alberts, Siapa? Kevin van Kippersluis Diincar
Saat ditanya apa modalnya, ia selalu menjawab "Tuhan sudah berbaik hati".
Saat wawancara untuk buku Kopassus Untuk Indonesia, Untung merupakan perwira berpangkat Letnan Kolonel.
Tugas Untung di Kopassus yakni ikut mendidik para prajurit Kopassus menjadi prajurit yang loyal dan setia kepada NKRI.
Satuan Elite Kopassus Disebut Terseret Panasnya Suhu Politik, Danjen Kopassus Akhirnya Angkat Bicara
Memanasnya suhu politik akibat Pemilu 2019, membuat isu bermunculan, diantaranya mulai terseret satuan elite Kopassus.
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Mayor Jenderal I Nyoman Cantiasa, Selasa (21/5/2019), angkat bicara soal makin menghangatnya dinamika di tengah masyarakat karena Pemilu 2019.
Cantiasa menyerukan kepada seluruh jajaran Kopassus untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
Melansir kompas.id. Dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas di Jakarta, Selasa, Cantiasa menuturkan, selama proses Pemilu 2019 berbagai isu dan kejadian mengemuka silih berganti.
Isu-isu yang muncul belakangan mulai menyeret satuan elite Kopassus.

Baca: Wanita di Video Vina Garut Ternyata Mahasiswi, Kampus, hingga Begini Kondisi Si Pria Memprihatikan
Peristiwa terbaru adalah penangkapan mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayor Jenderal (Purn) Soenarko oleh Mabes Polri atas dugaan makar dan penyelundupan senjata untuk aksi 22 Mei.
Kopassus, menurut Cantiasa, merupakan satuan yang dihormati dan dibanggakan karena standar profesionalismenya yang tinggi.
Cantiasa juga menyebut Kopassus memiliki sejarah prestasi panjang dalam menjaga tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karena itu, Cantiasa memberikan ultimatum bahwa jangan sampai Kopassus kini justru dijadikan alat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan.
”Tidak boleh ada satu pun prajurit Kopassus yang bertindak karena inisiatif pribadi, kelompok, maupun pihak-pihak lain di luar garis komandonya.
Tidak boleh ada prajurit Kopassus yang mengeluarkan komentar, apalagi bernada provokatif dalam media sosial maupun secara lisan,” tutur Cantiasa.
Agar prajurit Kopassus tak bertindak atas inisiatif pribadi, Cantiasa memerintahkan kepada setiap prajurit Kopassus untuk memegang teguh rantai komando dalam setiap ucapan, sikap, dan tindakan mereka.
Apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh prajurit Kopassus harus berdasarkan perintah tegak lurus yang disampaikan melalui garis komando.
Lebih dari itu para unsur komandan bawahan diminta selalu mengecek pelaksanaannya di satuan masing-masing.
Wakil Komandan Jenderal Kopassus Brigadir Jenderal Mohammad Hasan menambahkan, loyalitas prajurit Kopassus tegak lurus kepada negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
Prajurit Kopassus juga tetap setia menjaga nama baik korps dalam menjalankan tugas-tugas negara.
Sebelumnya TNI dan Polri melakukan penyelidikan terkait kasus dugaan penyelundupan senjata api terkait aksi unjuk rasa 22 Mei 2019, menyikapi hasil rekapitulasi KPU dalam suara Pilpres 2019.
Dua orang sudah ditahan, yakni Mayjen (Purn) S (Soenarko) dan Praka BP.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Selasa (21/5/2019),
Mayjen Sisriadi mengatakan, pada Senin (20/5/2019) malam, penyidik dari Mabes Polri dan POM TNI telah melakukan penyidikan terhadap oknum yang diduga sebagai pelaku. Penyidikan dilakukan di Markas Puspom TNI, Cilangkap.

Saat ini, kata Sisriadi, Mayjen (Purn) S menjadi tahanan Mabes Polri dan dititipkan di Rumah Tahanan Militer Guntur. Sedangkan Praka BP menjadi tahanan TNI di Rumah Tahanan Militer Guntur.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko sebelumnya menganjurkan, masyarakat tidak datang pada unjuk rasa di depan Kantor KPU pada 22 Mei 2019.

Menurut Moeldoko, pemerintah banyak mendapatkan informasi mengenai potensi terjadinya gangguan keamanan pada tanggal tersebut.
"Intelijen kita telah menangkap upaya penyelundupan senjata. Orangnya ini sedang diproses. Tujuannya pasti untuk mengacaukan situasi," ujar Moeldoko di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden Jakarta, Senin (20/5/2019).
"Bisa saja mereka melakukan tembakan di kerumunan akhirnya seolah-olah itu ya dari aparat keamanan, TNI-Polri. Itulah yang akan menjadi trigger, awalnya situasi menjadi chaos," kata dia.
Penegakan hukum tersebut sekaligus mengonfirmasi informasi yang didapatkan intelijen negara sebelumnya mengenai potensi terjadinya kerusuhan pada 22 Mei 2019.
"Keinginan awalnya begitu. Meski kalau dari analisis dari waktu ke waktu, mudah-mudahan situasi ini sudah mereda," ujar Moeldoko.
Moeldoko menegaskan, pemerintah tidak membual atas informasi itu. Bukan pula untuk menakut-nakuti atau ingin "menggembosi" pengerahan massa yang akan dilakukan pada saat KPU menetapkan hasil Pemilu 2019.
Justru, wajib bagi pemerintah untuk memberitahukan informasi mengenai potensi gangguan keamanan yang akan terjadi pada tanggal tersebut.
"Kami memberikan informasi yang sesungguhnya kepada masyarakat supaya masyarakat bisa menilai, bisa menentukan harus bagaimana. Jadi, kalau memang menuju ke suatu area tertentu itu membahayakan, jangan datang," kata mantan Panglima TNI tersebut.
Serukan Kepung KPU 22 Mei, Mantan Danjen Kopassus Soenarko Dilaporkan ke Bareskrim Polri
Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen (Purn) Soenarko dilaporkan ke Bareskrim Polri pada Senin (20/5/2019).
Soenarko dilaporkan dengan sangkaan mengarahkan sejumlah orang untuk mengepung Istana Negara dan gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada aksi unjuk rasa yang rencananya digelar Rabu (22/5/2019).
"Pernyataan yang membuat keresahan adalah memerintahkan mengepung KPU dan Istana serta kemudian menyatakan seakan-akan polisi akan bertindak keras, tentara tidak, dan provokasi tentara pangkat tinggi sudah bisa dibeli," ujar pelapor bernama Humisar Sahala di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.
Seperti diketahui, arahan Soenarko terekam dalam video berdurasi sekitar 2,5 menit yang beredar di media sosial.

Di video tersebut, Sunarko yang mengenakan kemeja merah marun bergaris vertikal hitam tampak duduk di sebuah kursi dan berdialog dengan sejumlah orang.
"Kalau tanggal 22 diumumkan Jokowi menang, kita lakukan tutup dahulu KPU, mungkin ada yang tutup Istana dengan Senayan, tapi dalam jumlah besar. Kalau jumlah besar, polisi juga bingung. Kalau tentara, yakin dia tidak akan bertindak keras," ujar Soenarko.
Follow akun instagram Tribun Timur:
A
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Mengenal Sosok Untung Pranoto Anggota Kopassus yang 17 Kali Naik Pangkat, Dulunya Seorang Preman