Warganya Diduga Bunuh Diri Gegara Uang Panai, Begini Kata Kades Punagaya Jeneponto
Gegara patah hati, karena lamaran kekasihnya Ramli (37) ditolak keluarganya sendiri, perempuan 31 tahun itu memutuskan mengakhiri hidupnya.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Sudirman
TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU -Sungguh malang nasib perempuan berinisial C (31) warga asal Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Gegara patah hati, karena lamaran kekasihnya Ramli (37) ditolak keluarganya sendiri, perempuan 31 tahun itu, diduga bunuh diri.
Baca: Fans PSM di Polman Yakin PSM Menang 2-1
Baca: Tahun Ajaran Baru, Segini Harga Seragam Sekolah di Jeneponto
Wanita C ditemukan meninggal dunia di rumah Ramli, setelah sempat Silariang atau kawin lari dan tinggal di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Jeneponto, Senin (8/7/2019) lalu.
Kepala Desa Punagaya Kecamatan Bangkal Andi Pangeran Mustamu, menyangkan kejadian ini.
Menurutnya, jika anak sudah saling suka, maka uang panai tak perlu di besar-besarkan oleh orang tua.
"Memang uang panai menjadi budaya Makassar khusus di desa kami, tapi itu bukan untuk dibesar-besarkan," kata Kaharuddin.
"Selama kedua belah pihak saling mencintai, tidak usah lah sampai uang panai dibesar-besarkan seperti itu harapan kita kedepannya," tuturnya.
Ia menambahkan, akibat uang panai yang dibesarkan maka tak jarang anak memilih silariang (kawin lari).
"Prinsipnya uang panai ini sudah menjadi lumrah apalagi kita di Jeneponto, seperti yang baru-baru ini terjadi viral uang panai Rp 500 juta terjadi di kecamatan Bangkala," sambungnya.
"Saya katakan tadi bahwa ketika kedua belah pihak sepakat dengan uang panai itu maka tak perlu kita besar-besarkan. Saya imbau kepada orang tua yang anaknya sudah suka saling suka ndak usah lah memberikan uang panai begitu besar," tutupnya. (TribunJeneponto.com)
Laporan Wartawan TribunJeneponto.com @ikbalnurkarim
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: