Jelang BWF World Tour Finals 2019 di Guangzhou , Peringkat Jonatan Christie Lampaui Anthony Ginting
Pencapaian ini pun membawa peringkat Jonatan Christie naik ke urutan kedua jelang BWF World Tour Finals Guangzhou, pada 11-15 Desember 2019 mendatang.
TRIBUN-TIMUR.COM-Prestasi pebulu tangkis tunggal Indonesia, Jonatan Christie terus menunjukkan tren positif.
Di tahun ini, peraih mendali emas Asian Games 2018 ini sudah meraih dua gelar, yakni New Zealand Open 2019 dan Autralia Open 2019.
Pencapaian ini pun membawa peringkat Jonatan Christie naik ke urutan kedua jelang BWF World Tour Finals 2019 di Guangzhou pada 11-15 Desember 2019 mendatang.
Dikutip dari Kompas.com, sebanyak delapan pebulu tangkis yang lolos kualifikasi Race to Guangzhou hingga akhir musim akan diundang BWF untuk berlaga di World Tour Finals.
Jonatan Christie berada di urutan ke-2 dengan raihan poin sebanyak 44.310.
Baca: Kalahkan Anthony Ginting Pada All Indonesia Final, Jonatan Christie Juara Australian Open 2019
Baca: TRIBUNWIKI: Persiapkan Diri Olimpiade 2020, Yuk Kenalan Dengan Pebulu Tangkis Cantik di Dunia
Baca: Meski Kalah dari Chen Long, Jonatan Christie Kini Ranking 8 Dunia Lampaui Anthony Sinisuka Ginting

Pebulu tangkis yang dikenal dengan sebutan Jojo tersebut berjarak 7.400 poin dengan pemuncak peringkat Race to Guangzhou, yakni Viktor Axelsen (Denmark) yang mengumpulkan 51.710 poin.
Di urutan ketiga ada nama pebulu tangkis Jepang, Kento Momoto yang mengumpulkan 42.540 poin.
Sementara pebulu tangkis tunggal putra Indonesia lainnya, yakni Anthony Sinisuka Ginting berada di urutan ke-5 dengan 38.240 poin.
Sejauh ini, Anthony Sinisuka Ginting hanya berhasil menjadi runner-up di Singapore Open 2019 dan Australian Open 2019.

Pebulu tangkis Indonesia lainnya yang berada di peringkat 8 besar Race to Guangzhou ialah pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di urutan ke-2 dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di urutan ke-6.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan mengumpulkan 51.950 poin dan terpaut 1.880 poin dari Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang) yang berada di urutan pertama.
Sementara itu, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berada di urutan ke-6 dengan raihan 38.450 poin.
Pasangan ganda putri nomor satu Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, berada di urutan ke-4 dengan 43.090 poin.

Dua pasangan ganda campuran Indonesia yakni Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja berada di urutan ke-3 dan ke-4.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tetap di urutan ke-3 dengan 44.670 poin, sedangkan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja naik satu tingkat ke peringkat keempat dengan 42.060 poin.
Sayangnya, tidak ada wakil tunggal putri Indonesia yang berada di peringkat delapan besar Race to Guangzhou. Indonesia hanya menempatkan Fitriani di urutan ke-9 dengan 32.000 poin.
Kata Hendry Saputra Soal Performa Jonatan Christie
Kepala Pelatih Tunggal Putra PP PBSI, Hendry Saputra membeberkan beberapa perubahan yang terjadi anak didiknya, Jonatan Christie.
Performa Jonatan sempat menurun usai merebut medali emas Asian Games 2018, namun perlahan tapi pasti, penampilannya mulai membaik.
Setelah beberapa kali membuat kejutan dengan menumbangkan pemain top level di sejumlah turnamen, Jonatan akhirnya berhasil merebut gelar juara dari New Zealand Open dan Australia Open 2019.
"Jonatan dalam kondisi fisik yang prima, dia itu memang staminanya harus bagus. Jonatan mainnya perlu durasi panjang, tempo lama, jadi awalnya itu dulu, teknik dan cara main saya lihat dia bisa lebih menguasai," ungkap Hendry dikutip dari badmintonindonesia.org
"Kedua, dari fokusnya Jonatan dan seberapa besar ambisinya untuk raih gelar. Tiga hal ini paling penting buat Jonatan. Kalau dibilang main lebih safe, memang kalau ketemu kompetitor dia, rata-rata memang sudah lebih safe. Dari beberapa stroke pukulan yang biasanya dia nggak yakin, sekarang lebih berani diterapkan dan menguntungkan, dari pukulan tipuan, atau ubah-ubah arah pukulan. Dari strategi pun sudah lebih baik," beber Hendry.
Jonatan meraih gelar Australia Open 2019 usai mengalahkan teman sendiri, Anthony Sinisuka Ginting, dengan skor 21-17, 13-21, 21-14.
Meski berstatus turnamen level super 300, namun jelang pengumpulan poin menuju olimpiade Tokyo 2020, banyak para pemain top level yang ambil bagian dalam kejuaraan ini.
Pengumpulan poin olimpiade dimulai pada turnamen New Zealand Open 2019 pada bulan Mei lalu dan akan berakhir di turnamen Badminton Asia Championships 2020 pada bulan April mendatang.
"Saya rasa hasil ini cukup oke lah, di sebuah turnamen, nggak ada capaian yang lebih tinggi dari all Indonesian final. Bagi saya ini sudah oke, melebihi target, tadinya target salah satunya masuk final dan juara, tapi ini keduanya lolos," tutur Hendry.
"Kalau dibilang ini kan cuma super 300, nggak apa-apa juara super 300, sah saja, kan lagi mengejar poin untuk olimpiade. Misalnya ada pemain yang nggak ikut super 300 tidak apa-apa juga, tapi kalau pemain itu poinnya kurang, pasti nanti dicari juga turnamen super 300," tambahnya.
"Contohnya, Hendra (Setiawan)/(Mohammad) Ahsan yang juara All England ikut main di level super 300 boleh nggak? Ya boleh saja, kan lagi cari poin ke olimpiade. Tapi benar istilahnya bahwa Jonatan dan Anthony kalau di level super 300 memang sudah layaknya untuk juara," pungkas Hendry.
Jonatan kini sudah mulai menjalani latihan di Pelatnas Cipayung untuk mempersiapkan diri jelang kejuaraan selanjutnya di Blibli Indonesia Open 2019.

Anthony Ginting Diminta Kurangi Kesalahan
Kemampuan teknik permainan Anthony Sinisuka Ginting memang sudah tak diragukan lagi.
Pemain jebolan klub SGS PLN Bandung ini telah membuktikannya di sejumlah turnamen top level.
Akan tetapi, Anthony masih belum bisa tampil stabil sepanjang permainan dan membuat kesalahan sendiri.
Hal ini dipandang Kepala Pelatih Tunggal Putra PBSI, Hendry Saputra, sebagai salah satu hal yang mesti dibenahi dari Anthony.
Pemain rangking delapan dunia ini belum berhasil meraih gelar juara pada tahun ini.
Pada tahun lalu, Anthony merebut dua gelar gelar juara di Daihatsu Indonesia Masters 2018 Super 500 dan China Open 2018 Super 1000.
Ia juga meraih medali perunggu Asian Games 2018 di Jakarta.
"Saya suka bilang sama Anthony, standard dan kualitas dia bagus banget. Jangan lihat dia kalah menangnya sekarang, waktu di China Open 2018, banyak yang bilang dia tampil perfect, pemain masa depan, sekarang dia kalah jadi jelek? Tidak, dia bagus kok, tapi ada kelemahannya, mati sendirinya masih banyak," ujar Hendry dilansir dari laman Badmintonindonesia.org.
"Dia melakukan kesalahan yang tidak tepat waktunya, di angka-angka yang penting. Saya bilang, kamu harus lebih sabar, lebih ulet, lebih safe. Ini perlu, jadi kalau mengalami lagi, bisa digunakan senjatanya. Kalau sedang poin kritis, smash tipis-tipis, di-challenge hasilnya nol koma sekian mm ternyata out, itu sering terjadi," tambahnya.
Dituturkan Hendry, Anthony harus bisa memperbaiki kekurangannya tersebut karena ini merupakan persiapan awal untuk meningkatkan performanya.
Hendry juga telah menyiapkan latihan dan program khusus untuk melatih fokus dan konsentrasi agar Anthony bisa mengurangi kesalahan-kesalahan sendiri saat bertanding.
"Ada latihannya kalau mau fokus dan ada faktor kecerdasan juga, ini sangat berpengaruh, saya nggak bilang nggak pintar, tapi kecerdasannya harus ditambah. Tidak boleh melakukan kesalahan, implementasinya harus dari latihan, feeling-nya dan cara-cara latihannya yang saya tidak bisa jabarkan di sini, latihan lebih safe," ujar Hendry.(*)
(Kompas.com/Badmintonindonesia.org)
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Dapatkan news video terbaru di kanal YouTube Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Juara Australian Open, Jonatan Raih Peringkat 2 Race To Guangzhou", https://bola.kompas.com/read/2019/06/19/10000028/juara-australian-open-jonatan-raih-peringkat-2-race-to-guangzhou.
Penulis : Farahdilla Puspa
Editor : Tri Indriawati