Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Turun Temurun, Begini Tradisi Warga Gorontalo di Parigi Sepekan Setelah Lebaran

Warga mulai membersihakan halaman serta menyiapkan aneka makanan, yang disajikan di halaman rumah masing-masing.

Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Sudirman
abdul humul faiz
Selain menyajikan makanan, warag gorontalo di di Kelurahan Bantaya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, mengadakan lomba panjat pinang dan tarik tanbang, di perayaan Lebaran Ketupat 2019, Rabu (12/6/2019). 

TRIBUNPALU.COM, PARIGI MOUTONG - Sejak Rabu (12/6/2019) pagi, warga Kelurahan Bantaya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, mulai melakukan persiapan.

Warga mulai membersihakan halaman serta menyiapkan aneka makanan, yang disajikan di halaman rumah masing-masing.

Baca: TRIBUNWIKI : Kali Pertama Nyaleg Langsung Terpilih, Ini Profil Darmawati Lukman S

Baca: Ditetapkan Tersangka, Ini Rekam Jejak Habil Marati di Sepak Bola, Gaji Dokter Timnas Tak Dibayar

Hari ini, tepat satu minggu pasca lebaran Idulfitri 1440 Hijriah.

Di hari ke tujuh bulan Syawal ini, merupakan hari besar bagi masyarakat Gorontalo.

Tradisi turun temurun ini, bukan hanya dilaksanakan oleh warga yang berada di Provinsi Gorontalo saja.

Namun warga Gorontalo yang berada di daerah lain pun ikut merayakan tradisi ini.

Hari besar ini, disebut lebaran ketupat atau atupato dalam bahasa Gorontalo.

Tak ketinggalan warga Kelurahan Bantaya, Kacamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah juga ikut merayakannya.

Dari pantauan Tribunpalu.com, perayaan tahunan satu pekan pasca Idulfitri ini benar-benar semarak.

Hampir di sepanjang pantai di kelurahan tersebut digelari pelbagai kegiatan.

Mulai dari panggung hiburan, aneka permainan, hingga perlombaan tarik tambang dan panjat pinang.

"Yah, beginilah suasana perayaan lebaran ketupat di wilayah kami," kata warga RK 7, Kelurahan Bantaya, Parigi Moutong, Bayu Ghaib, kepada Tribunpalu.com.

Lebaran ketupat merupakan tradisi masyarakat keturunan Jawa-Tondano di Gorontalo sejak dulu.

Biasanya, digelar hari ke-7 Idulfitri, atau setelah warga melaksanakan puasa syawal.

Meski tidak saling mengenal, dan tanpa hubungan kekeluargaan, masyarakat dari pelbagai wilayah bebas untuk bertamu, makan bahkan membawa pulang.

Pemilik rumah akan menyajikannya disetiap halaman rumah, atau stan yang telah dibangun untuk masyarakat yang datang untuk bersilaturahmi.

Tentunya ketupat menjadi menu utama serta lauk dan sayur menjadi pendampingnya.

"Kapan saja, terserah, selama masih ada acara di sini dan makanan juga masih ada," kata Bayu.

Kata Bayu, masyarakat dapat berbaur, makan gratis bersama, dan akan disuguhkan dengan beragam hiburan dikemas dalam bentuk tradisional dan modern.

"Insya allah berlangsung sampai malam ini acara," terangnya.

Hal senada diungkapkan Marni (43), warga gorontalo yang tinggal di RK 8, Kelurahan Bantaya, Parigi Moutong ini mengaku ikut merayakannya sejak masih remaja.

"Senang rasanya bisa berbagi makanan, orang yang tidak kita kenal banyak yang datang," unarny.

Namun sayangnya kata Marni, perayaan lebaran ketuoat tersebut belum terkoordinir dengan baik.

Ia berharap, kedepan bisa dilaksanakan meriah dengan satu kepanitiaan.

Cristiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo (TWITTER.COM/UEFAEURO)

"Kami ingin tradisi positif ini terus dilakukan anak cucu kita," pungkasnya.

Langganan Berita Pilihan tribun-timur.com di Whatsapp Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved