Betulkah Brimob dari China Amankan Demo Pilpres? Lihat Faktanya, SDA Pun Apes
Betulkah Brimob dari China yang amankan demo Pilpres? Lihat fakta dan fotonya, SDA pun apes.
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Betulkah Brimob dari China yang amankan demo Pilpres? Lihat fakta dan fotonya, SDA pun apes.
Beredar foto yang diklaim sebagai anggota Brimob dan disebut berasal dari China.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri meringkus penyebar kabar bohong perihal adanya personel Brimob dari China saat mengamankan demonstrasi protes terhadap hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019.
Kasubdit II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Rickynaldo Chairul menuturkan, tersangka berinisial SDA sudah mengakui perbuatannya.
Ia diringkus pada Kamis (23/5/2019) pukul 16.30 WIB di daerah Bekasi, Jawa Barat.
"Yang mana beliau ini telah melakukan perbuatan menyebarkan informasi untuk menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan individu, kelompok masyarakat berdasarkan SARA," kata Kombes Rickynaldo Chairul saat konferensi pers di gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (24/5/2019).
Menurut keterangan polisi, pelaku menyebarkan hoaks tersebut ke 3-4 grup di aplikasi pesan instan WhatsApp.

Kombes Rickynaldo Chairul mengatakan, foto yang digunakan pelaku adalah tangkapan layar atau capture swafoto seseorang di lokasi kejadian dengan para anggota Polri.
"Selfie itu yang diunggah dengan mengatakan bahwa tiga orang di belakang dia ini adalah polisi-polisi dari negara lain," katanya.
Tersangka dijerat dengan Pasal 45 Ayat 2 jo Pasal 28 Ayat 2 Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Kemudian, Pasal 16 jo Pasal 4 huruf b (1) UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan Pasal 16 Ayat 1 dan Ayat 2 dan Pasal 15 Ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1996 tentang Peraturan Hukum Pidana. Ancaman hukuman maksimal untuk pelaku adalah enam tahun penjara beserta sejumlah denda yang diatur dalam UU.
7 Fakta Baru Kerusuhan 22 Mei di Jakarta
Tujuh fakta baru kerusuhan 22 Mei di Jakarta: massa bayaran dan uang didapat, mobil partai '02' terciduk, skenario, hingga ketahuan dalangnya.
Polisi berhasil menggulung provokator kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019, di Jakarta, hingga menemukan sejumlah bukti jika unjuk rasa tersebut melibatkan orang bayaran hingga keterlibatan partai.
Berikut selengkapnya.
Demonstrasi menentang hasil rekapitulasi Pilpres 2019 di depan kantor Badan Pengawas Pemilu ( Bawaslu), Jakarta Pusat, berujung ricuh.
Aksi damai yang dimulai sejak Selasa (21/5/2019) siang dan berakhir pada malam hari disusupi sekelompok orang yang melakukan provokasi dan akhirnya berakhir rusuh.
Kerusuhan masih berlanjut hingga Rabu (22/5/2019), meluas dari depan kantor Bawaslu hingga ke kawasan Tanah Abang, Jalan Sabang, dan Asrama Brimob di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat.
Berikut 7 fakta temuan terkait kerusuhan yang dihimpun dari kepolisian:
1. Ada skenario ciptakan kerusuhan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Wiranto menyebutkan, aksi yang berujung ricuh pada Selasa (21/5/2019) malam di depan gedung Bawaslu dan Rabu (22/5/2019) dini hari di kawasan Petamburan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat, dilakukan oleh perusuh.
Menurut Wiranto, ada skenario untuk membuat kekacauan yang bertujuan menyerang aparat keamanan dan menimbulkan antipati terhadap pemerintahan yang sah.
"Ada skenario untuk membuat kekacauan, menyerang aparat keamanan, dan menciptakan antipati kepada pemerintahan yang sah," kata Wiranto, dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu siang.
Aksi oleh kelompok perusuh ini dilakukan hampir bersamaan setelah berakhirnya aksi yang dilakukan oleh massa yang menolak hasil Pilpres 2019.
"Ada perusuh yang melakukan penyerangan asrama keluarga Brimob dan polisi tinggal. Tujuannya menciptakan kekacauan hingga menimbulkan korban. Korban ini kemudian dituduhkan kepada aparat keamanan bahwa aparat keamanan yang melakukan," kata Wiranto.
2. Massa yang rusuh berbeda dengan massa yang aksi damai di Bawaslu
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Muhammad Iqbal mengatakan, massa yang datang pada dini hari ke kawasan Tanah Abang dan Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, bukanlah massa spontan.
Ia menyebutkan, massa ini sudah dipersiapkan dan terencana.
"Saya menyampaikan bahwa dari rangkaian tadi, peristiwa dini hari tadi adalah bukan massa spontan, bukan persitiwa spontan, melainkan by design, sudah di-setting," kata Iqbal dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Rabu (22/5/2019).
Pihaknya menjelaskan, massa tersebut berbeda dengan massa yang berunjuk rasa di depan kantor Bawaslu pada Selasa (21/5/2019).
Sebab, massa ini sudah dibubarkan.
"Ini massa setting-an yang memang sengaja untuk rusuh," kata dia.
3. Massa bayaran
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menemukan uang dengan jumlah total Rp 6 juta dari para provokator yang ditangkap karena melakukan aksi anarkistis di depan gedung Bawaslu dan asrama Brimob Petamburan.
Bahkan, saat diperiksa, provokator yang mayoritas anak-anak muda ini mengaku dibayar untuk melakukan aksinya.
"Dari yang diamankan ini, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan di mereka amplop berisikan uang total hampir Rp 6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang dibayar," kata Jenderal (Pol) Tito Karnavian dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, pihaknya menduga kericuhan yang terjadi setelah pembubaran aksi demonstrasi di depan gedung Bawaslu dipicu oleh massa bayaran.
Sejumlah amplop berisi uang pun ditemukan dari massa yang diamankan.
"Ada juga massa yang masih simpan amplop, uangnya masih ada, dan kami sedang mendalami itu," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
4. Preman bayaran
Aksi massa yang rusuh pada tengah malam hingga dini hari, Rabu (22/5/2019), dilakukan oleh orang yang berbeda dari aksi di depan kantor Badan Pengawas Pemilu.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto mengatakan aksi yang ricuh dilakukan oleh sekelompok orang bertato.
"Yang menyerang itu preman-preman yang dibayar, bertato," ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu.
Preman tersebut menyerang aparat keamanan, termasuk asrama-asrama kepolisian yang dihuni oleh keluarga anggota.
5. Massa perusuh mayoritas dari luar Jakarta
Dari Selasa (21/5/2019) malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari, polisi berhasil mengamankan 69 orang yang diduga provokator dalam kerumunan pengunjuk rasa di kawasan Tanah Abang, Jakarta.
Menurut Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Muhammad Iqbal, mayoritas mereka datang dari luar Jakarta.
"Dari hasil pemeriksaan sementara, mayoritas massa dari Banten, Jabar, dan Jateng, serta ada bukti-bukti, ada satu ambulans penuh dengan batu," katanya dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu.
Dari 69 provokator itu, sebanyak 58 orang ditangkap setelah polisi berusaha memukul mundur massa pengunjuk rasa di depan kantor Bawaslu.
6. Ambulans berlogo partai penuh dengan batu di dekat lokasi aksi
Polisi menemukan ambulans berlogo Partai Gerindra yang di dalamnya penuh dengan batu dan alat-alat di dekat lokasi demonstrasi.
Namun, polisi sempat enggan menyebutkan nama partai yang logonya terpasang di ambulans tersebut.
"Ada satu ambulans. Saya tak akan sebutkan ambulansnya ada (logo) partainya, itu penuh dengan batu dan alat-alat. Sudah kami amankan," ujar Irjen M Iqbal.
Saat ditanya kembali di mana tepatnya lokasi penemuan ambulans tersebut, Irjen M Iqbal tak menjawab.
7. Pemerintah sudah tahu dalang kerusuhan
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan RI, Wiranto mengatakan, pemerintah sudah mengetahui dalang dari aksi kerusuhan yang terjadi setelah unjuk rasa di depan kantor Bawaslu, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Wiranto memastikan, aparat keamanan akan bertindak tegas.
Hal itu disampaikan Wiranto dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
"Kami sebenarnya, dari hasil investigasi saat ini, sudah tahu dalang aksi tersebut. Aparat keamanan dengan seluruh kekuatan akan bertindak tegas secara hukum," kata Wiranto.
Wiranto mengatakan, berdasarkan rangkaian peristiwa hingga kerusuhan pecah, pihaknya melihat ada upaya membuat kekacauan nasional.
Hal itu, kata dia, terlihat dari pernyataan tokoh-tokoh yang kemudian menyalahkan aparat keamanan atas jatuhnya korban jiwa.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polisi Tangkap Penyebar Hoaks Ada Anggota Brimob dari China".
Penulis: Devina Halim
Editor: Sabrina Asril