Akar Masalah Huawei dengan Amerika, Soal 5G! Gadget Huawei Terancam Tak Bisa Gunakan Layanan Google
Akar Masalah Huawei dengan Amerika, Soal 5G! Gadget Huawei Terancam Tak Bisa Gunakan Layanan Google
TRIBUN-TIMUR.COM - Gadget produksi Huawei terancam tidak akan lagi bisa menggunakan aplikasi dari Google.
Ancaman tersebut sejalan dengan larangan dagang yang dikeluarkan pihak Amerika Serikat kepada China, negara produsen Huawei.
Huawei bersama 70 afiliasinya masuk daftar hitam bernama "entity list" yang dikeluarkan Pemerintah Amerika Serikat untuk tidak diajak berdagang.
Baca: Zulham Cetak Gol Perdana Musim 2019, Berikut Pencetak Gol di PSM Sejak 2016
Baca: Dinkes Jeneponto Belum Pastikan Sumber Virus yang Menjangkiti Masyarakat Garonggong
Usut punya usut, pokok permasalahan AS dengan Huawei ada pada jaringan 5G dan siapa yang memilikinya.
Belakangan muncul berita alasan Huawei dilarang memasukkan barangnya ke Amerika Serikat, ditengarai karena alasan produk China ini akan menjadi penguasa 5G.
Seperti dikutip dari MIT Technology Review; Huawei digadang-gadang akan menjadi penguasa 5G yang dalam 5 tahun ke depan.
Nah, jika masuk pasar Amerika Serikat, Huawei diperkirakan bisa mendapatkan keuntungan mencapai 123 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.800 triliun.
Dengan adanya larangan dagang dengan Huawei, kompetitor perusahaan itu akan bisa mengejar ketertinggalannya dan 5G tidak akan didominasi oleh satu perusahaan saja.
Dalam pemikiran pemerintah AS, terlalu berbahaya jika jaringan 5G dengan segala kompleksitas dan risiko keamanannya jatuh ke tangan perusahaan China.
Karena ke depan harus bisa mempertanggungjawabkan segala keputusannya kepada pemerintah China.
Apa itu 5G?
Untuk memahami konflik AS dengan Huawei mengenai 5G, Anda harus mengerti terlebih dahulu apa itu 5G.
5G bukanlah protokol atau alat, melainkan sekelompok teknologi jaringan yang akan menghubungkan segalanya.
Kekuatan teknologi ada pada kecepatanyan yang bisa mencapai 20 gigabit per detik.
Baca: Besok, Dinas Perpustakaan Pinrang Tinjau Taman Baca Sepanjang Perjalanan
Baca: Trend Hijab dan Wedding Expo 2019 Resmi Dibuka di ClLaro, Hadirkan Busana Muslim Terbaru
Dengan kecepatan itu, 5G akan bisa menghubungkan segalanya, mulai dari mobil otonom, robot-robot industri, peralatan rumah sakit, sampai elektronik rumah tangga.
Nah, untuk mencapai kecepatan yang luar biasa tersebut, 5G punya dua cara:
Pertama, ia bisa menggunakan frekuensi yang sama dengan 4G atau Wi-fi, tetapi dengan skema coding yang lebih efisien dan saluran yang lebih besar sehingga kecepatannya meningkat 25-50 persen.
Kedua, ia bisa menggunakan frekuensi gelombang militer yang bisa mengirimkan data pada kecepatan yang lebih tinggi.
Masalahnya, cara kedua ini membutuhkan jarak yang lebih dekat sehingga transmitter yang dibutuhkannya pun menjadi jauh lebih banyak, terkadang satu sama lain cuma berjarak beberapa puluh meter.
Untuk meningkatkan bandwith dan supaya ada lebih banyak piranti yang terhubung, sel 5G juga menggunakan teknologi yang disebut multiple input, multiple output (MIMO), di mana ratusan antena bekerja secara paralel untuk meningkatkan kecepatan dan menurunkan latency (jeda waktu untuk mengirimkan paket data), dari 30 milidetik pada 4G menjadi satu milidetik saja pada 5G.
Kemudian untuk meningkatkan kapasitas data, 5G juga menggunakan teknologi full duplex yang membuat transmitter dan piranti mengirimkan dan menerima data pada frekuensi yang sama tanpa menganggu satu sama lain.
Risiko keamanan 5G
Kekuatan untuk dapat menghubungkan segalanya ini juga menjadi risiko keamanan dari 5G.
Seperti teknologi baru pada umumnya, para peneliti Eropa telah menemukan titik-titik lemah pada cara jaringan 5G menukar kunci kriptografi.
Kelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencuri dan mensabotase data dari alat-alat yang terhubung oleh 5G.
5G yang memang dirancang untuk bisa terhubung dengan jaringan 3G, 4G dan Wi-fi yang sudah ada juga membuat jaringan ini rentan mengalami masalah keamanan yang sama dengan jaringan-jaringan yang lebih tua.
Selain itu, 5G juga akan disandingkan dengan piranti lunak kontrol yang akan memastikan konektivitasnya, dan menciptakan jaringan virtual serta fitur baru.
Piranti lunak ini bisa menjadi jalan masuk untuk pencurian dan manipulasi data.
Meski demikian, bukan berati 5G tidak punya harapan untuk menjadi jaringan yang dapat diandalkan di masa depan.
Dua studi yang berjudul “5G Security: Analysis of Threats and Solutions dan Security” for “5G Mobile Wireless Networks”, misalnya, telah menganalisis risiko 5G dan mengusulkan solusinya.
Menurut para pakar, penggunaan kriptografi yang lebih cermat dapat memastikan keamananan data yang mengalir melalui jaringan virtual 5G dan berbagai sistem yang terhubung di dalamnya.
“Jika Anda melakukannya dengan benar, Anda justru akan mendapatkan jaringan yang lebih tangguh,” ujar Muriel Médard, seorang profesor yang memimpin Network Coding and Reliable Communications Group di Institut Teknologi Massachusetts (MIT). (*)
(Kompas.com/Shierine Wangsa Wibawa)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul "5G Jadi Pokok Permasalahan Huawei dengan Amerika, Terancam Tak Bisa Gunakan Layanan Google"