Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pernyataan Tegas Jenderal Moeldoko! 'Negara Kita Ini Harus Tertib, Enggak Boleh Lagi Ya Sembarangan'

Pernyataan Tegas Jenderal Moeldoko! 'Negara Kita Ini Harus Tertib, Enggak Boleh Lagi Ya Sembarangan'

Editor: Mansur AM
kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko 

Khusus mengenai kasus penghinaan dan pengancaman terhadap Presiden, Moeldoko mengatakan, harus diakui banyak masyarakat yang tidak mengedepankan etika serta tata krama.

Banyak yang tidak memahami bahwa kepala negara harus juga mendapatkan penghormatan dan dijaga wibawanya sebagai simbol negara.

"Saya melihatnya lebih dari sisi etika dulu deh bahwa itu tidak pantas. Sebagai warga negara yang punya etika, janganlah memperlakukan kepala negara sebagai simbol negara seprti itu. Pasti akan menuai konsekuensi hukum," ujar Moeldoko.

Pengasuh Ponpes Menyesal dan Minta Maaf 

IAS (49), pria yang membuat dan menyebarkan video berisi ujaran kebencian dan provokasi adu domba antara TNI-POLRI, meminta maaf.

Melalui video yang berdurasi 1 menit 13 detik, IAS mengakui apa yang dia sampaikan sebelumnya adalah sebuah kesalahan dan kekeliruan.

Video permintaan maaf IAS tersebar di sejumlah grup aplikasi WhatsApp.

Ustadz IAS
Ustadz IAS (Kompas.com/Muhammad Syahri)

Polres Cirebon melimpahkan proses penanganan hukum IAS, pria yang menyebarkan video bernada provokatif ke Polda Jawa Barat Senin malam (13/5/2019) di kantor Polres Cirebon.

Beberapa jam usai pelimpahan tersebut, video berisi permintaan maaf IAS menyebar di sejumlah aplikasi grup WhatsApp.

Tampak dalam video, pria yang berstatus pengasuh di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Cirebon mengenakan baju koko berwarna putih dengan peci berwarna hitam.

Pakaian tersebut sama dengan pakaian yang dia kenakan saat proses pemindahan dirinya ke Polda Jabar.

Melalui video itu, IAS yang juga berstatus dosen, menyampaikan minta maaf telah keliru memahami apa yang Kapolri sampaikan saat upacara pengamanan pemilu. IAS juga minta maaf atas kalimat yang bernada provokatif mengadu domba antara TNI-POLRI.

Terakhir IAS menyoroti kalimatnya sendiri yang mendoakan keburukan akan terjadi pada seseorang yang angkuh dan sombong dengan ancaman penyakit.

Di depan ruang pemeriksaan, kuasa hukum IAS Ibrahim Kadir Tuasamu menjawab pertanyaan Kompas.com yang mencari tahu respon IAS pasca ditangkap dan diperiksa polisi. Ibrahim menjawab IAS menanggapi seluruh pertanyaan polisi dengan kooperatif. IAS juga meminta maaf.

“Beliau minta maaf. Beliau minta maaf. Beliau mengaku ada penyesalan juga. Hanya, arahan dari temen-temen polres ini agak terlambat mungkin ya. Kalau seandainya pada saat beliau ungkapkan, pernyataan beliau langsung beliau hapus. Mungkin bisa ditanggapi pihak polres ataupun pihak IT yang bisa kerja sama yang baik,” kata Ibrahim menjawab Kompas.com.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved