Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Curhat Pedagang Sayur di Mamasa yang Merasa Diperlakukan Tidak Adil

Tentu tidak ada satupun kekuatan yang dapat menghentikan keinginan para petugas untuk membongkar lapak mereka.

Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Imam Wahyudi
semuel/tribunmamasa.com
Sondok Langi, Pedagang sayur, Warga Sesenapadang 

TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Rabu pagi sekira pukul 09.00 wita, mungkin menjadi hari nahas bagi 10 pedagang sayur di Jl Emmy Saelan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar).

Puluhan patugas berseragam lengkap dengan langkah tegak menghampiri para pedagang itu.

Tentu bukan dengan minat membeli sayur.

Tetapi sebaliknya, untuk mengusir agar pedagang tidak berjualan di tempat itu lagi.

Tentu tidak ada satupun kekuatan yang dapat menghentikan keinginan para petugas untuk membongkar lapak mereka.

Hal itu bukanlah hari yang bersejarah bagi puluhan pedagang kecil di sudut persimpangan itu, melainkan telah berulang kali dialaminya.

Keuntungan yang didapat setiap hari bukan jutaan rupiah, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Keuntungan yang didapat tidak seberapa ditambah lagi harus berdagang dengan hati was-was.

Pemerintah telah membangun pasar dengan milliaran rupiah namun itu bukanlah solusi bagi puluhan pedagang kecil.

Kendati tidak, pasar sejatinya berada di jantung kota sebagai nadi perekonomian masyarakat, namun berbeda di Mamasa, sebab pasar dibangun jauh dari pusat keramaian.

Lantas ke mana mereka harus mengadu?

"Saya tidak bisa hitung sudah berapa kali diusir," kata Sondok Langi, pedagang sayur, warga Sesenapasang.

Ia mengatakan, banyak pedagang lain yang berjualan di trotoar, di pinggir jalan dan tempat-tempat lain yang dianggap milik pemerintah tetapi tidak disuruh pindah.

"Hanya kami yang disuruh pindah, apakah ini adil," tanya Sondok Langi.

Dia dan pedagang lainnya meminta agar pemerintah memberikan solusi yang tidak merugikan pihak liain.

"Kalau kami dilarang menjual di sini maka sediakan kami tempat yang dekat dari kota," pintanya.

Usai digusur, mereka melakukan dialog kepada pemerintah di Kantor Bupati Mamasa didampingi sejumlah mahasiswa.

Ia ditemui beberapa Pejabat Eselon ll lingkup pemerintah daerah Kabupaten Mamasa.

Mereka adalah Kepala Satpol PP, Kain Lotong Sembe, Asisten lll Sekretariat Daerah, Asfar Nuryadin, Asisten Pemerintah Sekretariat Daerah Lonni.

Mereka melakukan dialog dengan niat mendapat solusi dari pemerintah.

Tetapi harapan dan kenyataan yang diterima berbanding terbalik.

Mereka justru disuruh untuk berjualan di kampung mereka masing-masing.

Ada perbincangan antara Asisten lll Nuruadin Jafar dan Sondok Langi yang sempat terekam.

Berikut perbincanagan keduanya;

Nuryadin: Jadi saya kasi analogi begini bu' supaya pikiran kalian lebih terbuka

Nuryadin: ibaratkan ada orang yang datang menjual di depan rumah ibu lalu ibu mengusirnya, pantaskah dia datang menuntut solusi sama ibu'

Sondok Langi: ia pak

Nuryadin: makanya aturan itu dibuat tanpa solusi, jadi aturan ini ditegakkan, anda datang mencari solusi ya memang tidak ada

Sondok Langi: oh ia pak tapi kami butuh tempat berjualan

Nuryadin: ia ibu ini orang mana.???

Sondok Langi: saya dari Paladan pak

Nuryadin: oh kalau begitu ibu berjualan di sana saja, lebih aman pasti tidak digusur.

Laporan wartawan @rexta_sammy

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved