Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ibu Kota Mau Pindah ke Luar Jawa, Jangan Harap Cepat Terwujud, Ternyata Butuh Waktu Sekian Tahun

Ibu kota mau dipindahkan ke luar Jawa, jangan harap cepat terwujud, sekian tahun waktu dibutuhkan. Jika Ibu Kota Negara Indonesia

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM
Monas, pusat Kota Jakarta. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ibu kota mau dipindahkan ke luar Jawa, jangan harap cepat terwujud, sekian tahun waktu dibutuhkan.

Jika Ibu Kota Negara Indonesia pindah ke Palangkaraya, Makassar, atau Mamuju, tak bisa terwujud dalam waktu dekat.

Kabar pemindahan ibu kota ke luar pulau Jawa ramai dibicarakan setelah Presiden Joko Widodo alias Jokowi melakukan rapat terbatas di kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/4/2019).

Memindahkan ibu kota ke luar pulau Jawa, bukanlah hal sepele yang bisa dikerjakan dalam hitungan tahun.

Nur Hidayati selaku Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( Walhi) berpendapat setidaknya butuh dua sampai tiga periode kepemimpinan Presiden untuk mewujudkannya atau sekitar 15 tahun.

Hal ini mengingat ada banyak hal yang perlu dicermati dan dikaji secara mendetail untuk memberi solusi akan potensi dampak yang akan terjadi secara nasional atau pun di sekitar wilayah bakal ibu kota baru.

"Isu pemindahan ibu kota memang isu lama yang disampaikan pemerintah. Menurut kami ( Walhi) yang paling penting itu di perencanaan yang harus mempertimbangkan berbagai dampak dan potensi dampak terhadap lingkungan, sosial, hak atas tanah di daerah yang akan dijadikan ibu kota, dan lain-lain," kata Nur Hidayati dihubungi Kompas.com, Selasa (30/4/2019).

Potensi dampak akan wacana pemindahan ibu kota diperkirakan cukup luas.

Jika melihat salah satu paparan Bapennas, disebut bahwa pembangunan ibu kota membutuhkan lahan luas dengan estimasi 30-40 ribu hektare (ha).

Dalam hal ini, Nur Hidayati mempertanyakan apakah area seluas itu nantinya hanya akan dipergunakan untuk gedung fisik dan bagaimana sarana prasarana para pegawai yang kantornya ikut pindah ke ibu kota baru.

Dengan menyoroti hal tersebut, dia memperkirakan akan ada dampak sosial dan lingkungan yang besar.

"Hal ini akan ada konsekuensi pembukaan wilayah, pembukaan hutan, dampak sosial budaya bagi masyarakat lokal, dan lain-lain," ujar Nur Hidayati.

"Terpenting itu konsultasi dengan warga di wilayah bakal ibu kota baru untuk mendapatkan lahan, karena kita tahu saat ini masih banyak konflik agraria di Indonesia. Jangan sampai program pemerintah menimbulkan konflik baru," imbuh dia.

Oleh sebab itu, Nur Hidayati berkata pemerintah wajib melakukan studi dan kajian komprehentif terkait pemindahan ibu kota.

Selain itu, dia mengamati bahwa wacana pemindahan ibu kota tidak bisa segera dilakukan. Ini merupakan proyek jangka panjang yang setidaknya membutuhkan dua sampai tiga periode untuk membahasnya.

Karena merupakan proyek besar dan harus ditangani dengan serius, Nur Hidayati juga menyarankan ada payung hukum yang jelas terkait persoalan ini untuk memastikan pemerintahan selanjutnya menerima dan terus menjalankan pemindahan ibu kota.

Kata Sandiaga Uno

Menanggapi rencana pemindahan ibu kota, Cawapres RI nomor urut 02 Sandiaga Uno mengatakan, keputusan tersebut harus melibatkan masyarakat.

"Harus ada referendum, kalau kita mau memindahkan ibu kota itu berapa yang setuju, berapa yang tidak, dihitung dan itu yang harus dilakukan. Melibatkan masyarakat dan kepentingan masyarakat diutamakan, kepentingan negara strstegis diutamakan, lapangan kerja tercipta, biaya hidup bisa terjangkau," ujar Sandiaga menjawab pertanyaan awak media usai menghadiri pelatihan OK OCE di Kantor Kelurahan Kayu Manis, Jakarta Timur, Selasa (30/4/2019).

Sandiaga Uno
Sandiaga Uno (KOMPAS.COM)

Ia meminta agar wacana ini dikaji secara komprehensif, baik dari segi tata kota, tata ruang, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik.

"Jadi wacana ini harus dikaji dengan sangat-sangat detail, sangat mendalam. Dengan revolusi industri 4.0, bagaimana penggunaan teknologi digital dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat," katanya.

Selain itu, ia menuturkan pemindahan ibu kota juga harus dilihat dari segi biaya dan anggaran yang akan dikeluarkan.

Apalagi, lanjut dia, pembangunan di Jakarta cukup pesat, terutama secara teknologi dan digital.

"Jadi kalau kita memindahkan fisik ibu kota itu harus lihat relevansinya, dari segi cost, biayanya berapa, dan apakah efektif, karena sekarang kita sudah punya semuanya dengan layanan digital. Jadi tidak layanan secara fisik," tutur Sandiaga Uno.

Sebelumnya, Presiden Jokowi yakin pemindahan ibu kota dari Jakarta terwujud suatu hari nanti.

Oleh sebab itu, Jokowi menekankan persiapan yang matang demi mewujudkan hal itu.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden Jakarta pada Senin pagi.

"Memindahkan ibu kota negara membutuhkan persiapan yang matang. Sisi pilihan lokasi yang tepat, termasuk memperhatikan pada aspek geopolitik geostrategis, kesiapan infrastruktur pendukung dan pembiayaan," ujar Jokowi.

"Tapi saya meyakini Insya Allah kalau dari awal kita persiapkan dengan baik, maka gagasan besar ini akan bisa kita wujudkan," katanya lebih lanjut.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Pemindahan Ibu Kota, Walhi Sebut Butuh Waktu 15 Tahun" dan "Sandiaga Komentari Rencana Jokowi Pindahkan Ibu Kota".

Penulis: Gloria Setyvani Putri dan Ryana Aryadita Umasugi

Editor: Gloria Setyvani Putri dan Kurnia Sari Aziza

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved