Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dinsos Maros Janji Segera Beri Bantuan Nene Tene

Daeng Tene, seorang warga Kampung Kandeapi, Dusun Bonto Ramba, Desa Bonto Matene, Kecamatan Mandai, Maros, membutuhkan bantuan.

Penulis: Ansar | Editor: Munawwarah Ahmad
Ansar
Petugas Dinsos Maros memantau kondisi rumah nenek Tene di Kampung Kandeapi, Dusun Bonto Ramba, Desa Bonto Matene, Kecamatan Mandai. 

TRIBUN MAROS.COM, MANDAI - Daeng Tene, seorang warga Kampung Kandeapi, Dusun Bonto Ramba, Desa Bonto Matene, Kecamatan Mandai, Maros, membutuhkan bantuan.

Pasalnya, wanita kelahiran Maros, 65 tahun silam tersebut, tinggal di rumah peninggalan almarhum suaminya, Ajis.

Lantai rumah panggung, sudah rapuh dimakan rayap, atap dan dinding juga sudah bocor.

Sejak ditinggal suaminya beberapa tahun lalu, rumah Dg Tene tidak pernah direnovasi.

Setelah kondisinya viral di media, Dinas Sosial (Dinsos) Maros menurunkan petugas untuk memantau kondisi sang nenek.

"Kami sudah turun ke lokasi. Sementara ini tim bersama TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) Mandai memonitor kondisi nenek Tene," kata Kepala Dinas Sosial, Kamaluddun Nur, Rabu (24/4/2019) pagi.

Kamal menyampaikan, pihaknya alan mengusulkan ke Kementrian Sosial, supaya nenek Tene dapat diberikan bantuan.

Kondisi nenek saat ini membutuhkan bantuan.

Dinsos tidak pernah mendata Tene sebagai warga miskin karena belum ada laporan dari pemerintah setempat.

"Kita akan usulkan masuk pada PKH (Program Keluarga Harapan), maupun BPNT ( Bantuan Pangan Non Tunai). Kita upayakan diusulkan tahun ini," katanya.

Kamal meminta kepada nenek supaya bersabar untuk sementara.

Alasannya, pengusulan penerima bantuan membutuhkan waktu.

Dinsos berupaya untuk memberikan maksimal kepada nenek Tene.

Apalagi, sudah beberapa tahun terakhir ia tidak pernah mendapatkan bantuan.

"Tentu ini juga memerlukan waktu. Kita harus input datanya dulu, kemudian dimasukkan ke BDT (Basis Data Terpadu). Semoga nenek ini bisa kita bantu melalui program pemerintah," katanya.

Selain itu, Kamal juga akan mengupayakan memberikan bantuan untuk perbaikan rumah.

Saat ini, rumah nenek sudah tidak layak huni.

"Harusnya pihak desa yang mendata warga untuk perbaikan rumah. Dan bisa dilaporkan ke dinas tata ruang untuk mendapat program bedah rumah," katanya.

Nenek Tene ingin, memperbaiki rumhanya, namun apa daya, penghasilanya sebagai buruh tani hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

"Saya sudah 15 tahun ditinggal suami. Sejak itu kehidupan saya memprihatikan. Semakin hari, rumah rusak. Mau perbaiki, tapi tidak ada uang," kata Dg Tene, Senin (22/4/2019) siang.

Sebenarnya, Dg Tene memiliki anak perempuan, Heriati dan Nurminang.

Hanya saja, anaknya tidak memiliki pekerjaan tetap.

Penghasilannya, juga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dg Tene menyampaikan, jika hujan, maka rumah termasuk tempat tidur akan basah.

Dia hanya pindah tempat di dekat dinding yang masih utuh.

Di tempat itu, Dg Tene hanya bisa duduk sembari menunggu redahnya hujan.

Selama hujan, Dg Tene tidak bisa tidur.

Ia memilih untuk begadang. Jika baring, maka badannya juga akan basah.

"Itu nak kalau hujan, saya bangun. Saya pindah di sudut rumah. Hanya disitu yang tidak terkena air hujan. Sementara bagian lainnya, akan basah," katanya.

Selain itu, Dg Tene juga sudah beberapa kali jatuh dari rumah.

Pasalnya, balok dan papan lantai yang sudah lapuk, kadang patah.

Kaki sang nenek, juga kerap terluka setelah masuk ke cela papan.

Jatuh dari rumah sudah dianggap biasa.

Selama ini, Dg Tene juga tidak pernah mendapat bantuan bedah rumah.

Padahal, ia ingin sekali rumahnya dibenahi oleh pihak pemerintah maupun dermawan.

Dg Tene sendiri terdaftar sebagai warga miskin. Hanya saja, beberapa tahun terakhir ia tidak pernah lagi mendapat bantuan, beras miskin maupun Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Padahal sebelumnya, Dg Tene kerap mendapat bantuan.

Saat mendapat bantuan, biaya hidup Dg Tene belum terlalu dirasakan. Bantuan yang didapatkannya, kadang cukup.

"Dulunya, saya mendapatkan bantuan raskin dan uang. Namun beberapa tahun terakhir, saya sudah tidak pernah lagi mendapatkan bantuan," katanya.

Dia berharap, pemerintah dan dermawan dapat memberikannya bantuan, khususnya bedah rumah.

Jika tidak, maka ia akan terus tinggal di rumah reot dan keterbatasan.

Dg Tene heran, sejumlah warga yang memiliki kehidupan layak, namun tetap mendapat bantuan.

Sementara dia, tidak diberikan lagi.

"Kadang saya iri, banyak warga yang jauh lebih bagus kehidupan dibanding saya, tapi masih mendapatkan bantuan. Sementara warga yang betul butuh, tidak diberi bantuan," katanya.

Dg Tene pernah medapat Kartu Perlindungan Sosial (KPS).

Namun sejak tahun 2014, kartu tersebut tidak berlaku lagi.

Laporan Wartawan TribunMaros.com, @anchakaumanshar

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved