Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Manusia, Amankan Spesies mu!

Penulis adalah Dosen Fisika FMIPA UNM Makassar, Peneliti Karst dan Ketua Physical Society of Indonesia (PSI) Cabang Makassar

Editor: Aldy
tribun timur
Dosen KBK Fisika Bumi UNM Makassar, Peneliti Karst dan Ketua Physical Society of Makassar Cabang Makassar 

Air merupakan kebutuhan utama dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga keberadaannya terus dipertahankan, Keterbatasannya akan memengaruhi langsung kelangsungan hidup spesies ini di masa depan, seperti judul artikel ini.

Tantangan lain, adalah semakin menurunnya kualitas lingkungan. Sinar kosmik yang menyinari bumi setiap saat sejatinya adalah anugrah.

Akibat dari gaya hidup manusia yang serba hedonis membawa dampak bagi siklus oksigen bagi manusia.

Sejak Revolusi Industrui 1,0 di Prancis tahun 1880-an yang mengakibatkan ekspansi Negara Eropa ke Asia Timur untuk memperoleh tanah pertanian dan menggarapnya dengan menggunakan mesin-mesin sampai Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak besar bagi kehidupan manusia.

Industri yang menggunakan minyak dari fosil mengakibatkan selubung kabut di atmosfer menahan gas methana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), karbondioksida (CO2), ozon (O3) dan sejenisnya semakin tebal.

Gas-gas tersebut terus mengumpul dari rentang 1880-an sampai 1980 (100 tahun) ternyata hampir sama dengan rentang tahun 1980-2000 (20tahun), sehingga menghasilkan pemanasan global.

Pemanasan global yang disebabkan oleh gas-gas rumah kaca secara jelas telah dan akan terus memengaruhi iklim dunia.

World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dan IPCC (1999) melaporkan bahwa temperatur tahunan di Indonesia meningkat sebesar 0,30C sejak tahun 1990.

Baca: Lanjutkan Kerja Sama, Grab dan Bosowa Group Dirikan Shelter di Unibos

Sebuah skenario perubahan iklim (WWF Indonesia dan IPCC, 1999) memperkirakan bahwa temperatur akan meningkat antara 1,30C sampai dengan 4,60C pada tahun 2100 dengan trend sebesar 0,10C–0,40C per tahun.

Selanjutnya Susandi (2006) memproyeksikan kenaikan temperatur Indonesia akan mencapai 3,50C pada tahun 2100, sementara temperatur global bumi akan mencapai maksimum 6,20C pada tahun tersebut.

Implikasi dari kenaikan temperatur tersebut akan menaikkan muka air laut sebesar 100 cm pada tahun 2100 (Susandi, 2006).

Akumulasi kejadian ini akan mempengaruhi infrastruktur, bangunan, dan kegiatan manusia saat ini dan mendatang yang pada gilirannya akan mempengaruhi stabilitas lingkungan di seluruh dunia.

Malahan laporan IPCC (2013), menunjukkan bahwa jumlah CO2 di atmosfer harus dibatasi hingga 400 ppm agar temperatur bumi hanya naik 2-2,4oC.

Namun, National Oceanic and Atmospheric Administration di Mauna Loa, Hawaii, mengeluarkan data rata-rata jumlah CO2 di atas Samudera Pasifik berada pada tingkat 400,33 ppm.

Untuk itu, perlu dijaga kesinambungan kebutuhan oksigen bagi spesies manusia dengan melakukan hal-hal kecil saja seperti penanaman pohon di sekitar lingkungan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved