Pilpres 2019
Setelah Ustaz Abdul Somad dan Aa Gym ke Prabowo-Sandi, Imam Shamsi Ali Tulis Begini
Di minggu tenang ini, harap juga dibaca dengan tenang. Maaf kalau agak panjang. Dicicil saja bacanya!
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Tapi dukungan saya murni karena pertimbangan-pertimbangan kepentingan yang jauh lebih besar. Kemuliaan agama dan umat. Dan demi Indonesia Raya.
Ketiga, saya mendukung bukan juga karena hanyut dalam arus keadaan sekitar (ikut-ikutan). Melainkan lewat proses panjang, mengamati, bertanya dan berkonsultasi.
Tapi yang terpenting melihat langsung realita kehidupan bangsa yang masih jauh dari harapan. Sebagai putra bangsa memilih paslon itu sekaligus menitipkan harapan.
Maka ketika harapan itu tidak dipedulikan, dukungan itu berhak untuk ditarik kembali. Dan ini berlaku juga pada dukungan saya ke paslon no. 2 saat ini.
Keempat, sebagai putra bangsa yang cinta negeri, saya menoropong negeri ini dari luar. Saya menemukan bahwa janji-janji dan retorika politik pemerintah terlalu banyak yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Dari semua itu, saya meyakini bahwa pembangunan negara harus berorientasi kepada kepentingan rakyat (people oriented interest).
Bukan pembangunan yang justru menjadikan rakyat semakin meranah terinjak hak-haknya.
Kelima, saya menilai bahwa selama ini telah terjadi keadaan di mana masyarakat telah merasakan hilangnya “rasa keadilan” (sense of justice) itu.
Di bidang perekonomian masih segelintir pemilik modal yang diuntungkan. Sementara masyarakat luas masih merasakan himpitan hidup yang berat.
Janji-janji kemudahan, termasuk dengan kartu-kartu itu, ternyata tidak lebih dari “campaign tool” (alat kampanye) musiman.
Keenam, hilangnya “sense of justice” (rasa keadilan) di masyarakat itu juga terasa di bidang hukum. Di satu sisi kita merasa semakin baik, bijak, demokratis. Namun di sisi lain wajah keramahan dan senyuman itu kerap menyembunyikan “tangan besi”.
Betapa banyak yang dikriminalisasi hanya karena sikapnya yang menentang kebijakan kekuasaan yang dianggap tidak sesuai.
Runyamnya pula, rata-rata yang dikriminalisasi adalah dari kalangan mayoritas bangsa ini.
Ketujuh, dukungan saya juga didorong oleh kenyataan bahwa ada gerakan tersembunyi (hidden movement) yang berusaha membenturkan antar kelompok umat ini.
Cara-cara seperti ini, mengingatkan kita di tahun 60-an. Kita sadar bahwa tulang punggung pertahanan bangsa ini ada pada umat Islam dan TNI.