Tahun Ini Stadion Mattoanging Direvitalisasi, Suporter PSM Makassar: Jadi pi Baru Dibilang Jadi!
Tahun Ini Stadion Mattoanging Direvitalisasi, Suporter PSM Makassar: Jadi pi Baru Dibilang Jadi!
Penulis: Alfian | Editor: Munawwarah Ahmad
“Tentu sebelum melakukan revitalisasi, kita lakukan sterilisasi. Stadion Mattoangingakan dibongkar untuk diadakan bangunan baru yang lebih berkelas," kata NA didampingi staf khususnya, Bunyamin Arsyad, tadi malam.
Untuk desain Stadion Mattoanging, rencananya pihak Pemprov Sulsel akan melakukan sayembara.
"Stadion inikan untuk rakyat. Jadi kita beri kesempatan kepada masyarakat untuk mendesain stadion kebanggaan kita nanti," ujar mantan Bupati Bantaeng dua periode itu.
Menurut NA, dirinya malu karena kondisi stadion terlihat sangat memprihatinkan, mulai dari tribun penonton, penataan parkir, hingga atapnya yang sudah banyak bolong.
"Kita malu, satu-satunya stadion di dunia yang masih pakai atap seng (kini kondisi atap berkarat)," kata NA.
Ia mengaku heran, kondisi stadion yang tidak tertata, padahal dikomersialkan saat laga PSM Makassar atau kegiatan umum berlangsung.
Dikuasai Yayasan
Stadion Mattoanging mulai digunakan tahun 1957 dan menjadi Pusat Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) IV.
Sejak diresmikan, stadion ini sudah dikelola oleh berbagai yayasan. Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) mengelola stadion ini sejak 1982.
“Stadion Mattoanging dikelola oleh YOSS sekian puluh tahun. Ke depan kita ingin jadikan area itu menjadi sport center,” ujar NA.
Dalam diskusi Forum Bersama Wartawan Olahraga (Forbes) di Jl Monginsidi, Makassar, Selasa (23/5/2017), tokoh KONI Sulsel, Prof Zainuddin Taha, menjelaskan sejarah hingga Stadion Mattoanging yang kini dikuasai Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS).
Menurut Guru Besar UNM yang juga sekretaris pertama KONI Sulsel itu, Stadion Mattoanging didirikan pemerintah Indonesia tahun 1957 saat Sulawesi Selatan menjadi penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON) IV.
Saat itu, pihak pemerintah menyerahkan pengelolaannya kepada Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI).
Dia menjelaskan, pergantian nama dari DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) tahun 1967 membuat pengelolaan stadion berpindah tangan ke KONI.
Zainuddin menjabat sebagai Sekertaris KONI Sulsel pertama tahun 1971, dan diketuai oleh Gubernur Sulsel saat itu yakni Ahmad Lamo.