Talman, Hidup Miskin di Antara Rumah Jabatan Para Petinggi Pemprov Sulbar
Talman dan keluarga tinggal di sebuah gubuk pinjaman. Jaraknya sekitar 300 meter dari Kantor Gubernur Sulawesi Barat
Penulis: Nurhadi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Talman (40) dan Samsiah (43) pasangan suami yang hidup miskin di Kabupaten Mamuju, Sulbar.
Talman dan Samsiah bersama empat orang anak-anak yang masih kecil, tinggal disebuah gubuk pinjaman.
Jaraknya sekitar 300 meter dari Kantor Gubernur Sulawesi Barat, di Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro.
Baca: Waspada Angin Kencang Berpotensi Landa Majene dan Polman
Baca: VIDEO: Kondisi Rumput Stadion Mini Bulukumba Pasca Renovasi
Baca: Sepanjang Hari Wilayah Jeneponto Diprediksi Hujan Ringan
Baca: KPU Takalar Siapkan 100 Tenaga Pelipat dan Penyortir Surat Suara
Talman bersama keluarnya, tinggal tepat di sebuah gubuk depan Rumah Jabatan Wakil Gubernur Sulawesi Barat dan Rujab para pimpinan DPRD Sulbar.
Sungguh nasib Talman, hidup miskin di tengah rumah jabatan para petinggi di Provinsi Sulawesi Barat yang fasilitasnya serba mewah.
Pemerintah seolah buta dengan kondisi mereka.
Untuk menghidupi anak dan istrinya, Talman harus bekerja bertaruh nyawa sebagai tukan panjat kelapa.
Ia diupah Rp 5 ribu setaip menjat satu pohon kelapa warga yang ada di sekitar Kelurahan Rangas.
"Dari hasil panjat kelapa inilah saya bisa bertahan hidup bersama anak dan istri,"kata Talman.
Talman mengatakan, kadang ia mendapatkan Rp 30-40 ribu sekali dipanggil memanjat kelapa orang.
"Kalau banyak-banyak lagi dipanjat, yah ada-ada lagi sedikit,"ucapnya.
Selain memanjat kelapa, untuk menutupi kekurang hidup sehari-harinya, Talman ayambi sebagai pemulung.
Ia berkeliling menyusuri lorong-lorong ibukota Provinsi Sulawesi Barat, untuk mengumpulkan dos bekas.
"Saya jual Rp 1.500 per kilo. Kalau banyak harganya biasa sampai Rp 30 ribu,"kata dia.
Pria yang lahir di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene itu mengungkapkan, dulu mereka tinggal di sebuah gubuk depan kantor gubernur.
Namun, karena sudah tidak layak huni, warga berinisiatif meminjamkan bangunan yang luasnya sekitar tiga meter dengan panjang empat meter yang jaraknya sekitar Rp 100 meter dari rujab pejabat Pemprov Sulbar.
"Kami tinggal disini sudah sekitar enam bulan, kami dipinjamkan warga bernama Hj Tini, itupun hanya satu tahun,"ujarnya.
Talman berharap bisa menpat bantuan tempat tinggal layak dari pemeritah, agar bisa hidup tenang meski dalam kondisi terbatas.
"Supaya kasian sekolah anak-anak kami jelas, tidak pindah-pindah terus,"kata istri Talman, Samsiah.
Samsiah mengatakan, selama ini anak-anaknya selalu pindah-pindah sekolah jika mereka pindah tempat tinggal.
"Otomatis pindah karena kami juga tak punya kendaraan untuk mengantar,"katanya.
Samsiah mengaku jarang mendapat sentuhan bantuan dari pemerintah baik kabupaten maupun provinsi.
"Pernah datang waktu masih di tempat lama bawa bantuan, dijanjikan tempat tinggal, tapi sampai sekarang belum ada,"ungkapnya.
"Kami memang dasarnya orang tidak berada kasian, karena memang orang tua kami juga orang miskin dulu,"Samsial menambahkan dengan mengusap air mata.
Yang lebih menyedihkan dari cerita Talman kepada wartawan Tribun-Timur, Ia mengaku kadang dilecehkan orang saat pergi memulung, karena dianggap orang gila.
"Kadang saya dihina-hina pak karena saya karena dianggap orang gila karena model dan pakaian saya, makanya saya minta tolong pak kasika nomor hp ta' supaya ada yang bisa saya hubungi minta perlindungan,"ucap Talman sambil mengusap air matanya.
Seorang dermawan Pamassangi yang berkesempatan memberikan bantuan sore tadi, Jumat (15/3/2019) mengaku sangat prihatin dengan kondisi pak Talman dan keluarganya.
"Saya sangat prihatin dan sesalkan pemerintah, bisa-bisanya ada warga miskin begini tinggal di dekat kantor gubernur dan tidak mendapat bantuan,"kata Pamassangi.
Pamassangi mengatakan, akan mengajari keterampilah kepada Talman dan istrinya agar bisa hidup mandiri tampa harus bekerja bertaruh nyawa untuk bisa bertahan hidup.
"Tadi ini kita berikan bantuan pakain, beras, indomie dan tas sekolah. Insyaallah kita akan beri keterampilan agar bisa mandiri,"ujarnya.
Ia berharap, agar suara hati orang-orang miskin bisa di dengar oleh pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi.
"Gaji bapak-bapak pejabat ini sangat luar biasa, kalau disisikan Rp 10 ribu per bulan, insyaallah satu tahun pak Talman sudah punya rumah,"tuturnya.
Dikatakan, jika pemerintah tidak bisa memaneg hal itu, bisa kerja sama dengan pemerhati sosial di Sulbar.
Untuk mengedukasi atau memberikan pelatihan agar bisa mendiri dan mencetak uang.
"Saya tidak yakin ini, akan bagus salatnya para pejabat di Pemprov, setiap hari salat tapi ada orang miskin di depan matanya tidak bisa dibantu,"pungkasnya.(tribun-timur.com)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @nurhadi5420
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur: