VIDEO: Intip Cover 'Depapepe' Ala Febry Zulhaq, Anggota Batalyon C Pelopor Brimob Bone
Febry Zulhaq Wija Prakasa, anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri), yang tergabung dalam Korps Brigade Mobil (Brimob).
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Suryana Anas
TRIBUNSINJAI.COM, SINJAI UTARA - Febry Zulhaq Wija Prakasa (23) diharap menjadi lelaki kuat.
Doa dan harapan untuk putra kedua pasangan Muh Usdar dan Hj Rusmiati ini, bisa dilihat dari namanya.
Di nama pria berpostur 175 cm itu, terselip kata 'Wija dan Prakasa'.
Baca: PSM Makassar Terpaksa Jadi Tim Musafir Sepanjang Maret-April 2019
Baca: Sepekan Diguyur Hujan, Longsor Putus Akses Jalan Penghubung Antar Desa di Maiwa Enrekang
Baca: Bus Polres Luwu Utara Kecelakaan di Masamba, 11 Orang Masuk Rumah Sakit
'Wija' merupakan bahasa Bugis yang berarti anak atau keturunan.
Sementara 'Prakasa' di ambil dari bahasa Indonesia, dan merupakan bentuk tak baku dari 'Perkasa'.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perkasa berarti kuat dan tangguh serta berani.
Memang begitulah yang nampak dari perawakan Febry.
Punya tinggi badan di atas rata-rata orang Indonesia, badannya berbentuk atau atletis, tegap, merupakan salahsatu kriteria postur yang ideal.
Terlebih, ia merupakan anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri), yang tergabung dalam Korps Brigade Mobil (Brimob).
Febry lulus bintara polisi di tahun 2013. Saat ini ia telah berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu), dan bertugas di Batalyon C Pelopor Brimob Bone.
Pembawaan yang kalem, menjadi ciri khas pria kelahiran Sinjai Februari 1995 itu.
Namun, dibalik kekalemannya, tersimpan bakat yang istimewa.
Kemampuan bermain gitarnya di atas rata-rata.
Ia dapat membawakan ulang instrumen-instrumen apik, seperti dari Depapepe, grup musik asal Jepang.
Tak semua Brimob memiliki kemampuan seperti Febry.
Dan ternyata, kemampuan bermain gitarnya itu telah di asah sejak duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar (SD).
"Saya sudah bermain gitar sejak kelas enam SD," kata pria yang tak tamat S1 Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar itu, Senin (4/3/2019).
Ketertarikannya dengan musik, berlanjut hingga memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA).
Di SMA Negeri 5 Sinjai Utara, Febry membentuk grup band yang dinamakan Fatal Band.
Namun, sesuai dengan namanya, Fatal Band, bernasib buruk. Band ini kandas dan bubar ditengah jalan.
Tak hanya Fatal Band, di bangku SMA, Febri juga pernah tergabung dalam Let's Band.
Meski namanya terkesan optimistis, namun band ini juga harus vakum, setelah seluruh personelnya memiliki kesibukan masing-masing.
Febry tak patah arah, meski telah menjadi polisi, kecintaannya dengan musik masih terus berlanjut.
"Sekarang aktif di perkusi Brimob Bone, dan juga aktif di sanggar. Tidak ada motivasi sebenarnya, just hobby," kata Febry.
Meski tak memiliki penghargaan berarti di bidang musik, namun Febry masih terus berkarya.
Grup perkusi Brimob Bone yang digawanginya, telah banyak tampil menghibur.
Seperti dalam kegiatan-kegiatan internal Batalyon C Pelopor Brimob Bone.
Bahkan, aransemen musik perkusinya sudah masuk dan tayang dalam salahsatu program di TVRI Sulsel.
Dari kisahnya, Febry menyampaikan sisi lain dibalik institusi kepolisian.
Dari hobinya itu, dirinya menunjukkan, bahwa institusi kepolisian tak membatasi bakat dan minat seseorang.
Yang terpenting tugas utama sebagai anggota kepolisian, tak terganggu dari aktivitas itu.
Simak video cover instrumen Depapepe berjudul One, dari Febry Zulhaq. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, @arisandifirki
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur: