Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mamasa Butuh 1131 Guru

Kepala Disdikbud Mamasa, Muh. Syukur mengungkapkan, untuk memenuhi kekurangan guru, tahun 2019 ini, bupati mengangkat

Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Imam Wahyudi
semuel/tribunmamasa.com
Kepala Disdikbud Mamasa, Muh. Syukur 

TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulbar, membutuhkan 1131 tenaga pendidik.

Kekurangan tenaga pendidik, terdiri dari TK/PAUD kekurangan 200 guru, SD 368 guru, dan SMP butuh 563 tenaga pendidik.

Kepala Disdikbud Mamasa, Muh. Syukur mengungkapkan, untuk memenuhi kekurangan guru, tahun 2019 ini, bupati mengangkat sebanyak 200 tenaga guru kontrak.

Namun, kata dia, jika jumlahnya yang diangkat hanya 200 pertahun, maka tidak akan mampu menutupi kekurangan guru di Kabupaten Mamasa.

"Kalau 200 pertahun, maka kita butuh waktu 5-7 tahun ke depan, untuk memenuhi kekurangan itu," ungkap Muh. Syukur saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, di Bambabuntu, Kecamatan Mamasa, Senin (18/2/2019).

Sementara yang dibutuhkan, kata dia, adalah percepatan untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru.

Namun demikian, Disdikbud berupaya melakukan kordinasi dengan pihak pemerintah daerah, terkait langkah yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan guru tersebut.

Disebutkan Muh. Syukur, kendala yang dialami sehingga terjadi kekurangan guru, yaitu karena pemerintah pusat mengeluarkan moratorium.

Sementara menurut dia, hampir setiap tahun ada guru yang pensiun dan tidak ada penggantinya.

"Kendalanya juga karena memang sudah dari dulu Mamasa kekurangan guru," tuturnya.

Selain kekurangan guru, diakui Muh. Syukur, distribusi tenaga pendidik di sekolah-sekolah, juga tidak merata.

Hal itu disebabkan karena guru yang ditempatkan di daerah terpencil, tidak bisa bertahan di tempat tugas yang sudah ditentukan.

"Tidak disangkal bahwa banyak guru tak tahan tinggal di pelosok karena fasilitas kurang memadai, seperti listrik, jaringan komunikasi dan akses jalan," akunya.

Selain itu, diakui juga bahwa pembangunan sarana dan prasaran sekolah di kabupaten Mamasa belum merata.

Kendalanya, menurut Muh Syukur karena pihaknya diperhadapkan dengan sistem aplikasi.

"Kadang ada sekolah yang mesti dibantu, tetapi karena aplikasi yang menjawab itu, maka sekolah itu tidak direhab," ujar dia.

Menurutnya, pendidikan merupakan arena gotong royong, tanpa melibatkan seluruh unsur, maka pendidikan tidak akan maksimal.

"Kami berharap, mulai dari dinas sampai ke guru, agar merubah mindset, tidak boleh bangga di atas kekurangan dan ketimpangan," harapnya.

Laporan Wartawan @rexta_sammy

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved