Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pengguna iOS Kini Bisa Kunci WhatsApp Pakai Pemindai Wajah dan Jari, Begini Caranya

Setelah beredar melalui rumor, fitur biometrik terbaru bagi pengguna WhatsApp akhirnya diluncurkan bagi pengguna, meski masih bersifat beta tester.

Editor: Anita Kusuma Wardana
Tribunnews
ilustrasi WhatsApp (WA) 

TRIBUN-TIMUR.COM-Setelah beredar melalui rumor, fitur biometrik terbaru bagi pengguna WhatsApp akhirnya diluncurkan bagi pengguna, meski masih bersifat beta tester.

Data biometrik pengguna dijamin kerahasiaannya, dengan dienkripsi dan disimpan di sisi perangkat, bukan di server WhatsApp.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna mengunci dan membuka aplikasi WhatsApp dengan wajah atau sidik jari, jika ponsel memiliki fitur Face ID atau Touch ID.

Fitur ini baru hadir di platform WhatsApp untuk iOS.

Nantinya, setelah pengguna memperbarui WhatsApp ke versi terbaru, pengguna iPhone bakal bisa menggunakan fitur Touch ID (iPhone 8 dan ke bawah) atau Face ID (iPhone X, XS, XS Max, XR) untuk mengunci dan membuka WhatsApp.

Bagaimana caranya?

Pertama, pengguna harus mengaktifkan terlebih dahulu fitur ini di menu "Privacy" WhatsApp.

Untuk mengaksesnya, pengguna cukup mengunjungi menu Settings> Account>Privacy.

Pada halaman "Privacy", pilih menu "Screen Lock".

Pada tampilan ini, pengguna bakal disodorkan opsi untuk mengaktifkan fitur Face ID atau Touch ID, berdasarkan fitur yang ada di masing-masing perangkat, seperti yang disebut di atas.

Fitur biometrik WhatsApp versi iOS
Fitur biometrik WhatsApp versi iOS (SoyaCincau, FossBytes)

Setelah itu, aktifkan toggle "Require Face ID" atau "Require Touch ID".

Pengguna juga bisa mengatur jangka waktu bagi WhatsApp untuk mengunci aplikasi secara otomatis. 

Durasi penguncian WhatsApp bisa diatur mulai dari "Immediately", yang artinya bakal terkunci saat pengguna meninggalkan aplikasi WhatsApp, hingga waktu 1 jam.

Setelah WhatsApp terkunci pada waktu yang telah ditentukan, pengguna diharuskan melakukan pemindaian Face ID atau Touch ID untuk membukanya kembali.

Jika pengguna tak bisa membuka aplikasi WhatsApp melalui Face ID atau Touch ID (pemindaian gagal), pengguna WhatsApp diharuskan memasukkan passcode iPhone mereka.

Jika sedang tak ingin membuka WhatsApp, pengguna pun bisa membalas pesan dan menjawab telepon WhatsApp dari notifikasi di "Lock Screen", meskipun terlindungi teknologi biometrik ini.

Ingin menikmati fitur biometrik ini? Pengguna dengan perangkat iOS bisa memperbarui WhatsApp ke versi 2.19.20.19 melalui App Store.

Meski sudah meluncur di platform iOS, fitur biometrik serupa (fingerprint) untuk WhatsApp versi Android dikabarkan sedang dalam pengembangan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari PhoneArena, Senin (4/2/2019).

WhatsApp Lebih Populer dari Facebook

Sejak dirilis pada 2004, Facebook menjadi jejaring sosial paling populer selama bertahun-tahun.

Tapi, popularitas itu akhirnya digeser oleh anak perusahaannya, WhatsApp.

Firma riset App Annie mencatat, pada akhir September 2018 lalu jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) WhatsApp sudah melampaui Facebook.

Dalam 24 bulan terhitung mulai Januari 2017, pertumbuhan pengguna WhatsApp mencapai 30 persen, sementara Facebook hanya 20 persen.

App Annie tidak menyebut angka spesifik berapa jumlah pengguna aktif bulanan kedua aplikasi, namun pada Januari 2018 lalu, CEO Facebook Mark Zuckerberg pernah mengklaim bahwa pengguna aktif bulanan WhatsApp tercatat hampir 1,5 miliar.

Viral, broadcast ulang tahun WhatsApp berhadiah kuota 35 GB.
Viral, broadcast ulang tahun WhatsApp berhadiah kuota 35 GB. (BUSINESS TODAY)

Dilansir KompasTekno dari The Next Web, Jumat (18/1/2019), rata-rata pengguna WhatsApp berasal dari penduduk negara berkembang

Paling besar adalah India, diikuti Brasil, Meksiko, Turki, Indonesia, Malaysia, dan Rusia.

Namun, tidak disebutkan jumlah pengguna WhatsApp di masing-masing negara.

Meskipun banyak kontroversi penggunaan WhatsApp di India dan Brasil karena dituduh menjadi biang keladi tersebarnya hoaks, hal itu tak menyurutkan pertumbuhan WhatsApp di negara tersebut.

Menanggapi keributan peredaran hoaks, WhatsApp pun merilis beberapa fitur untuk meminimalisir.

Salah satunya membatasi jumlah pesan diteruskan (forward) per hari yang kini maksimlal hanya bisa mengirim ke lima kontak sekaligus, dari semula 250 kontak.

Khusus di India, WhatsApp juga mencopot tombol pintas "shortcut forward" yang biasanya ada di samping konten media.

Kembali ke popularitas WhatsApp yang ternyata tak hanya di negara berkembang saja.

Menurut App Annie, WhatsApp juga menjadi menjadi aplikasi media sosial terpopuler di negara maju, seperti Inggris dan Kanada yang terkenal ketat dalam urusan aturan privasi.

Salah satu alasan mengapa WhatsApp populer di kedua negara tersebut adalah karena kemudahan dan sistem enkripsi end-to-end yang ditawarkan.

 Sementara di negara berkembang, kesuksesan WhatsApp diperoleh karena menawarkan layanan gratis sehingga menggantikan peran kirim pesan konvensional melalui SMS.

"Walaupun proposisi nilai mereka diperluas, penawaran intinya telah membuahkan kesuksesan di pasar negara berkembang karena biaya penggunaan perangkat seluler relatif masih lebih tinggi dibanding pendapatan rata-rata," tulis App Annie.

Di balik kesuksesannya, WhatsApp menyimpan beberapa masalah besar.

Selain dituduh menjadi penyebab penyebaran hoaks, sejak tahun 2017 lalu dua pendiri WhatsApp, yakni Jan Koum dan Brian Acton, angkat kaki dari perusahaan yang dirintisnya.

Hengkangnya dua pendiri itu disebut karena perbedaan visi dengan sang bos besar Facebook, Mark Zuckerberg. Setelah keduanya pergi, banyak beredar rumor bahwa WhatsApp kemungkinan akan diselipi iklan melalui fitur WhatsApp Status.

Subscribe untuk Lebih dekat dengan tribun-timur.com di Youtube:

Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WhatsApp Kini Bisa Dikunci Pakai Wajah dan Sidik Jari", . 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved