Wawancara Eksklusif Liliyana Natsir usai Gantung Raket, Ungkap Momen Terpuruk Selama Jadi Atlet
Liliyana Natsir kariernya sebagai atlet bulutangkis secara manis kalau saja dirinya dan Tontowi Ahmad tampil konsisten saat menghadapi pasangan China
Ya itu waktu kejuaraan dunia 2015 di Indonesia. Karena saya menghadapi Zhang Nan-Zhao Yunlei, musuh bebuyutan, di set kedua 20‑18 dan saya kalah. Itu kesempatan kami sia‑siakan.
Ya memang kami tidak mau kalah, cuma momen itu kan tinggal satu poin lagi, masak tidak bisa. Apalagi Indonesia tuan rumah dan suporter sudah luar biasa mendukung kami.
Bisa dijelaskan bagaimana perasaan Anda waktu itu?
Saat di podium sudah menahan tangis, yang juara kan Zhang Nan-Zhao Yunlei. Harusnya saya yang berada di tempat itu (juara pertama). Tapi namanya atlet akan mengalami masa menang dan kalah. Itulah bagian dari hidup seorang atlet.

Momen paling membahagiakan kamu dengan Tontowi apa saja?
Ya juara olimpiade karena itu full stress, tegang, beban, apalagi di semifinal tinggal kami berdua. Jadi ibaratnya muka prestasi olahraga di tangan kami. Jadi momen itu yang tidak bisa dilupakan. Itu yang paling krusial dan stres saat Olimpiade itu.
Tontowi sepertinya kesulitan cari pendamping yang pas. Bagaimana pendapat Anda?
Mungkin karena sudah lama banget saya berpartner dengan dia, jadi ibaratnya sudah bukan ketergantungan sih, tapi lebih seperti kebiasaan terhadap cara main saya. Nah, pada saat dia mencoba dengan orang (pemain) baru tentu butuh proses.
Apalagi jadi leader itu menurut saya tidak mudah, butuh sabar, mental, semuanya lah. Itu yang juga Tontowi harus punya dan kerja keras. Ia yang harus lebih dominan.

Lalu Menurut Anda siapa pasangan yang pantas buat Tontowi?
Itu yang saya bingung karena belum dapat yang pas. Kalau saya harap Tontowi membimbing pemain muda untuk menjadi leader.
Harus siap capek, sabar, dan mengayomi. Karena kami yang di lapangan, ketika partner sedang tegang kami harus bisa mencairkan di lapangan.
Partner lagi bingung juga kami harus support terus, padahal di saat itu belum tentu kondisi kami lagi enak mainnya. Tapi kami harus kontrol diri sendiri dan partner juga. Saya rasa pengalaman Tontowi dan prestasinya, harusnya Tantowi bisa.
Di momen‑momen terakhir ini apa yang ingin kamu sampaikan kepada suporter Indonesia?
Saya ucapkan terima kasih untuk support buat Tontowi-Liliyana, Istora selalu menggema. Walaupun sempat turun kemudian naik lagi, mereka tetap mendukung. Suporter Indonesia sudah luar biasa mendukung atlet, baik saat kalah atau menang. Kalau nyinyir sudah biasa lah, tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.