Diteror Pakai Bom Molotov, Wakil Laode Muhammad Syarif Tulis Sumpah Bugis & Muna, Ini Artinya
Dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK diteror di rumahnya. Keduanya adalah Ketua KPK, Agus Raharjo
Lalu, jika sumpah dalam bahasa Muna tersebut diterjemahkan pula, kira-kira begini terjemahannya, "Buruk perbuatanya. Jelek niatnya dapat karma buruk. Meninggal bercampur dengan abu kapur dan abu api."
Sementara "Lillahi Taala Bismillah" terjemahannya adalah "Karena Allah Ta'ala, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang."
Sumpah dalam bahasa Bugis di atas merupakan sumpah yang kerap dipegang para pelaut saat berlayar mengarungi samudra.
Laode Muhammad Syarif lahir dan dibesarkan orangtua yang merupakan bangsawan Muna, suku di Sulawesi Tenggara.
Laode atau La Ode adalah gelar bangsawan untuk laki-laki.
Belum diketahui, apakah sumpah itu ditulis Laode Muhammad Syarif terkait dengan teror terhadap dirinya atau bukan.
Tetap Berkantor
Kendati ada teror, pimpinan KPK ternyata tetap bekerja seperti biasa.
"Jadi 5 pimpinan hari ini hadir di kantor dan melaksanakan tugas masing-masing. Kami juga melaksanakan tugas penindakan dan pencegahan seperti yang dilaksanakan setiap harinya sesuai dengan jadwal dan perencanaan yang dilakukan," ujar Febri Diansyah.
Hal yang berbeda, kata Febri Diansyah, adanya koordinasi yang dilakukan pihak KPK dengan Polri terkait teror tersebut.
Baca: Bandingkan Selera Air Minum Presiden Jokowi dan SBY, Anak Ustadz Arifin Ilham Terpaksa Berkomentar
Ia melanjutkan, pimpinan dan tim yang ditugaskan juga sudah ke lokasi untuk melakukan koordinasi tersebut.
"Kami juga sudah dapat perkembangan dari Polri terkait perkembangan awal, misalnya langsung ditugaskan tim ke lokasi, ke rumah ketua KPK juga wakil ketua KPK. Tim itu terdiri dari unsur Mabes Polri dan Polda Metro Jaya dan melibatkan personel dari Densus," katanya.
ICW: Bukti KPK Bekerja
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz menilai teror bom molotov tersebut bukti bahwa lembaga antirasuah itu bekerja.
Donal Fariz mengatakan adanya teror karena ada sesuatu yang terancam.