Sarang Ular di Banten Diterjang Tsunami, Ular-ular Gigit Belasan Warga, Begini Keadaan Mereka Kini
Namun belum juga kering air mata korban dan warga terdampak Tsunami Banten, kini warga Pandeglang diresahkan dengan kemunculan ular.
Sarang Ular di Banten Diterjang Tsunami, Ular-ular itu Gigit Belasan Warga, Begini Keadaan Mereka Kini
TRIBUN-TIMUR.COM - Tsunami Banten yang menerjang kawasan pesisir pantai Anyer, Provinsi Banten, hingga Lampung pada Sabtu (22/12/2018) lalu masih menyisakan duka bagi para korban.
Namun belum juga kering air mata korban dan warga terdampak Tsunami Banten, kini warga Pandeglang diresahkan dengan kemunculan ular.
Keberadaan ular mengancam jiwa warga Pandeglang yang menjadi korban kedahsyatan gelombang Tsunami Banten yang menghancurkan tempat tinggal mereka.
Baca: Daftar Kenakalan Brigpol Dewi, Kirim Foto Bugil ke Pacar hingga Selingkuh di Parkiran Mini Market
Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari Kompas.com.
Kasus gigitan ular muncul pasca- tsunami Selat Sunda yang terjadi di beberapa wilayah pengungsian yang ada di Banten dan Lampung.
Berdasarkan informasi dari situs resmi Kemenkes, tercatat ada 14 kasus gigitan ular dari 22-31 Desember 2018 di Pandeglang, Banten.
Baca: Peringatan Penting BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Capai 4 Meter di Wilayah ini, Cek Daerahmu!
Dokter spesialis emergency, dr Trimaharani, menyampaikan bahwa kasus tersebut ditemukan di beberapa layanan fasilitas kesehatan.
"Kasus di Puskesmas Munjul ada tiga, di Puskesmas Labuhan dua kasus, Puskesmas Panimbang satu, di Puskesmas lain tiga, Rumah Sakit Berkah satu, dan Puskesmas Cibitung empat. Jadi total 14 kasus," kata dr Tri dalam keterangan tertulis, Rabu (2/1/2019).

Tri mengatakan, kondisi korban membaik dan hanya butuh observasi dan penatalaksanaan yang ketat dan tepat.
Ia bersama dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah melakukan pelatihan penatalaksanaan korban gigitan ular kepada tenaga kesehatan di pengungsian, seperti Dinas Kesehatan Pandeglang, Rumah Sakit Berkah, dan Rumah Sakit Umum Daerah dr Dradjat Prawiranegara, Serang.
Baca: Brigpol Dewi Tak Bisa Mengelak Saat Propam Polda Temukan Video ini di Ponselnya, Durasi 11 Menit
Disebutkan, ancaman gigitan ular setelah terjadi bencana diduga terjadi karena habitat yang terganggu.
Tri menambahkan, hasil riset selama enam tahun yang dilakukannya, menunjukkan bahwa setiap bencana ada ancaman gigitan ular.
"Setiap disaster (bencana) ada risiko snakebite, misal banjir di Sampang, gempa di Lombok, erupsi Gunung Raung, erupsi Gunung Merapi, erupsi Gunung Agung, dan sebagainya," ujar dia.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Achmad Yurianto memberikan imbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati ketika membersihkan lingkungan sekitar.
"Kalau mulai bersih-bersih pada awalnya jangan menggunakan tangan langsung, gunakan kayu dahulu pastikan tidak ada ular, baru pakai tangan. Karena tsunami, sarang ular terusik dan menyebar, berpindah tempat ke tumpukan sampah atau puing," kata Achmad.
Sebagai catatan, apabila tergigit ular, korban harus tenang dan istirahat, memasang bidai dan mengurangi pergerakan, serta membawa ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit.

Selain itu, jangan membawa ke dukun, jangan dihisap atau disedot, jangan ditoreh atau dikeluarkan darahnya, jangan dipijat, jangan diikat, serta jangan menggunakan obat herbal.
Baca: Cecilia Ngaku Ketakutan Lihat Indonesia 2019, ini Hukum Percayai Anak Indigo Kata Ustadz Abdul Somad
Sementara itu, dikutip dari Tribunnews, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya harus segera memulangkan lebih dari 10.000 pengungsi di Kabupaten Pandeglang, Banten, pasca-tsunami terjadi di Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).
Jumlah korban jiwa terhitung fantastis karena mencapai 437 nyawa melayang, puluhan ribu rumah rusak, belum terhitung sejumlah kendaraan roda empat hancur, dan sebagainya.
Menurut Sutopo, dari sejumlah 20.726 pengungsi, sekitar 10.000 orang mengungsi karena rumahnya rusak.
Baca Juga : Kisah Atthaporn Boonmakchuay, Pria yang Tetap Selamat Meski Kemaluannya Digigit Ular Piton Saat Sedang Asyik BAB
Sisanya, ada sekitar 10.726 orang yang mengungsi akibat trauma.
"Pengungsi yang trauma, bukan rumah rusak tadi, diharapkan akan dikembalikan ke rumahnya. Sementara pengungsi yang rumah rusak berat akan dibangunkan hunian sementara," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (31/12/2018).

Pemulangan pengungsi ke rumah masing-masing harus segera dilakukan lantaran sekolah-sekolah yang dijadikan tempat pengungsian akan segera digunakan kembali untuk aktivitas belajar mengajar.
Menurut Sutopo, kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2018-2019 akan dimulai 7 Januari 2019. Selain itu, saat ini aktivitas gunung anak krakatau sudah menurun.
Sehingga, kemungkinan kondisi di sekitar wilayah terdampak tsunami sudah aman.
Baca: Usai Rocky Gerung, Kini Giliran Deddy Corbuzier Diajak Masuk Islam, ini 7 Fakta Tentang Yudi Pramuko
"Kondisi aktivitas Gunung Anak Krakatau menurun, volume (erupsi)-nya berkurang, sehingga pengungsi, masyarakat yang trauma tadi dapat kembali ke rumahnya," ujar Sutopo.(*)
Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com
Baca: Cecilia Ngaku Ketakutan Lihat Indonesia 2019, ini Hukum Percayai Anak Indigo Kata Ustadz Abdul Somad
Baca: Usai Rocky Gerung, Kini Giliran Deddy Corbuzier Diajak Masuk Islam, ini 7 Fakta Tentang Yudi Pramuko
Baca: Hotman Paris Gebrak Meja di Depan Chikita Meidy: Baru Kali ini Ada Tamu Menghina Hotman Paris