Wawancara dengan Rektor Unismuh, Niat Jadi Pengusaha Besar Kini Jadi Guru Besar! Begini Kisahnya
Menjadi profesor pertama dari yayasan Unismuh tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mantan Wakil Rektor Unismuh ini.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Arif Fuddin Usman
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Dr Abd Rahman Rahim SE MM, akan dikukuhkan sebagai guru besar.
Rahman Rahim menjadi profesor pertama yayasan di Unismuh, berdasarkan surat yang ditandatangani Menristekdikti, Mohammad Natsir tertanggal 20 Desember 2018.
SK bernomor 60028/A2.3/KP/2018 mulai berlaku sejak 1 Desember 2018. Rahman Rahim jadi Profesor dalam bidang Ilmu ekonomi dan bisnis dengan angka kredit sebesar 869.
Baca: Rahman Rahim Jadi Profesor Pertama di Jajaran Dosen Yayasan Unismuh Makassar
Baca: Rektor Unismuh Rahman Rahim Doakan Korban Meninggal Akibat Tsunami Selat Sunda Husnul Khatimah
Menjadi profesor pertama dari yayasan Unismuh tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mantan Wakil Rektor Unismuh ini.
Dedikasinya selama puluhan tahun di Unismuh kini berujung pada gelar guru besar. Ia pun kini tengah mempersiapkan dengan matang pengukuhannya, sembari mempersiapkan rencana ke depannya sat telah bergelar profesor.

Rahman Rahim mengajak sejumlah pejabat dan koleganya makan malam di restoran Madam Rich, Jl Hasanuddin, Rabu (2/12/2018) malam.
Sambil santap makanan, Rahman membicarakan persiapan pengukuhannya yang rencananya akan digelar bulan ini. Berikut wawancara reporter Tribun Timur, Fahrizal Syam.
1. Kapan Anda rencana dikukuhkan sebagai guru besar Unismuh?
Saya usahakan bulan ini, tapi belum ada tanggal. Kita masih penyesuaian, termasuk mempersiapkan undangan. Kita akan mengundang sivitas dan guru besar perguruan tinggi baik swasta maupun negeri.
Guru besar yang diundang, saya harap nanti semua memakai toga guru besarnya masing-masing agar banyak toga dalam upacara pengukuhan itu. Itu juga menandakan guru besar berasal dari berbagai institusi.
2. Anda jadi guru besar pertama yayasan di Unismuh, bagaimana perasaan Anda?
Kita bersyukur atas anugerah ini, karena saya jadi yang pertama. Ini menunjukkan bahwa Unismuh sudah bisa melahirkan guru besar. Selain saya, beberapa alumni Unismuh dan dosen sejak awal juga sudah mempersiapkan menjadi guru besar. Semoga ada yang menyusul.
3. Apa judul pidato dan yang akan Anda bahas saat pengukuhan nanti?
Saat ini masih disusun, tapi isinya lebih ke arah keadilan, kesejahteran dan kinerja. Keadilan dilihat dari distribusi pendapatan, apakah bisa meningkatkan kesejahteraan dan apakah berpengaruh ke kinerja khususnya di perguruan tinggi swasta di Sulsel, itu pengembangan disertasi saya waktu S3 di Universitas Airlangga.
4. Apa saja yang Anda siapkan untuk momen penting pengukuhan guru besar Anda?
Yang terpenting adalah pidato pengukuhan itu tadi. Semua harus dipersiapkan dengan baik. Selain itu, saya juga meminta kerabat-kerabat dan kolega saya agar bersedia hadir di acara ini.
5. Apa makna dan konsekuensi menyandang guru besar bagi Anda?
Guru besar adalah jabatan fungsional tertinggi dosen, maka untuk itu kita sudah capai, tapi dalam hal pengembangan dan sharing ilmu pengetahuan itu tak terbatas. Sepanjang kita mampu, itu harus terus dilakukan, kita bagi ilmu ke lainnya agar ilmu pengetahuan berkembang, baik teori maupun aplikasi.
7. Apa saja yang akan dilakukan setelah resmi dikukuhkannya sebagai guru besar?
Guru besar tak selesai sampai pada pengukuhan, tapi justru tantangan lebih berat menanti, pemikiran lebih bagus, dan berterima di masyarakat harus selalu dilahirkan, selalu up to date.
8. Setelah meraih gelar guru besar, apalagi impian yang ingin anda capai?
Saya ingin peningkatan kapasitas keilmuan. Profesor bukan berarti selesai segalanya. Justru dengan jabatan dan gelar itu, kapasitas keilmuan harus ditingkatkan lagi melalui riset, pembimbingan ke mahasiswa dan dosen.
Bagaimana kita bisa membantu dan memberikan pemikiran agar lebih mampu mengembangkan bisnis atau melahirkan enterpreneur baru, sehingga kebutuhan negara untuk jadi maju dari segi bisnis bisa tercapai.
9. Bagaimana mengaplikasikannya di Unismuh?
Dalam beberapa bulan ke depan kami akan pendampingan dosen yang berpotensi menjadi guru besar. Begitupun yang akan naik pangkat jadi lektor kepala. Ini by design, kita tak mau biarkan dosen mengurus sendiri, secara kelembagaan kita akan bantu.
Target capaian kita dua tahun ke depan akan bertambah 10 orang lagi jadi guru besar. Sekarang sudah ada posisi 6 guru besar. Lektor kepala saat ini 97 orang, kita harap penambahan 20 orang lagi juga dalam dua tahun.
10. Waktu masih kecil, sebenarnya apa cita-cita Anda? Apa pernah terpikir jadi rektor dan profesor?
Saat waktu sekolah SD sampai kuliah, saya berharap dengan ilmu ekonomi saya bisa jadi pengusaha besar, seperti pengusaha yang sukses dan berhasil membangun bisnis. Tapi ketika kuliah saya jadi aktivis mengurus lembaga kemahasiswaan, banyak bergaul dengan dosen hingga dekan, sehingga dekan saya waktu itu almarhum Asis Sangkala meminta saya jadi asisten.
Berangkat dari situ ternyata saya merasa jadi dosen itu nikmat, hingga akhirnya diangkat jadi dosen. Saya larut dalam dunia perguruan tinggi, apalagi waktu itu langsung diberi jabatan struktural sebagai wakil dekan, dekan FE, hingga wakil rektor.
11. Bagaimana dengan cita-cita pengusaha Anda?
Keinginan itu masih tetap ada. Saat ini saya berbisnis dengan menjalankan dua bisnis, agen LPG dan pabrik air minum dalam kemasan. Tapi perlahan saya sudah serahkan ke anak-anak saya, sebagai bekal mereka kelak.
12. Bagaimana masa kecil Anda? Di mana menghabiskan waktu semasa kecil? Apa ada kenangan yang selalu teringat?
Saya besar di Sengkang, tepatnya Desa Kampiri. Saya anak seorang guru, bapak dan ibu saya adalah guru, sehingga keseharian saya melihat orangtua beraktivitas menghadapi murid, baik di sekolah maupun rumah.
Murid datang belajar ke orangtua saya, dan saya lihat ini hal menarik buat saya. Dunia anak-anak tentu banyak kenangan, kita tak terlepas ketika kita melakukan hal menyenangkan bersama teman seperti main bola, kelereng, berenang di sungai, dan lain-lain.
13. Bagaimana orangtua Anda mendidik saat kecil?
Dua orangtua saya mendidik selain cara formal, juga memberi banyak contoh ke saya, baik dalam belajar maupun karakter perilaku. Bagaimana menghadapi orang, itu selalu dicontohkan sehingga kita selalu meniru itu. Orangtua selalu memotivasi saya.
14. Apa pesan atau ucapan orangtuanya yang paling Anda ingat atau susah dilupakan?
Saya ingat betul motivasi orangtua saya untuk selalu mandiri, tidak ada gratis bagi anak, semua harus berjerih payah meski sederhana. Misalnya kalau mau Lebaran, kebiasaan beli baju, orangtua tak akan langsung belikan tapi harus ada tugas dulu, misalnya mengecet rumah.
Sederhana memang, tapi ada perjuangan untuk mendapatkan, itu yang luar biasa. Kadang ada anak minta dibelikan sepatu di orangtua, tapi apa dulu yang Anda kerja?
15. Apa Anda juga pakai prinsip itu sekarang?
Nah, ini saya coba terapkan di tempat bekerja. Saya ajarkan ke mahasiswa untuk jangan selalu mau dapat sesuatu dengan gratis dalam keinginannya. Begitupun dengan dosen dan karyawan. Jadi sekarang itu ada anggaran berbasis kinerja. Kerjanya apa, dapatnya apa?
16. Bagaimana suka duka saat mahasiswa?
Waktu mahasiswa, saya aktif berorganisasi mengurus organisasi, kemudian merealisasikan program kerja yang disusun, lebih banyak rapat sidang, sehingga aktifitas di luar misalnya demo nyaris tak saya lakukan.
Yang saya ingat isu nasional atau kepentingan masyarakat luas, itu baru kami turun, tapi itu juga tak kami lakukan dengan melanggar hak orang seperti sekarang misalnya bakar ban atau paling parah sampai anarkis.
17. Siapa tokoh atau sosok yang Anda anggap sangat berjasa membentuknya hingga menjadi seperti saat ini?
Kita dididik oleh dosen dan selalu mau mencontoh sosok mereka. Yang saya ingat itu dekan saya waktu kuliah, almarhum Asis. Dia menginspirasi dan banyak membawa saya ke sini. Menugaskan sebagai asisten di Unismuh, UMI, 45 (sekarang Unibos), itu semua yang akhirnya membentuk saya.
Selain itu panutan saya Kyai Haji Jamaluddin Amin. Beliau santun sederhana dan banyak mengayomi. Dalam hal karakter saya mengagumi beliau.
Selain itu, tentu rektor-rektor terdahulu yang memang kami banyak bersama di Unismuh. Termasuk Prof Irwan (Akib) yang sepuluh tahun saya dampingi. Saya banyak belajar dari mereka.
18. Sudah berapa judul buku yang anda hasilkan, dan adakah target hasilkan buku tahun ini?
Ada 9 buku literatur mata kuliah yang telah saya tulis, selain itu ada jurnal, baik artikel terpublikasi di internasional maupun nasional, itu sudah ada tujuh. Tentu kita harus menerbitkan buku lagi nantinya, ada juga artikel sementera proses untuk diterbitkan di jurnal internasional.
19. Apa pesan Anda untuk generasi muda saat ini?
Pertama, mahasiswa harus paham kuliah untuk apa, apa yang ingin dicapai. Sarjana, setelah itu, kemampuan apa yang anda miliki, apa soft skill atau keterampilan anda, sehingga bisa melampaui sarjana lainnya.
Kedua, leadership. Apakah mahasiswa memanfaatkan waktu untuk berlatih jadi pemimpin. Setelah sarjana, Anda akan terjun ke masyarakat dan masyarakat butuh sosok pemimpin. Di dunia kerja pun, sangat membutuhkan pemimpin. Artinya masa mahasiswa inilah tempat latihan kepemimpinan.
Ketiga karakter, ahlak, perilaku sangat penting. Kalaupun kita punya soft skill, tapi tak ditunjang akhlak dan karakter yang baik, sulit diterima masyarakat. Ini harus jadi pegangan generasi muda khususnya mahasiswa. (*)
Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube kami:
Follow juga akun instagram official kami: