Cerita Imran Sebelum Tangannya Putus Ditebas Begal Makassar
Imran mengaku, selama ini hanya aktif di lembaga jurusannya, Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) Politeknik Akademi Teknik Iindustri Makassar.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Imran (20) korban begal sadis di Jl Datu Ribandang, Makassar, meyakini, peristiwa yang ia alami murni kasus pencurian dengan kekerasan atau begal.
Hal itu diyakini Imran, lantaran dirinya menganggap tidak pernah bermasalah atau cekcok dengan orang lain.
"Perasaan tidak adaji masalahku selama ini. Saya selama ini cuma aktif di lembaga himpunanku (Himpunan Mahasiswa Mesin), itu pun hanya diskusi-diskusi di kampus atau di kosnya teman," kata Imran ditemui awak TribunTimur.com, di RS Awal Bros, Makassar, Rabu (28/11/2018) sore.
Imran mengaku, selama ini hanya aktif di lembaga jurusannya, Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) Politeknik Akademi Teknik Iindustri Makassar.
"Saya cuma anggotaji juga di himpunanku (HMM). Kegiatannya juga cuman diskusi kalau tidak di kampus di kosnya teman yang di sekitar kampus juga," ujarnya.
Sebagai seorang mahasiswa, Imran mengaku terbiasa keluar malam untuk berkunjung ke rumah atau kos temannya. Namun, rumah atau kos yang ia kunjungi tidak jauh dari sekitar kampus ATIM, tempat Imran menimbah ilmu.
"Biasaja memang keluar malam, tapi baru-baru itu malam sendirika keluar. Biasanya ada temanku ku bonceng tapi tidak tahu itu malam kenapa bilang sendirima keluar, padahal adaji temanku yang mau kubonceng," ujarnya.
Sebelum Imran dibegal, ia berencana menginap di rumah rekannya Hairul, di Jl Datu Ribandang, tepat lokasi Imran ditebas pelaku begal. "Itu malam saya dari kampus, terus ke rumahnya ma temanku (Hairu) karena memang rencanaka menginap disana karena kupikir dekat dengan kampus," kata Imran.
Akibat peristiwa sadis itu, Imran pun terpaksa absen dari aktifitas perkuliahannya beberapa hari ini lantaran masih harus menjalani perawatan di rumah sakit.
"Banyakmi yang datang jenguk, ada dari Pemda Enrekang, teman dari Enrekang, teman-teman kampus, dari ketua Jurusan juga sudah bilang nanti saya sembuh baru masuk kampus, sudah diberi izin untuk pemulihan," terang Imran.
Selama ini, Imran tinggal di rumah bibinya, Subaedah (42) di Jl Abubakar Lambogo, Makassar.
Imran anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan, Pato' dan Dawati.
Imran kuliah di Politeknik Akademi Teknologi Industri Makassar 2017 lalu. Ia saat ini duduk di bangku kuliah semester tiga jurusan Teknin Mesin.
Biaya kuliah Imran ditanggung kedua orang tuanya yang mengandalkan hasil perkebunan cengkeh dan kopi di dusun Ao, Desa Kendena, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.