Hari Guru
Suka Duka Guru Mengajar di Kaki Gunung Latimojong Enrekang
Muspin yang merupakan guru penjaskes di sekolah yang terletak di kaki Gunung Latimojong tersebut mengaku masih banyak keterbatasan sarana
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Nurul Adha Islamiah
Laporan Wartawan TribunEnrekang.com Muh Azis Albar
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG- Tanggal 25 November kemarin setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Hari guru adalah hari untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru dalam dunia pendidikan.
Meski perayaan hari guru diperingati secara rutin tiap tahunnya, namun hal itu tak dibarengi dengan kesejahteraan dan pemerataan fasilitas pendidikan.
Baca: Pertama Kali, Sidrap Punya Pengurus Federasi Airsoft
Baca: Nelayan Mamuju Gelar Pesta Nelayan di Pelabuhan TPI Kasiwa
Baca: Bupati Polman Perintahkan Inspektorat Audit Kades yang Tidak Punya Inovasi
Seperti yang dirasakan oleh salah satu guru di SMP Satap 5 Baraka, Dusun Rante Lemo, Desa Latimojong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten, Muspin (32).
Muspin yang merupakan guru penjaskes di sekolah yang terletak di kaki Gunung Latimojong tersebut mengaku masih banyak keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah.
Menurutnya ada banyak suka dan duka yang harus Ia jalani dalam berupaya menunaikan tugas mencerdaskan anak bangsa di sekolahnya tersebut.
Mulai dari akses jalan yang buruk hingga fasilitas belahar di sekolah dan ruangan yang tak mencukupi.
Ia bahkan harus menempuh perjalanan sekitar dua jam tiap harinya dari tempat tinggalnya menuju sekolah tempatnya mengajar.
Padahal, jarak dari kediamananya di Kota Kecamatan Baraka ke Desa Latimojong hanya berjarak 21 Km.
Bahkan, saat hujan turun akses jalan sulit dilalui lantaran berlumpur sehingga membuatnya bersama beberapa guru lainnya kadang harus menginap di sekolah.
"Akses jalan menuju sekolah sangat sulit, untuk perjalanan saya ke sekolah waktu tempuhnya sekitar dua jam dengan jarak hanya 21 Km, jadi untuk pulang pergi tiap harinya sekitar empat jam per hari," kata Muspin kepada TribunEnrekang.com, Senin (26/11/2018).
Tak hanya akses jalan, Muspin yang telah mengabdi selama sembilan tahun sejak 2009 hingga saat ini di sekolah tersebut mengatakan fasilitas dan ketersediaan guru juga masih minim.
Banyangkan saja, jumlah guru hanya ada 15 orang dengan jumlah siswanya ada 161 orang.
Itu pun dari 15 pengajar hanya ada empat orang yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) sementara 11 pengajar lainnya adalah honorer.
Dengan jumlah pengajar yang minim, harus membuat beberapa guru merangkap dalam mengajar seperti guru bahasa inggris merangkap pula menjadi guru BK atau guru Penjaskes merangkap guru Bahasa Indonesia.
"Tak hanya itu, jumlah ruangan juga cukup minim, di sana hanya ada tujuh ruangan, enam ruangan untuk tempat belajar mengajar dan satu ruangan jadi multifungsi mulai dari kantor, konseling, dan lainnya," ujar pria kelahiran Luwu, 18 Januari 1985 ini.
Sementara, lanjut Muspin fasilitas seperti laboratorium Mipa dan Komputer dan perpustakaan tidak ada di sekolahnya.
Bahkan, hanya ada dua komputer yang dimiliki oleh sekolahnya padahal tahun depan ada rencananya bakal ada wacana bakal dilakukan UNBK secara merata.
Olehnya itu, Ia berharap adanya perbaikan dan peningkatan fasilitas untuk sekolah tempatnya mengajar agar juga bisa bersaing dengan sekolah-sekolah yang ada di kota.
"Yang paling diminta juga adalah dengan adanya penerimaan CPNS 2018 adalah penambahan guru Mapel matematika dan IPA terpadu, sebab saat ini hanya honorer yang mengajar dan kurang maksimal apalagi mata pelajaran itu di Ujian Nasionalkan," tuturnya.
Data Diri
Nama: Muspin (32)
Ttl: Luwu, 18 Januari 1985
Fb: MParsifa pitriani