Kepala Basarnas Menangis di Depan Keluarga Korban Lion Air JT610: Kami Bukan Manusia Super
Saat menyampaikan keluh kesah tersebut, beberapa anggota keluarga korban Lion Air JT610 terlihat ada yang menangis.
Kepala Basarnas Menangis di Depan Keluarga Korban Lion Air JT610: Kami Bukan Manusia Super
TRIBUN-TIMUR.COM - Keluarga korban jatuhnya Lion Air JT610 mengungkapkan curahan hatinya di depan para petinggi yakni Basarnas, TNI, Kementerian Perhubungan, KNKT dan DVI Polri.
Keluh kesah itu disampaikan oleh keluarga korban dalam tajuk kegiatan konferensi pers proses evakuasi Lion Air JT610.
Para keluarga korban Lion Air JT610 itu pun memberikan masukan serta saran perihal tindakan yang harus dilakukan petinggi.
Saat menyampaikan keluh kesah tersebut, beberapa anggota keluarga korban Lion Air JT610 terlihat ada yang menangis.
Hal tersebut seolah menjadi ungkapan kesedihan mereka lantaran masih belum menemukan jasad sang keluarga usai tragedi Lion Air JT610.
Usai mendengarkan curhatan dan masukan para keluarga korban, para petinggi pun memberikan tanggapannya.
Salah satu yang menarik perhatian kelaurga korban adalah tanggapan dari Kepala Basarnas, Marsekal Madya M Syaugi.
Di tengah-tengah memberikan tanggapannya, M Syaugi terlihat tak kuasa menahan tangis.
Hal itu tampak saat kepala Basarnas itu menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak keluarga yang selalu memberikan perhatian untuk timnya.
"Terima kasih kepada bapak ibu sekalian yang begitu perhatian dengan kami, khususnya dari Tim SAR gabungan," ujar M Syaugi dilansir dari tayangan Kompas TV, Senin (5/11/2018).
Lebih lanjut, kepala Basarnas itu pun mengakui bahwa timnya bukanlah tim yang sempurna.
Meski begitu, M Syaugi meyakini keluarga korban bahwa ia dan timnya akan berusaha sekuat tenaga.
"Kami memahami, bahwa kami bukan manusia super, bukan manusia yang sempurna. Kami tetap berusaha sekuat tenaga. Dengan apa yang kami miliki. Kami yakin bisa mengevakuasi seluruh korban," sambungnya.
Belum selesai mengucapkan pernyataannya, mata M Syaugi tampak berkaca-kaca.
Nada suaranya yang tadi stabil berubah menjadi terisak.
Kepala Basarnas itu tampak tak kuasa menahan tangis.
Alhasil, air mata M Syaugi pun terlihat jatuh.

Ia lantas mengelapnya dan kembali diam untuk menenangkan dirinya sendiri.
Usai diam beberapa detik, M Syaugi pun kembali melanjutkan pembicaraannya.
Ia lantas meminta maaf kepada keluarga korban Lion Air JT610 yang duduk di hadapannya.
"Mohon maaf. Bapak ibu setiap hari melihat. Saya di lapangan melihat di laut. Saya serius untuk melakukan pencarian ini. Saya tidak menyerah. Mudah-mudahan dengan waktu yang ada ini, kami tetap all out," imbuhnya seraya menahan tangis.
Melihat pecahnya tangisan dari kepala Basarnas, keluarga korban Lion Air JT610 yang menyaksikan peristiwa itu pun langsung berdiri.
Mereka lantas secara bersamaan melayangkan tepuk tangan seolah ingin menenangkan kepala Basarnas.
Usai diberikan tepuk tangan, kepala Basarnas pun melanjutkan pembicaraannya dengan nada suara yang kembali stabil.
M Syaugi mengaku akan terus berusaha untuk menemukan korban Lion Air JT610.
"Walaupun sampai 10 hari nanti, masih ada kemungkinan untuk bisa ditemukan. Saya yakin, saya akan terus mencari saudara saya ini. Kami mohon doanya. Untuk kita agar kuat melakukan tugas mulia ini," pungkasnya.
Rupanya tak hanya Syaugi, Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono juga turut tak kuasa menahan tangis.
Di sela penjelasannya soal barang milik korban yang digunkana KNKT untuk penyelidikan, Soerjanto juga menitikan air mata.
Kepala KNKT ini tampak tertunduk di sela penjalasannya.
"kami minta KNKT menyimpan secara baik dan tolong kalau sudah selesai penyelidikan DVI segera dikembalikan pada keluarga korban," kata Ketua KNKT sambil terisak.
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono tak kuasa melanjutkan pembicaraannya.
Ia terus tertunduk sambil memegang mik.
"mungkin sekian dulu yang saya sampaikan," kata Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono.

Proses evakuasi dan pencarian pesawat Lion Air diperpanjang tiga hari hingga Rabu (7/11/2018).
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi mengatakan, target utama operasi adalah pencarian jenazah penumpang.
"Ini hari ketujuh, setelah kami evaluasi kami lihat di TKP kami dapatkan berdasarkan masukan dari lapangan, masih begitu banyak jenazah yang ditemukan, sampai 20 kantong, jadi kami memutuskan operasi evakuasi diperpanjang tiga hari sejak besok," kata Syaugi di Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Minggu.
Hingga Minggu (4/11/2018) malam, RS Polri Kramatjati telah menerima 137 kantong jenazah.
Rinciannya, 24 kantong jenazah pada Selasa (30/10/2018), 32 kantong jenazah pada Rabu (31/10/2018), 9 kantong jenazah pada Kamis (1/11/2018), 8 kantong jenazah pada Jumat (2/11/1018), 32 kantong jenazah pada Sabtu (3/11/2018), dan 32 kantong jenazah pada Minggu (4/11/2018).
Selama sepekan, tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri Kramatjati juga telah berhasil mengidentifikasi 14 jenazah yang terdiri dari 3 penumpang perempuan dan 11 penumpang laki-laki.
Seluruh jenazah yang teridentifikasi didapat dari 24 kantong jenazah yang tiba di RS Polri pada Selasa.
Berikut nama-nama korban yang telah berhasil diidentifikasi.
1. Jannatun Cintya Dewi (24)
2. Candra Kirana (29)
3. Monny (41)
4. Hizkia Jorry Saroinsong (23)
5. Endang Sri Bagus Nita (20)
6. Wahyu Susilo (31)
7. Fauzan Azima (25)
8. Rohmanir Pandi Sagala (23)
9. Dodi Junaidi (40)
10. Muhammad Nasir (29)
11. Janry Efriyanto (26)
12. Karmin (68)
13. Harwinoko (54)
14. Verian Utama (31)
Tim gabungan berhasil menemukan Flight Data Recorder (FDR), salah satu komponen black box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 pada Kamis.
Black box ditemukan 30 meter di bawah permukaan laut setelah tim pencari menemukan sinyal "ping" dari perangkat tersebut.
Saat ini, FDR black box telah dibawa ke laboratorium Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk proses investigasi selanjutnya. (Tribunnewsbogor*)